PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah)
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar Di
Daftar Efek Syariah)
SKRIPSI
Oleh:
Intan Cahyaning Tyas NPM: 20120730135
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar Di
Daftar Efek Syariah)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Oleh:
Intan Cahyaning Tyas NPM: 20120730135
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar Di
Daftar Efek Syariah)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Intan Cahyaning Tyas NPM: 20120730135
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(4)
NOTA DINAS
Lamp. : 3 eks. Skripsi Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Intan Cahyaning Tyas NIM : 20120730135
Judul :PENGARUH PROFIT, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Non-bank yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat di terima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI
DIVIDEN
(Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah) Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Intan Cahyaning Tyas NPM : 20120730135
Telah dimunaqasyahkan di depan sidang Munaqasyah Prodi Muamalat
Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 22 Agustus 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Rozikan, S.E.I.,M.S.I (………..) Pembimbing : Lela Hindasah, SE., M.SI. (………..) Penguji : Miftakhul Khasanah, S.TP., M.SI (………..)
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
(6)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Intan Cahyaning Tyas Nomor Mahasiswa : 20120730135
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Non-bank yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016
(7)
MOTTO
La Tay Asuu Mirrauhillah
Janganlah berputus asa dari rahmat Allah
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh
(8)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Saya persembahkan rasa cinta melalui karya ilmiah yang sederhana ini kepada keluarga saya, kepada yang tersayang Bapak Budiharto dan Ibu Teniyarti Cahyaning Mawarti yaitu kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa tanpa henti, sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya di kampus ini. Tidak cukup kata terimakasih dan tidak ada kata yang mampu untuk menggambarkan pengorbanan yang diberikan oleh kedua orang tua demi tercapainya cita-cita anak-anaknya. Kupersembahkan juga karya ilmiah ini kepada adik saya satu-satunya yaitu Rifqi Nur Majid yang saya banggakan yang selalu menguji tingkat kesabaranku, semoga kamu selalu didalam lindungan Allah dan dilancarkan Rezkinya, serta terimakasih kepada keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan.
Terimakasih kepada sahabat satu perjuangan selama di bangu kuliah, Vera, Kiki, Meita, Sasa dan Bunga yang selalu berjuang bersama-sama berbagi cerita dan selalu memberikan solusi terbaik. Terimakasih kepada teman-teman KKN 49, Meita, Bunga, Akbar, Ghirfan, Syaifullah, Adib, dan Anam yang telah memberikan kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Semoga kita semua bisa terus mencapai apa yang dicita-citakan.
(9)
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan kalian. Amin!
(10)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsidengan judul: PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI DIVIDEN(Studi Empiris pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah)yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah sebagai contoh terladan bagi umatnya.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini diikuti dengan kerja keras dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
(11)
3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.Si. selaku Kepala Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Lela Hindasah, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingannya selama ini, serta memberikan berbagai ilmu, nasihat dan pengalamannya yang sangat berharga.
5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang sudah mentransformasi ilmu, kesabaran dan keteladanan dengan penuh keikhlasan kepada penulis. 6. Seluruh civitas akademisi khususnya Tata Usaha Fakultas Agama Islam. 7. Kepada kedua orang tua tercinta Bapak Budiharto dan Ibu
TeniyartiCahyaningMawarti atas segala do’a dan dukungannya demi kelancaran saya dalam menuntut ilmu.
8. Adik tercinta dan satu-satunya Rifqi Nur Majid yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi, semoga selau diberi kemudahan dalam mencapai cita-citanya.
9. Sahabat-sahabatku, Meita Masfufah, Fiqri Yunanda Pratama, Vera Dilla Anggraeni, SwastiSaraswati, dan Yeni Bunga Anggraini sebagai teman seperjuang, teman curhat dan teman baper. Kalian terlalu multitalenta dan cerita diantara kita tidak pernah terlupakan.
10. Teman selama 10 tahun, Dhiyas Mayangsari yang sudah mau mendengarkan curhatan-curhatanku yang terkadang kurang bermutu selama 10 tahun dan memberikan masukan atas curhatan-curhatanku.
(12)
11. Pakde Nunuk, bude Kartina, mas Radek, dan Andre yang sudah memberikan cerita tersendiri dikehidupanku dan terimakasih sudah menjadi orangtua kedua selama saya di Jogja.
12. Keluarga besar KKN 49 UMY, Meita Masfufah, Yeni Bunga Anggraini, Ahmad Ali Akbar, Ghirfan Lazuardi, Aryanda Adib, Syaifullah, dan Achmad Khoirul Anam yang sudah memberikan banyak pengalaman. 13. Keluarga besar Hilo Green Community Jogja, yang memberikan
pengalaman baru dan inspiratif.
14. Almamaterku, terimakasih atas dukungan, kerjasama dan kebersamaannya.
15. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membatu dalam pengolahan data danpenulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Penulis
(13)
(14)
ABSTRAK
PENGARUH PRROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, GROWTH, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN INISIASI
DIVIDEN
(Studi Empiris pada Perusahaan Non-bank yang Terdaftar Di Daftar Efek Syariah)
Oleh: Intan Cahyaning Tyas NIM: 20120730135
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan inisiasi dividen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari web www.idx.co.id.Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-bank yang terdapat di Daftar Efek Syariah yang melakukan go-publik pada periode 2007-2014. Jumlah semua perusahaan non-bank yang terdapat di daftar efek Syariah yang melakukan go-publik pada periode 2007-2014 sebanyak 85 perusahaan, sedangkan yang sesuai dengan kriteria penelitian sebanyak 48 perusahaan yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Alat yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini secara parsial variabel profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan inisiasi dividen. Sedangkan, variabel growth secara parsial mempunyai pengaruh signifikan dan negative terhadap kebijakan inisiasi dividen. Variabel leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan inisiasi dividen. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai signifikan diatas 0,05, yaitu leverage 0,579, likuiditas 0,405, dan ukuran perusahaan 0,671. Sehingga, hanya variabel profitabilitas dan growth yang dapat mempengaruhi kebijakan inisiasi dividen denan nilai signifikan variabel profitabilitas sebesar 0,000 dan nilai signifikan variabel growth sebesar 0,048. Secara simultan, variabel profitabilitas, leverage, likuiditas, growth, dan ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0,000. Artinya bahwa lima variabel tersebut secara simultan memiliki pengaruh terhadap kebijakan inisiasi dividen.
Kata kunci: Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Inisiasi Dividen
(15)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, LIQUIDITY, GROWTH, AND COMPANY SIZE AGAINST THE
POLICY OF DIVIDEND INITIATION
(Empirical Study on Non-bank Companies Listed on Sharia Securities List)
This research aims at recognizing the influencing factors of dividend initiation policy. This research uses quantitative approach, whereas the data were taken from www.idx.co.id. This population of this research are all non-bank companies listed on sharia securities list in the period of 2007-2014. The number of non-bank companies listed on sharia securities list to go public during 2007-2014 are amounted at 85 companies, whilst those which are appropriate to the research’s criteria are 48 companies taken using purposive sampling technique. The tools used was multiple linier regression. The result indicates that profitability variable partially has significant and positive influence toward dividend initiation policy. Growth variable partially has significant and negative influence toward dividend initiation policy. Whereas the other variables of leverage, liquidity, and company size partially doesn’t have any influence toward dividend initiation policy. These are proven by the significance value which is beyond 0.05, with leverage at 0.579, liquidity at 0.405, and company size at 0.671. Therefore, it is only profitability and growth which influence the dividend initiation policy with profitability significance value of 0.000 and growth significance value of 0.048. Simultaneously, profitability, leverage, liquidity, growth, and company size have 0.000 significance value. This implies that those five variables simultaneously have influence toward dividend initiation policy.
