Asas dan Tujuan UU Larangan Praktek Monopoli

3. Terjadinya persaingan usaha tidak sehat; dan 4. Tindakan tersebut merugikan kepentingan umum. 80

B. Asas dan Tujuan UU Larangan Praktek Monopoli

Masalah keadilan ekonomi adalah salah satu aspek krusial, yang tidak pernah ditanggapi secara cermat, bahkan cenderung diabaikan karena prestasi pertumbuhan dengan gagahnya telah dianggap menyelesaikan permasalahan-permasalahan normatif. Akhirnya, aspek positif dan aspek normatif dari ekonomi itu sendiri tidak seimbang sehingga pada saatnya memang meledak menjadi ketidakpuasan kolektif serta menemukan momentumnya pada saat krisis melalui gerakan reformasi. Solusi dari persoalan struktur ekonomi yang tidak seimbang tersebut tidak bisa dilakukan dengan menstimulasi faktor-faktor teknis semata, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan perbaikan struktur politik dan kekuasaan itu sendiri. Agenda demokratisasi dan keterbukaan bukan saja menjadi agenda untuk mendemokratisasikan sistem ekonomi. Demokratisasi ekonomi harus didahului dengan mendemokratisasikan institusi politik dan kekuasaan. Demokratisasi ekonomi tidak dapat dilaksanakan di alam otorianisme yang mengakibatkan akses terhadap kekuasaan dan pengambilan keputusan menjadi sempit dan tertutup. Dengan kerangka pemikiran ekonomi politik seperti ini, maka keputusan- keputusan politik untuk membangun institusi dasar bagi keadilan ekonomi menjadi sangat penting maknanya agar sistem ekonomi memberi kesempatan yang terbuka 80 Asril Sitompul , Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Tinjauan Yuridis terhadap UUNo. 5 tahun 1999, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1999, hlm. 25. Universitas Sumatera Utara bagi siapapun untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Prinsip-prinsip keadilan yang mendasar menjadi penting untuk diinstitusikan paling awal agar dunia usaha dan kegiatan ekonomi yang ada berpijak pada fondasi ini. Masalah keadilan tidak semata-mata bermuara pada persoalan perbedaan pendidikan, penguasaan teknologi dan modal, tetapi lebih banyak tercipta karena adanya institusi-institusi sosial dan politik yang menghambat masyarakat untuk memperoleh akses yang menghambat masyarakat untuk memperoleh akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan mengaktualisasikan potensinya pada dataran sistem institusi yang adil. Untuk itulah didalam menciptakan keadilan dalam ekonomi politik di Indonesia, harus didasarkan pada demokrasi ekonomi. Di dalam restrukturisasi perusahaan pun khususnya pengambilalihan saham, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi ekonomi didalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini jelas didalam UU Larangan Praktik Monopoli Pasal 2 disebutkan bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi. Menurut Pasal tersebut, asas kegiatan usaha di Indonesia adalah “demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”. Dalam konteks ini, yang masih perlu dipertegas sesungguhnya adalah apa yang dimaksud dengan “keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum”. Tanpa ada penegasan lebih lanjut, bagian kalimat tersebut terbuka bagi penafsiran yang sangat subyektif, yang selanjutnya akan Universitas Sumatera Utara berakibatkan dikorbankannya “kepentingan pelaku usaha” atau “kepentingan umum” dengan dalih “memperhatikan keseimbangan”. 81 Tujuan pembentukan UU Larangan Praktek Monopoli secara tegas tercantum di dalam Pasal 3 dan secara implisit ada pula di bagian konsiderans. Apabila kita melihat bagian konsiderans, dapat ditarik tiga tujuan umum yang hendak dicapai dengan penyusunan UU Larangan Praktek Monopoli ini. Pertama, di dalam konsiderans tercantum tujuan yang sangat umum dan klise bahwa UU Larangan Praktek Monopoli ditujukan untuk mengarahkan pembangunan ekonomi kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, konsiderans juga menyebutkan bahwa UU Larangan Praktek Monopoli disusun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi yang menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara yang ikut serta dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa dalam iklim usaha yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya mekanisme ekonomi pasar secara wajar. Secara tegas, Tujuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, antara lain : a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusfi melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi para pelaku usaha besar, menengah dan kecil; c. Mencegah terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha dan, d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. 82 81 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 76. 82 Republik Indonesia, UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat , Asas dan Tujuan, Pasal 3. Universitas Sumatera Utara Apabila diamati dengan cermat, tujuan-tujuan yang ditegaskan dalam Pasal 3 maupun di dalam konsiderans merupakan gabungan antara tujuan yang semata-mata didasari oleh kepentingan ekonomis meningkatkan efektivitas dan efisiensi ekonomi dengan tujuan yang didasarkan pada pertimbangan non ekonomis. Pertimbangan yang bersifat non ekonomis ini terutama tampak di dalam tujuan menjamin kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk ikut serta dalam proses produksi dan pemasaran barangjasa serta menjamin kepastian kesepakatan berusaha yang sama diantara pelaku usaha besar, menengah, dan kecil. Akan tetapi, Sunaryati Hartono sangat menyayangkan bahwa terciptanya suatu sistem ekonomi yang lebih bermoral, jujur dan bersih tidak disebutkan sebagai salah satu dari tujuan undang-undang ini. 83 Pendapat tersebut ada benarnya juga karena perilaku bisnis yang tidak bermoral moral hazard dari para pelaku usaha menjadi salah satu sumber pemicu terjadinya praktik persaingan tidak sehat. C. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Sebagai Lembaga Penegak Hukum Independen Dalam mengawasi pelaksanaan suatu aturan hukum diperlukan adanya lembaga yang memperoleh kewenangan dari negara. Dengan kewenangan itu diharapkan lembaga pengawas tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya serta mampu bertindak secara independen. Lembaga pengawas persaingan usaha telah ditentukan dalam Pasal 30 ayat 1 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan “untuk mengawasi pelaksanaan undang- 83 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha, Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Malang : Bayumedia Publishing, 2009, hlm. 217. Universitas Sumatera Utara undang ini dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut komisi”. Amanat undang-undang tersebut telah dilaksanakan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang ditetapkan pada tanggal 8 Juli 1999. Dalam pembentukan perekonomian Indonesia yang efisien, KPPU memainkan peran penting untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha, yang berpedoman kepada ketentuan UU No. 5 Tahun 1999. Pelaksanaan penegakan hukum tersebut terkait dengan larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam dunia perekonomian Indonesia. KPPU juga memberi kepastian hukum bahwa setiap pelaku usaha memiliki kesempatan yang sama dalam berusaha. KPPU berusaha memastikan setiap orang yang menjalankan kegiatan usaha di Indonesia menikmati situasi pesaingan yang sehat dan adil, agar tidak terjadi praktik penyalahgunaan posisi dominan oleh pelaku usaha tertentu. Keuntungan yang dihasilkan dari upaya pencegahan praktik monopoli adalah terbukanya kesempatan secara luas bagi hak konsumen untuk mendapatkan pilihan dengan harga yang sesuai dengan kualitas barangjasa di pasar serta jaminan kepada pelaku usaha berupa kepastian iklim persaingan sehat untuk menumbuhkan inovasi dan teknologi. Hasil dari sistem ekonomi tersebut adalah memastikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan publik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. KPPU merupakan sebuah lembaga yang bersifat independen, artinya dalam menangani, memutuskan atau melakukan penyelidikan suatu perkara tidak dapat Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh pihak manapun, baik pemerintah maupun pihak lain, walaupun dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya bertanggung jawab kepada presiden.

1. Tugas dan Wewenang Komisi