Keywords: Profitability, Leverage, Liquidity, Growth, Company Size, Dividend Initiation Policy
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, menurut Widoatmodjo (2004:27) Go-Public adalah cara yang terbaik untuk mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan skala perusahaan, karena jika perusahaan kekurangan modal dari dalam perusahaan dapat diperoleh dari luar (masyarakat/investor asing) dan dengan go-public perusahaan tersebut dengan tidak langsung sudah memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat atau publik. Pada prinsipnya modal ada dua jenis, yaitu dari utang dan ekuitas (Widioatmodjo, 2004: 27). Utang sering disebut dengan modal asing dan ekuitas sering dengan modal sendiri. Dengan demikian, tujuan dari go-public salah satunya adalah para investor jadi mengetahui perusahaan tersebut dan diharapkan para investor menanamkan dananya pada perusahaan tersebut.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan dan sekaligus sebagai sarana investasi bagi para pemodal (Umam,2013: 85). Kegiatan di dalam pasar modal dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang termasuk kedalam kegiatan muamalah. Menurut kaidah fiqih, hukum asal dari kegiatan mumalah adalah mubah atau boleh, kecuali ada dalil yang jelas melarangnya (Umam, 2013: 85). Kegiatan muamalah, seperti investasi di pasar modal secara syariah akan dilarang jika mengandung riba, terdapat spekulasi, terdapat ketidakjelasan, dan terjadi penipuan. Dengan demikian, prinsip syariah dalam investasi pada dasarnya
(17)
sama dengan usaha lainnya, yaitu prinsip kehalalan dan keadilan (Umam, 2013: 86).
Investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal bertujuan untuk memperoleh imbalan dan pendapatan dari dana yang diinvestasikan tersebut baik berupa dividen ataupun capital gain (Sielvia, 2009:113). Para investor berharap dapat menunjang kehidupannya dengan mendapatkan imbalan dari dananya yang diinvestasikan. Pendapat Husnan dalam jurnal Sielvia (2009:113), dividen merupakan bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham sedangkan capital gain merupakan bagian keuntungan perusahaan yang akan ditahan untuk reinvestasikan. Investor lebih menyukai pembayaran dividen secara tunai daripada dalam bentuk lainnya, karena dapat mengurangi ketidakpastiaan kegiatan investasi para investor pada perusahaan tersebut. Investor mengharapkan pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan tersebut stabil dan naik dari waktu ke waktu, karena dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Sesuai dengan pendapat Sugeng (2009:263) bahwa bagi investor dividen yang konsisten merupakan kepentingan utama mereka memerlukan kepastian pendapatan atas investasinya ke dalam saham yang dimiliki.
Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan bisa dijadikan laba ditahan untuk memperbesar nilai perusahaan tersebut dengan cara menginvestasikan kembali pada perusahaan-perusahaan lain atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada
(18)
investor sering kali digunakan sebagai alat untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan (Sielvia,2009:113).
Peran manajer sangat penting dalam menentukan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham atau dijadikan laba ditahan. Maka dari itu perlu mengetahui dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, karena perubahan kebijakan dividen sekecil apapun dapat mempengaruhi reaksi investor dan akhirnya dapat mempengaruhi harga saham. Alasan perusahaan yang melakukan perubahan kebijakan dividen salah satunya karena kebijakan pembayaran dividen pertama kali setelah beberapa tahun tidak membayar dividen (dividend initiation) (Sielvia, 2009:113). Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi kepada investor tentang prospek perusahaan akan lebih baik untuk sekarang dan dimasa yang akan datang. Pengumuman perubahan kebijakan tersebut harus diantisipasi oleh pasar, karena hal tersebut merupakan petunjuk bagi pasar tentang perubahan laba yang diperoleh oleh perusahaan dan dampaknya juga dapat mempengaruhi pergerakan harga saham naik atau turun.
Inisiasi dividen merupakan pembayaran dividen pertama yang dilakukan oleh perusahaan setelah berstatus sebagai perusahaan go-public (Sugeng, 2009:262). Perusahaan yang sudah berstatus sebagai perusahaan go-public berarti perusahaan tersebut sudah melakukan penawaran harga saham perdana kepada publik atau sering disebut dengan IPO (Initial Public Offering).
(19)
Sementara menurut Sharma dalam Sugeng (2009:262) menyatakan inisiasi dividen merupakan indikasi pertama yang bersifat publik tentang kesediaan manajer perusahaan untuk mendistribusikan kelebihan kas kepada para pemegang saham dibanding menginvestasikannya kedalam proyek-proyek baru. Tetapi jika perusahaan membagikan kelebihan kas atau laba perusahaan kepada pemegang saham tanpa menyisakan untuk menginvestasikan kembali kedalam proyek-proyek baru, maka pertumbuhan perusahaan tersebut akan lambat dan perusahaan akan kesusahan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena perusahaan kesusahan dalam mendapatkan dana dari eksternal.
Perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum perdana secara otomatis perusahaan tersebut sebagai perusahaan publik, sehingga apapun keputusan dari perusahaan tersebut harus disetujui oleh para pemegang saham. Hal tersebut tentunya akan mengurangi privasi manajemen perusahaan tersebut. Perusahaan yang sudah bersifat go-public harus siap menerima tekanan dari pemegang saham. Untuk itu harus diwaspadai, jika manajemen tidak memikirkan keberhasilan jangka panjang dan selalu mengejar tujuan jangka pendek, yaitu keinginan para pemegang saham dalam mendapatkan keuntungan. Peran manajemen disini sangat diperlukan, karena jika manajemen hanya memikirkan keperluan jangka panjang, maka keuntungan yang diharapkan oleh para pemegang saham tidak terpenuhi, sehingga mereka akan kecewa. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan di pasar modal kerana mereka akan
(20)
menjual sahamnya secara besar-besaran (Sitompul, 1996). Dan jika manajemen hanya memikirkan tujuan jangka pendeknya, maka ukuran dan perusahaan tersebut tidak akan berkembang, karena kelebihan kasnya akan dibagikan kepada para pemegang saham dan tidak diinvestasikan kembali keperusahaan-perusahaan lainnya.
Penawaran umum perdana (IPO) yang dilakukan oleh perusahaan juga akan meningkatkan kekayaan bersih perusahaan, tanpa perlu membayar kembali atau meminta tambahan pinjaman, dengan kata lain yang lebih popular penawaran umum ini meningkatkan Debt Equity Ratio (Sitompul, 1996:17). Dengan demikian, reputasi perusahaan akan menjadi baik dan perkembangan perusahaan juga akan meningkat, karena perusahaan tersebut sudah terpercaya dikalangan perusahaan-perusahaan yang lain, sehingga perusahaan tersebut dengan mudahnya mendapatkan dana dari eksternal untuk mengembangkan nilai dan ukuran perusahaan tersebut.
Kebijakan inisiasi dividen merupakan kebijakan yang terkait dengan keputusan dan penetapan mengenai besarnya payout dan timing dari pembayaran dividen pasca IPO (Sugeng,2009:37). Menurut Sugeng (2009:37), kesiapan perusahaan melakukan inisiasi deviden adalah didasarkan pada kemampuan finansial yang didukung oleh prospek kinerja perusahaan yang memadai dan menyatakan bahwa perusahaan tersebut berani berkonsisten dalam pembayaran dividen reguler selanjutnya. Menurut Sharma (2001:3) dalam jurnal Sugeng (2009:262) mengemukakan bahwa dividen regular dilakukan untuk menunjukkan komitmennya kepada pemegang saham
(21)
bahwa perusahaan tersebut secara konsisten melakukan pendistribusian kas dalam bentuk dividen regular untuk waktu yang tak terbatas kedepan. Bagi investor pembayaran dividen pertama kali itu sangat penting, karena hal tersebut merupakan sebagai indikasi awal terhadap perkembangan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut, inisisasi dividen sebagai pemandu bagi investor dalam menentukan keputusan mereka untuk melakukan investasi atau tidak terhadap perusahaan tersebut.
Sama dengan kebijakan dividen reguler, Kebijakan Inisiasi Dividen diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR) (Rahmiati dan Suci, 2013). Alasan kebijakan inisiasi dividen diukur menggunakan DPR, karena rasio tersebut merupakan pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen dan bagian yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2014:44). Menurut Hanafi (2014: 44), menyatakan bahwa jika perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya jika perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena jika perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi berarti keuntungan yang didapat akan digunakan untuk membiayai investasi yang menguntungkan dan keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham akan kecil, begitupun sebaliknya.
Menurut Lopolusi (2013), variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen, yaitu profitability, liquidity, expansion and investment, compaines’ size, leverage, growth, jumlah analis, dan arus kas.
(22)
Tetapi variabel expansion and investmen berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen dan diukur dengan menggunakan research and development to net income, sehingga tidak digunakan untuk variabel penelitian, karena tidak semua perusahaan menggunakan research and development. Sama halnya dengan variabel jumlah analis yang berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen, karena data mengenai jumlah analis suatu perusahaan tidak tesedia, sehingga variabel tersebut tidak digunakan. Kesimpulannya, variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Lopolusi yaitu profitability, liquidity, companies’ size, leverage, growth, dan arus kas.
Dalam berita di media digital Sindonews yang berjudul “Perusahaan IPO
di 2013 terbanyak dalam 15 tahun terakhir” diuraikan bahwa target tahun 2013 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham sebanyak 30 perusahaan, tetapi pada kenyataannya perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham melebihi target tersebut, yaitu sebanyak 31 perusahaan. Direktur Penilaian BEI yaitu Hoesen mengatakan bahwa pada tahun 2013 emiten yang melakukan penawaran umum perdana saham di atas tahun 2011 yang hanya mencapai 25 emiten. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 adalah tahun emiten terbanyak yang melakukan IPO sebelum tahun 2013 dan tahun 2013 adalah tahun dimana emiten terbanyak yang melakukan penawaran umum perdana saham selama 15 tahun terakhir. Maka dari itu, hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2007 sampai tahun 2014.
(23)
Kebijakan inisiasi dividen merupakan salah satu kebijakan strategik dibidang keuangan yang sangat krusal, baik dari perspektif manajer maupun investor, walaupun diakui bahwa perhatian dari kalangan akademisi maupun peneliti terhadap permasalahan inisiasi dividen masih sangat terbatas (Sugeng, 2008). Penelitian yang meneliti tentang kebijakan inisiasi dividen masih sangat sedikit. Maka dari itu, penulis berminat meneliti tentang kebijakan inisiasi dividen dan berharap dengan penelitian ini dapat mengembangkan penelitian tentang kebijakan inisiasi dividen.
Penelitian terdahulu lebih sering membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, sehingga data yang digunakan bersifat time series.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel dependennya yaitu kebijakan inisiasi dividend dan data yang digunakan bersifat cross section. Penelitian ini mereplika penelitian terdahulu dengan menambahkan variabel independennya, yaitu variabel likuiditas dan variabel ukuran perusahaan.
Populasi sampel pada penelitian ini adalah perusahaan non-bank yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada periode 2007-2014 dan yang tercatat dalam Daftar Efek Syariah. Sampel pada penilitian ini adalah perusahaan non-bank yang melakukan inisiasi dividen pada tahun 2007 sampai tahun 2014 yang mempunyaikelengkapan datasesuaidenganyang dibutuhkanpadapenelitianinidan yang melakukankebijakaninisiasidividen.
(24)
Banyak perusahaan-perusahaan yang sudah melakukan IPO. Berikut ini tabel perkembangan perusahaan dengan saham syariah yang melakukan IPO pada periode 2007-2014.
Tabel 1.1
Perusahaan Syariah Melakukan IPO Periode 2007-2014
Sumber: www.ojk.go.id
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan
diatas, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: pada penelitian terdahulu terdapat ketidak konsistenan dari hasil peneliatan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi Kebijakan Inisiasi Dividen (Dividend Payout Ratio). Dari permasalah diatas dapat dirumuskan (research questions) sebagai berikut:
Tahun Perusahaan IPO
2007 11
2008 5
2009 12
2010 12
2011 8
2012 14
2013 16
(25)
1. Bagaimana pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth dan Ukuran Perusahaan (Size) secara parsial terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah?
2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth dan Ukuran Perusahaan (Size) secara bersama-sama (simultan) terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas,Leverage, Likuiditas, Growth dan Ukuran Perusahaan (Size) secara parsial terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah.
2.Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth, dan Ukuran Perusahaan (Size) secara bersama-sama (simultan) terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah.
(26)
D. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan dan kontribusi sebagai berikut:
1.Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan pembayaran dividen dan diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan, terutama dividen tunai.
2.Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan inisiasi deviden. Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam memilih perusahaan mana yang mempunyai rasio keuangan yang bagus dan layak sebagai objek untuk berinvestasi, sehingga akan mengurangi resiko kerugian.
3.Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan menambah pengetahuan tentang pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Growth, dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap kebijakan inisiasi dividen, sehingga dapat menjadi dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya tentang kebijakan inisiasi dividen.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka
Penelitian terahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, yang dimana penelitian tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rizka Persia Pasadena (2013) dengan
judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini
mengambil sampel selama periode 2008 sampai 2011. Dalam penelitian ini menunjukkan Likuiditas dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kebijakan Dividen, Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Sedangkan, Profitabilitas berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Kebijakan Dividen.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Novianty Palino (2012) dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Tunai pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini mengambil sampel selama periode 2005 sampai 2009. Dalam penelitian ini menunjukkan Curren Ratio (CR), Return On Investment (ROI), Total Assets Turn Over (TATO), dan Earning Per
(28)
Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cash Dividen.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hani Diana Latiefasari (2011)
dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009)”. Dalam penelitian ini menunjukkan variabel COL berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Varoabel growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Variabel CR, ROE, dan DER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap DPR.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Akhadiyah (2015) dengan
judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth terhadap
Kebijakan Inisiasi Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Penelitian ini mengambil
sampel selama periode 2007 sampai 2013. Pada penelitian ini menunjukkan variabel Profitabilitas dan Leverage berpengaruh negtif dan signifikan terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen. Sedangkan, variabel Growth tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ismed (2012) dengan judul “Analisis
faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah Periode
(29)
dispersion tidak terdapat pengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel ROI dan variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel risiko perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel investasi perusahaan terdapat pengaruh negatif daan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kholida Zia (2014) dengan
judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Return On Assets,
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Masuk dalam Daftar Efek Syariah 2008-2012”. Pada penelitian ini menunjukkan variabel Ukuran perusahaan dan Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Sedangkan, variabel Kepemilikan Institusional dan variabel Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kebijakan Dividen.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Afiana (2011) dengan judul
“Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Keuangan terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio”. Penelitian ini mengambil sampel selama periode 2007-2010. Pada penelitian ini menunjukkan variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel likuiditas berpengaruh positif dan signifikan
(30)
terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel profitabilitas berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel pertumbuhan perusahaan, variabel ukuran perusahaan, dan variabel leverage tidak berpengruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah (2009) dengan
judul “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun
2000-2004”. Pada penelitian ini menunjukkan variabel investasi, variabel
likuiditas, dan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Ita Lopolusi (2013) dengan judul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Sektor Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran badan usaha, utang, pertumbuhan, dan free cash flow secara serempak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
10.Penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati dan Suci Ramadona dengan
judul “Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Likuiditas
(31)
di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen. Sedangkan struktur modal dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen. 11.Penelitian yang dilakukan oleh Unzu Marietta dan Djoko Sampurno
dengan judul “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets,
Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio : (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Return On Assets, Firm Size, Deb to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Cash Ratio berpengaruh positif tidak signifikan, variabel Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
B. Kerangka Teori 1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan sekaligus sebagai sarana investasi bagi para pemodal (Umam, 2013: 85). Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:1), pasar modal (capital market) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
(32)
dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Jika pasar modal adalah pasar untuk surat berharga jangka panjang, sedangkan surat berharga untuk jangka pendek ada pada pasar uang (money market). Pasar modal dan pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Jadi, pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana dan yang kelebihan dana yang melakukan transaksi dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.
Di negara-negara maju pasar modal merupakan lembaga yang sangat diperhitungkan bagi perekonomian negara tersebut, maka dari itu negara selalu turut berkepentingan mengatur jalannya pasar modal. Kegiatan pasar modal pada umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga antara lain pusat perdagangan sekuritas atau resminya disebut bursa efek (stock market). Di Indonesia lembaga yang memperdagangan sekuritas adalah Bursa Efek Indonesia. Selain itu, di Indonesia juga terdapat dua kota yang terdapat bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (Jakarta Stock Exchange) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya Stock Exchnge). Dibentuknya bursa efek bertujuan untuk mengawasi kegiatan perdagangan efek
(33)
anggota-anggotanya, sehingga bisa tertib dan wajar. Di Indonesia anggota bursa efek sekaligus merupakan pemegang saham bursa efek, karena di Indonesia Bursa Efek didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan efek yang menjadi anggota di Bursa Efek adalah perusahaan efek yang sudah mendapatkan izin Perantara Perdagangan Efek yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Sitompul, 1996:7).
Bursa Efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek serta pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
b. Daftar Efek Syariah
Daftar Efek Syariah (DES) adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal, yang ditetapkan oleh Bapepam-LK atau pihak yang disetujui Bapepam-LK. Tanggal 12 September 2007, Bapepam-LK meluncurkan Daftar Efek Syariah untuk pertama kalinya. DES tersebut merupakan panduan investasi bagi reksa dana syariah dalam menempatkan dana kelolaannya serta juga dapat dipergunakan oleh investor
(34)
yang mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek Syariah.
c. Landasan Islam terhadap Pasar Modal Syariah
Berdasarkan peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13, prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan pasar modal yang berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Berikut ini fatwa DSN yang mengatur semua kegiatan perusahaan di pasar modal syariah (www.ojk.go.id).
1) Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah. 2) Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi
Syariah.
3) Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
4) Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
5) Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
6) Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.
(35)
7) Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah. 8) Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran
Syariah.
9) Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
10)Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN.
11)Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back.
12)Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale ang Lease Back.
13)Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset to Be Leased.
14)Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal telah disebutkan bahwa transaksi yang tidak boleh dilakukan adalah transaksi yang bersifat
(36)
spekulasi dan manipulasi yang didalamya mengandung unsur dharar, gharar. Riba’, maysir, risywah, maksiat, dan kezaliman.
Begitupun dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, telah dijelaskan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal, antara lain:
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi
2) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, seperti perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa dan perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu.
3) Jasa keuangan ribawi, seperti bank berbasis bunga dan perusahaan pembiayaan berbasis bunga.
4) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/ atau judi (maysir), antara lain asuransi konvensional.
5) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li dzatihi), haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan yang merusak moral dan bersifat mudarat.
(37)
6) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah)
Selain peraturan yang dibuat oleh Bapepam-LK dan fatwa DSN-MUI, dalam ayat al Quran juga mengatur tentang kegiatan perniagaan, yaitu dalam Surah an Nisaa (4): 29 dan al Baqarah (2): 275
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(An Nisaa (4):29)
...
...
Artinya: “... Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”. (Al Baqarah (2):275)
(38)
Dalam dua surah tersebut menjelaskan tentang larangan riba dalam kegiatan perniagaan atau jual beli. Allah membolehkan kegiatan jual beli tapi mengharamkan jika ada unsur riba didalamnya. Dalam surah tersebut dijelaskan bahwa riba itu seperti makan saudaranya sendiri dan seperti membunuh diri sendiri.
2. Initial Public Offering (IPO)
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:70), go-public adalah sarana pendanaan usaha melalui pasar modal yaitu dapat berupa penawaran umum saham maupun penawaran umum obligasi. Penawaran umum perdana adalah cara yang menarik untuk mendapatkan tambahan modal. Penjualan saham dengan cara melakukan penawaran umum perdana dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan tersebut, karena pada umumnya perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik, kemudian likuiditas perusahaan tersebut menjadi meningkat dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup (Sitompul,1996:17). Penawaran Umum Perdana akan dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kekayaan bersih perusahaan atau dengan kata lain untuk meningkatkan Debt Equity Ratio perusahaan.
(39)
a. Syarat Go-Public
Semua perusahaan mempunyai hak untuk melakukan go-public, tetapi belum tentu semua perusahaan dapat memenuhi syarat-syarat go-public. Maka dari itu, agar perusahaan dapat melakukan go-public harus memenuhi syarat-syarat, yaitu sebagai berikut (Widoatmodjo, 2004:101) :
1) Pernyataan pendaftaran emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.
2) Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapatan Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) tahun buku terakhir.
3) Minimal jumlah saham yang dicatatkan 1 juta saham. 4) Jumlah pemegang saham masyarakat minimal 35%
dari modal disetor dan satu pemodal memiliki sekurang-kurangnya 1000 lembar saham untuk listing di papan utama dan 500 saham untuk listing di papan pengembangan.
5) Wajib mencatatkan seluruh sahamnya yang telah ditempatkan dan disetor penuh (company listing).
(40)
6) Telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya tiga tahun untuk listing di papan utama dan 12 bulan untuk listing di papan pengembang. Pengertian berdiri adalah telah berdiri pada suatu tahun buku apabila anggaran dasarnya telah memperoleh pengesahan dari Departemen Kehakiman. Sedangkan beroperasi, apabila perusahaan sudah memenuhi salah satu dari: 7) Telah memperoleh ijin/ persetujuan tetap dari BKPM. 8) Telah memperoleh ijin operasional dari departemen
teknis.
9) Secara akuntansi telah mencatat laba/ rugi operasional.
10)Secara ekonomis telah memperoleh pendapatan/ biaya yang berhubungan dengan operasi pokok.
11)Dalam dua tahun buku terakhir memperoleh laba bersih dan operasional.
12)Memiliki minimal kekayaan (aktiva) Rp. 300 miliar untuk listing di papan utama dan Rp. 10 miliar untuk listing di papan pengembangan.
13)Kapitalisasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum sekurang-kurangnya Rp. 4 miliar. 14)Anggota direksi dan komisaris memiliki reputasi yang
(41)
b. Manfaat Go-Public
Perusahaan yang telah mengambil keputusan untuk go-public berarti perusahaan tersebut telah menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat, sehingga akan memunculkan manfaat dan konsekuensi yang harus ditanggung oleh emiten. Manfaat dari keputusan go-public antara lain sebagai berikut:
1) Memperoleh sumber pendanaan baru. Perusahaan memperoleh dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha (Hadi, 2013:36).
2) Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka. Hal ini dapat memacu perusahaan untuk menigkatkan profesionalisme (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:76). 3) Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go-public
merupakan media promosi) secara gratis (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:76).
4) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru (Hadi, 2013:37).
5) Peningkatan melalui going concern. Going concern merupakan kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam
(42)
kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan (Hadi, 2013:37).
6) Meningkatkan citra perusahaan dan nilai perusahaan (Hadi, 2013:38).
c. Kebijakan Inisiasi Dividen
Inisiasi dividen adalah pembayaran dividen pertama yang dilakukan oleh perusahaan setelah berstatus sebagai perusahaan go-public (Sugeng, 2009:262). Kebijakan inisiasi dividen merupkan indikasi awal yang terkait dengan keputusan dan penetapan mengenai besarnya payout dan timing dari pembayaran dividen pasca IPO. Kesiapan perusahaan melakukan inisiasi deviden adalah didasarkan pada kemampuan finansial yang didukung oleh prospek kinerja perusahaan yang memadai dan menyatakan bahwa perusahaan tersebut berani berkonsisten dalam pembayaran dividen reguler selanjutnya. Bagi investor pembayaran dividen pertama kali itu sangat penting, karena hal tersebut merupakan sebagai indikasi awal terhadap perkembangan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut, inisisasi dividen sebagai pemandu bagi investor dalam menentukan keputusan mereka untuk
(43)
melakukan investasi atau tidak terhadap perusahaan tersebut (Sugeng, 2009:282).
3. Dividen
Investor yang melakukan investasi pasti mengharapkan return. Return yang dimaksud adalah dividen dan capital gain. Dividen adalah keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya (Hadi, 2013: 74). Sedangkan capital gain adalah selisih antara harga beli saham dan harga jual saham (Hanafi, 2014:124). Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan setelah dikurangi dengan pajak.
a. Jenis Dividen
Jenis dividen terbagi menjadi empat, yaitu dividen tunai, dividen properti, dividen surat wesel, dividen likuiditas, dan dividen saham. Berikut ini penjelasan dari masing-masing jenis dividen (Wibowo dan Arif, 2006: 72) :
1) Dividen Tunai
Adalah distribusi laba yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang kas. Dividen ini yang disukai oleh investor, karena dapat memperkecil risiko ketidakpastian kegiatan investasi mereka. Bagi direksi, pembagian dividen tunai harus
(44)
memperhatikan tingkat likuiditas perusahaan, karena pembayaran dividen tunai akan mengurangi tingkat likuiditas di perusahaan (Hadi, 2013:75).
2) Dividen Properti
Adalah distribusi laba kepada para pemegang saham bukan berupa kas, melainkan berupa properti (merchandise, real estate, investment, dll). Besarnya dividen sesuai dengan nilai pasar wajar dari properti pada saat pengumuman dividen, selisih antara nilai pasar wajar dan nilai perolehan sebagai laba atau rugi dari apresiasi terhadap properti tersebut.
3) Dividen Surat Wesel
Adalah distribusi laba kepada para pemegang saham oleh perseroan dengan cara menerbitkan surat wesel khusus kepada para pemegang saham yang akan dibayarkan pada waktu yang akan datang dan ditambah dengan bunga tertentu.
4) Dividen Likuiditas
Adalah distribusi laba kepada para pemegang saham yang didasarkan kepada modal disetor (paid in capital) bukan didasarkan kepada laba ditahan. Dividen likuiditas sering disebut sebagai
(45)
pengembalian investasi (return of investment) kepada para pemegang saham.
5) Dividen Saham
Adalah distribusi laba kepada para pemegang saham yang berupa saham bukan berupa aktiva. Transaksi seperti ini biasanya disebut dengan non-reciprocal transaction. Hal ini mungkin terjadi apabila posisi keuangan perusahaan tidak mencukupi atau perusahaan menginginkan lebih mendorong perdagangan saham dengan menunda harga pasarnya (Sugiono, 2009:176).
b. Teori Kebijakan Dividen
1) Kebijakan dividen tidak relevan
Miller dan Modigliani (1961)dalam Hanafi (2014:363) menyatakan bahwa berdasarkan keputusan investasi perusahaan, rasio pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham. Menurut mereka nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan aset atau kebijakan investasi perusahaan menghasilkan laba dan aliran laba dipecah menjadi dividen dan saldo laba tidak mempengaruhi nilai ini. MM mengajukan beberapa asumsi berikut ini:
(46)
a) Tidak ada pajak atau biaya lainnya. Pelaku pasar tidak bisa mempengaruhi harga sekuritas. Pasar diasumsikan sempurna.
b) Semua pelaku pasar mempunyai pengharapan yang sama terhadap investasi, keuntungan, dan dividen di masa mendatang. Pengharapan investor dikatakan homogen.
c) Kebijakan investasi ditentukan lebih dulu, kebijakan dividen tidak mempengaruhi kebijakan investasi.
2) Dividen Dibayar Tinggi (Bird in the Hand Theory) Teori ini merupakan argumen yang mendukung relevansi dividen. Teori ini berargumen bahwa pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi risiko, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Berikut ini argumen yang mendukung pembayaran dividen yang tinggi:
a) Mengurangi Ketidakpastian
Dividen dibayar tinggi akan mengurangi ketidakpastian. Investor lebih suka mendapatkan dividen daripada capital gain, karena dividen
(47)
diterima saat ini dan capital gain diterima dimasa mendatang. Ketidakpastian dividen lebih kecil dibandingkan dengan ketidakpastian capital gain (Hanafi, 2014:366). Gordon dan Litner mendukung teori ini yang menyatakan bahwa investor pada umumnya lebih menyukai dividen saat ini yang lebih pasti daripada menanti memperoleh keuntungan modal (capital gain) pada tahun depan. Dividen dimasa mendatang akan lebih berisiko dibandingkan dengan dividen yang dibayarkan saat ini.
b) Mengurangi Konflik Keagenan antara Manajer dengan Pemegang Saham
Argumen lain yang mendukung dividen dibayar tinggi adalah kerangka teori kegenan. Menurut teori ini konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang berkaitan di perusahaan. Konflik yang biasanya terjadi adalah antara manajer dengan pemegang saham. Pemegang saham menginginkan kelebihan kas itu dibagikan kepada mereka, tetapi manajer tidak ingin membagikan kas tersebut karena ingin tetap
(48)
memegang kendali atas kas tersebut. Dalam konteks semacam itu, pembayaran dividen yang tinggi merupakan hal yang diinginkan oleh investor, karena akan mengurangi potensi konflik antara manajer dengan pemegang saham (Hanafi, 2014:367).
c) Efek Pajak
Meskipun dividen mempunyai pajak efektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain, tetapi dalam beberapa situasi investor memilih pembayaran dividen yang lebih tinggi karena membayar pajak yang lebih rendah (Hanafi, 2014:367).
3) Tax Differential Theory
Menurut teori ini dividen cenderung dikenakan pajak lebih tinggi daripada capital gain. Maka dari itu, para investor meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Teori ini menyarankan agar perusahaan lebih menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal atau
(49)
memaksimumkan nilai perusahaan (Margaretha, 2006:143).
4) Information Content Hypothesis
Teori ini menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda/signalbagi perkiraan manajemen atau dokumen (Margaretha, 2006:143). Jika perusahaan merasa pendapatan dan aliran kas dimasa mendatang meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan dividen (Hanafi,2014:371). Pasar akan merespon positif pengumuman peningkatan dividen dan merupakan signal bagi para investor. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain, yang menyatakan dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang
(50)
dibayarkan. Hal tersebut yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi, 2014:371).
5) Efek Klien (Clientile Effect)
Menurut Hanafi (2014:372) kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Biasanya kelompok investor ini adalah investor dengan usia muda, karena mereka mempunyai orientasi jangka panjang. Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen. Kelompok ini adalah investor dengan usia lanjut atau yang mendekati pensiun, karena dividen memberikan tingkat kepastian yang lebih tinggi (Hanafi, 2014:372). Jadi, tidaklah mengherankan apabila harga saham akan tetap naik, terlepas apakah suatu perusahaan membayar dividen yang semakin besar atau semakin kecil (Mardiyanto, 2009:280). Kebijakan dividen tertentu akan menarik segmen investor tertentu.
(51)
c. Faktor-faktor dalam Kebijakan Dividen
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk presentasi. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor dan akan melemahkan keadaan keuangan internal perusahaan, karena memperkecil laba ditahan (Gitosudarmo dan Basri, 1993:222). Perusahaan dalam pembagian dividen kepada para pemegang saham harus memperhatikan dan memperhitungkan berbagai faktor, karena dalam pembagian dividen dalam betuk tunai akan mempengaruhi likuiditas perusahaan (Hadi, 2013:74). Ada beberapa faktor yang perlu untuk dipertimbangkan dalam penentuan kebijakan dividen menurut beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut :
1) Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan Net Present Value yang positif (Hanafi, 2014: 375).
2) Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang baik, maka akan dapat membayar dividen atau
(52)
meningkatkan dividen. Tetapi, jika jumlah likuiditas meningkat justru akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan (Mardiyanto, 2009:100). Likuiditas yang tinggi, maka perusahaan bebas dari risiko jangka pendeknya, tetapi akan berdampak pada rendahnya pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan biasanya dananya digunakan untuk aset tetap dan modal kerja permanen (Horne dan Wachowicz, 2013:215). Keadaan perusahaan yang seperti itu biasanya pihak manajemen enggan membayar dividen dalam jumlah besar, karena pendapatannya untuk perlindungan ketidakpastiaan perusahaan dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen dilakukan untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai likuiditas berlebihan seringkali menjadi incaran akuisisi perusahaan lain. Untuk menghndari akuisisi, perusahaan tersebut dapat membayarkan dividen (Hanafi, 2014:375). Akan tetapi, jika posisi likuiditas perusahaan kurang baik, pembagian dividen harus diperhitungkan karena pembagian dividen dalam bentuk kas akan
(53)
menganggu posisi likuiditas perusahaan (Hadi,2013:74).
Ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit, yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Profit Margin. Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya ada tiga rasio, yaitu current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
a) Return On Assets (ROA)
ROA adalah mengukur perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi, 2014:42). Jika rasio ini tinggi menunjukkan bahwa efesiensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset semakin baik.
ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dan total aset, artinya berapa banyak laba bersih yang dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimilki oleh perusahaan (Husnan dan Enny, 2012:76). ROA merupakan bagian dari kebijakan dividen, maka jika pendapatan ROA tinggi, maka dividen yang akan dibagikan juga
(54)
tinggi. Laba yang dibagikan kepada para pemegang saham merupakan laba yang sudah dikurangi dengan kewajiban perusahaan, yang sering disebut denan laba bersih. Tujuan utama dari bisnis atau investasi yaitu untuk mendapatkan laba. Laba adalah kelebihan pokok atau pertambahan pada modal pokok yang diperoleh dari kegiatan perdagangan. b) Return On Equity (ROE)
Rasio ROE mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Husnan dan Enny, 2012:76). Angka ROE yang tinggi menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk para pemegang saham, karena rasio ini bukan untuk mengukur return (tingkat pengembalian) yang diterima pemegang saham (Hanafi, 2014:43).
Rasio ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dan modal saham. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang (leverage keuangan).
(55)
c) Profit Margin
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu. Jika profit margin rendah berarti menunjukkan ketidak efisienan manajemen (Hanafi, 2014:42). Profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dan penjualan.
d) Current Ratio
Rasio ini perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar. Semakin tinggi jumlah aktiva lancar, maka semakin tinggi rasio lancar (Mardiyanto, 2009:55). Rasio lancar yang tinggi berarti likuiditas tinggi dan risiko rendah, tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan (Hanafi, 2014:37). Likuiditas yang tinggi berarti perusahaan lebih
(56)
memilih menahan keuntungan yang diperoleh sebagai laba ditahan daripada menginvestasikan kembali, sehingga perusahaan tersebut tidak mendapatkan profit dan akan berdampak pada pertumbuhan perusahaan.
e) Quick Ratio
Rasio ini mengeluarkan persediaan dari komponen aktiva lancar, karena persediaan dianggap sebagai aset yang paling tidak likuid. Untuk mengubah persediaan menjadi kas (menjual) waktu yang diperlukan lebih lama. Dengan kata lain ada dua tahap untuk mengubah persediaan menjadi kas, yaitu tahap piutang usaha dan tahap kas (Mardiyanto, 2009:55). Selain itu tingkat ketidakpastiannya tinggi, kemungkinan nilai persediaan turun karena produk rusak atau kualitas yang menurun (Hanafi, 2014:37). Dengan alasan seperti itu, persediaan dikeluarkan dari perhitungan rasio lancar. Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar (setelah dikurangi persediaan) dengan utang lancar.
(57)
f) Cash Ratio
Cash ratio mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang dapat dicairkan menjadi kas. Jika persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, maka kita sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas. Piutang usaha yang sulit tertagih atau kredit macet, komponen aktiva lancar yang benar-benar siap dicairkan hanyalah kas dan surat berharga jangka pendek (Mardiyanto, 2009:56).
3) Akses ke Pasar Keuangan
Jika perusahaan mempuyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi, karena akses yang baik bisa membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya (Hanafi, 2014: 375). Hal tersebut biasanya terjadi pada perusahaan yang sudah go-public atau perusahaan besar karena perusahaan tersebut lebih mudah mendapatkan dana dari eksternal daripada perusahaan kecil dan belum go-public, sehingga posisi likuiditas perusahaan baik dan dapat membayar dividen lebih tinggi.
(58)
4) Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang mempunyai pendapatan yang stabil bisa memperkirakan aliran kas di masa yang akan datang. Perusahaan semacam itu dapat membayar dividen yang lebih tinggi. Tetapi jika perusahaan mempunyai pendapatan yang tidak stabil, maka perusahaan tersebut akan membatasi kemapuan membayar dividen yang tinggi di masa yang akan datang (Hanafi, 2014: 375).
5) Pembatasan-pembatasan
Kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen seringkali membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Dalam situasi normal atau baik, pembatasan seperti itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Tetapi dalam situasi buruk, aliran kas kecil, pembatasan seperti itu harus dilakukan karena akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Hanafi, 2014: 375). Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang. Ketika larangan semacam ini diberlakukan, maka secara alami akan mempengaruhi kebijakan
(59)
dividen perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2013:215).
6) Aspek Hukum
Direksi dalam menentukan besaran dividen juga harus mempertimbangkan aspek hukum, kontrak, dan sejenisnya. Termasuk yang dipertimbangkan dalam keputusan pembagian dividen adalah masih adakah klaim hutang dengan pihak ketiga, ada perjanjian batasan pembagian dividen atau tidak (Hadi, 2013:74). Menurut Horne dan Wachowicz (2013: 213), aspek hukum yang perlu dibahas yaitu meliputi larangan pembayaran dividen jika dividen ini akan menurunkan nilai modal, larangan pembayaran dividen tunai jika perushaan mengalami insolvensi, dan larangan menahan laba yang berlebihan demi menghindari pajak.
Selain itu ada beberapa kebijakan alternatif dividen yang dilakukan oleh manajer keuangan, yaitu kebijakan dividen yang stabil, pembayaran dividen konstan, kebijakan secara kompromi dan kebijakan residu. Berikut ini penjelasannya:
(60)
1) Kebijakan Dividen yang Stabil
Perusahaan akan membayar dividen dengan jumlah kecil, karena perusahaan berusaha untuk menjaga pembayaran dividennya agar tidak turun dan perusahaan akan menaikkan pembayaran dividen apabila diyakini laba ditahun-tahun yang akan datang mencukupi untuk membayar dividen (Mardiyanto, 2009:282). Sebab penurunan dividen dinggap berita buruk bagi investor yang akan menurunkan harga saham perusahaan. Kebijakan dividen stabil baik bagi peruahaan, karena ketidakpastiaan akibat fluktuasi dividen sebagaimana terjadi pada kebijakan residual terhindari dan untuk keperluan konsumsi saat ini, investor umumnya lebih menyukai dividen yang stabil daripada yang fluktuasi (Mardiyanto, 2009:2882). Pembayaran dividen yang fluktuasi akan lebih berisiko daripada pembayaran dividen yang stabil, karena akan mengakibatkan menurunnya harga saham. Pada saat dividen dibayar stabil akan diterapkan discount rateyang lebih rendah sehingga nilai saham akan lebih tinggi (Sartono, 1991:169).
(61)
2) Pembayaran Dividen Konstan
Kebijakan ini adalah perbandingan antara dividen per lembar dan harga laba per lembar. Dividen yang diterima oleh investor mengikuti laba per lembar saham. Jika laba per lembar saham naik-turun dari tahun ke tahun, maka jumlah yang dibayarkan sebagai dividen pun juga akan ikut berubah-ubah (Mardiyanto, 2009:282). Kebijakan ini cenderug tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 1991:169). Rasio pebayaran konstan akan mengakibatkan ketidakpastiaan yang berpotensi resiko tinggi dan menurunkan harga saham.
3) Kebijakan secara Kompromi
Kebijakan ini adalah kebijakan yang kombinasi antara kebijakan pembayaran stabil dan kebijakan pembayaran konstan. Apabila laba dan arus kas perusahaan cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun, perusahaan dapat memilih kebijakan ini. Maksudnya, saat perusahaan memperoleh laba yang rendah atau sedang membutuhkan dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak pada suatu tahun tertentu, perusahaan tetap mampu membayarkan dividennya
(62)
walaupun dalam jumlah kecil, begitupun sebaliknya (Mardiyanto, 2009:283).
4) Kebijakan Residu
Menurut teori kebijakan residu, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah membayar semua investasi yang menguntungkan. Jika masih ada sisa dana barulah diputuskan untuk membayar dividen. Ada empat langkah untuk melakukan kebijakan ini, yaitu (Mardiyanto, 2009:283):
a) Menentukan proyek investasi yang optimal melalui skedul peluang investasi.
b) Menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut.
c) Menggunakan ekuitas yang dibiayai dari laba ditahan sebesar mungkin.
d) Membayar dividen selama masih ada dana yang tersisa.
4. Hipotesis
a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Menurut Hanafi (2014:42)
(63)
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dari penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Keuntungan yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividendancapital gain. Dalam teori bird in the hand pemegang saham lebih suka menerima keuntungan dalam bentuk dividen daripada keuntungan dalam bentuk capital gain, karena dividen diterima saat ini dan capital gain diterima dimasa mendatang. Ketidakpastian pendapatan dalam bentuk dividen lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dalam bentuk capital gain. Maka dari itu, jika profitabilitas semakin tinggi maka semakin tinggi juga dividen yang dibagikan (Marietta dan Djoko, 2013:3).
Rasio profitabilitas diproksi dengan Return On Assets (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih dan total aset. Rasio ROA tinggi berarti menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset yang semakin baik (Hanafi, 2014: 42). Jika ROA tinggi maka berarti perusahaan baik atau efektif dalam mengelola aktiva tetap. ROA berbanding lurus dengan pembayaran dividen. Jika ROA tinggi, maka dividen yang dibagikan kepada pemegang saham juga tinggi. Begitupun sebaliknya, jika ROA rendah, maka dividen yang akan dibagikan cenderung rendah.
(64)
Adanya pengaruh profitabilitas yang diukur menggunakan ROA terhadap kebijakan inisiasi dividen. Hal tersebut sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marietta dan Djoko (2013:8) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan inisiasi dividen. Artinya bahwa disaat ROA naik, maka inisiasi dividen yang dibayarkan oleh perusahaan juga akan tinggi. Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa semakin efektifnya perusahaan dalam memanfaatkan aktiva tetapnya, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. Keuntungan yang didapat oleh perusahaan tinggi maka dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham cenderung tinggi.
Hipotesis 1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
b. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk menigkatkan profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2013:138). Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Apabila rasio ini tinggi berarti perusahaan lebih banyak menggunakan modal dari utang daripada
(65)
modal sendiri (Hanafi, 2014:41). Penggunanaan utang yang tinggi dapat meningkatkan posisi profitabilitas dan disisi lain juga dapat meningkatkan risiko keungan yaitu risiko gagal bayar.
Menurut Megginson (1997:335) dalam Liviani (2015:2) menyatakan peningkatan utang menyebabkan bunga yang harus dibayar perusahaan setiap periode semakin tinggi, sehingga free cash flow dalam perusahaan akan berkurang. Pihak manajemen menahan kas untuk melunasi hutang (Suharli, 2006:243). Disisi lain pemegang saham mengharapkan dividen kas dalam jumlah relatif besar karena ingin menikmati hasil investasi pada saham perusahaan. Kondisi tersebut dalam teori agensi disebut dengan konflik antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham.
Utang pada prinsipnya akan menguntungkan, jika perusahaan memperoleh tingkat return investasi yang melebihi tingkat bunga yang harus dibayarkan. Tetapi, perlu diketahui bahwa tingkat return investasi bergantung pada kondisi ekonomi yang terjadi pada tahun-tahun mendatang. Angka rasio utang yang tinggi mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan menguntungkan (jika
(66)
ekonomi membaik) dan kemungkinan merugikan (jika ekonomi memburuk) (Mardiyanto, 2009:59).
Menurut Gupta (2010) dalam penelitian Lopolusi (2013:14) mengungkapkan bahwa semakin tinggi proporsi utang atau semakin meningkatnya utang yang digunakan dalam struktur modal, maka semakin besar pula kewajibannya. Hal itu terjadi karena jika jumlah hutang perusahaan tinggi, maka keuntungan yang didapat oleh perusahaan akan digunakan untuk memenuhi kewajibannya terlebih dahulu yaitu hutang, sehingga keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham menjadi kecil. Dengan kata lain jika leverage tinggi, maka dividen yang akan dibayarkan rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013). Rasio leverage diproksi dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan rasio yang mengindikasikan tingkat hutang tinggi, berarti modal sendiri semakin sedikit.
Hipotesis 2:Leverage berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
(67)
c. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
Likuiditas perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh terhadap pembayaran dividen, karena dividen yang dibayarkan dengan kas bukan dari laba ditahan, maka dari itu perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen. Rasio likuiditas diproksi dengan Current Ratio (CR). Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan utang lancar. Current Ratio diguakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo atau segera dibayar (Sugiono, 2009:68). Apabila aktiva lancar perusahaan tinggi, maka perusahaan dapat memenuhi semua kewajiban jangka pendeknya dan perusahaan menjadi likuid maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Current Ratio tinggi menunjukkan likuiditas yang tinggi atau kelebihan aktiva lancar, perusahaan semakin likuid maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati dan Suci (2013)
(68)
yang menyatakan bahwa likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam kebijakan dividen karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Hipotesis 3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
d. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen Growth menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang digunakan dalam aktiva operasional perusahaan (Marietta dan Sampurno, 2013:3). Besarnya pertumbuhan aset berpengaruh terhadap dana yang akan digunakan untuk investasi. Semakin banyak investasi yang menguntungkan, maka pembayaran dividen dilakukan setelah perusahaan membiayai semua investasi yang menguntungkan. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai (Hanafi, 2014:372). Jadi, semakin banyak investasi pada pertumbuhan aset maka semakin sedikit dividen yang akan dibagikan, karena laba yang dimiiki oleh perusahaan untuk membiayai
(69)
investasi yang menguntungkan dan sisanya baru dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Rasio Growth bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri (Sugiono, 2009:81).
Jika pertumbuhan perusahaan meningkat, maka dana yang dibutuhkan juga akan lebih besar. Biasanya perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang meningkat lebih suka menahan pendapatannya untuk biaya dimasa yang akan datang daripada untuk dibagikan kepada pemegang saham. Hal itu terjadi karena dana yang dimiliki oleh perusahaan akan digunakan untuk diinvestasikan kembali ke perusahaan-perusahaan lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Jadi, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan sedikit untuk dibagikan kepada para pemegang saham dan lebih banyak untuk ditahan oleh perusahaan sebagai laba ditahan. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013).
Hipotesis 4:Growth berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
(70)
e. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
Ukuran perusahaan merupakan nilai perusahaan dari total aset yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin mudah perusahaan tersebut mendapatkan dana atau modal dari eksternal. Sesuai dengan pendapat Hanafi (2014:375) yang menyatakan jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan tersebut dapat membayar dividen lebih tinggi, karena akses yang baik bisa membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang besar akan mempunyai dividen payout ratio yang tinggi, karena perusahaan tersebut dengan mudah mendapatkan dana. Kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi memberikan informasi kepada investor tentang prospek perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marietta dan Sampurno (2013), perusahaan dengan ukuran yang relatif besar lebih memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba besar sehingga dapat membayar dividen kepada para investor. Hipotesis 5: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif
(71)
H2 -H1+
H3 +
H5+ H4 -
Berdasarkan uraian hipotesis diatas, maka terdapat kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
HipotesisPengaruhTerhadapKebijakanInisiasiDividen Gambar 2.1
Keterangan:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen H4: Growth berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
Profitabilitas (X1)
Kebijakan Inisiasi Dividen
(Y)
Ukuran Perusahaan
(X5) Growth
(X4) Leverage
(X2)
Likuiditas (X3)
(72)
H5: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen
(1)
Hasil Uji Multikolonieritas Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 6.915 9.653 .716 .479
ROA 1.238 .210 .732 5.896 .000 .865 1.157
DER .009 .016 .073 .560 .579 .777 1.287
CR .006 .007 .109 .843 .405 .800 1.249
GROWTH -.082 .040 -.249 -2.053 .048 .903 1.107
UKURAN .152 .355 .052 .429 .671 .914 1.095
(2)
Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .740a .548 .481 10.20000 1.635
a. Predictors: (Constant), UKURAN, DER, GROWTH, ROA, CR b. Dependent Variable: DPR
(3)
Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
(Constant) 2.637 4.556 .579 .567
DPR .056 .080 .166 .699 .489
ROA -.041 .140 -.071 -.290 .773
DER -.009 .008 -.212 -1.159 .255
CR -.001 .003 -.078 -.434 .667
GROWTH -.021 .020 -.188 -1.052 .301
UKURAN .293 .167 .295 1.757 .088
(4)
Hasil Uji F
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Regression 4280.834 5 856.167 8.229 .000b Residual 3537.359 34 104.040
Total 7818.192 39
a. Dependent Variable: DPR
(5)
Hasil Uji t Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
(Constant) 6.915 9.653 .716 .479
ROA 1.238 .210 .732 5.896 .000
DER .009 .016 .073 .560 .579
CR .006 .007 .109 .843 .405
GROWTH -.082 .040 -.249 -2.053 .048
(6)
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .740a .548 .481 10.20000 1.635
a. Predictors: (Constant), UKURAN, DER, GROWTH, ROA, CR b. Dependent Variable: DPR