Siklus Hidup Ulat Sutera

Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei. Larva ulat sutera ini tumbuh dan memintal kokon dalam waktu kira-kira enam minggu. Apabila digunakan dalam kepentingan perdagangan, pupa dibunuh sebelum berubah menjadi ngengat, karena pemunculan ngengat akan merusak serat-serat di dalam kokon. Tiap-tiap kokon terdiri dari satu benang tunggal yang panjangnya kira- kira 914 meter. Kira-kira diperlukan 3000 kokon untuk membuat satu pon sutera Boror et al., 1992. Selain Bombyx mori, ada juga jenis ngengat lain yang mampu menghasilkan sutera, yakni Antheraea pernyii yang hidup di China, Antheraea yamami yang hidup di Jepang, dan Antheraea paphia yang hidup di India. Ketiga ngengat tersebut merupakan anggota keluarga Saturniidae yang juga berasal dari bangsa Lepidoptera. Meskipun ulat dari ngengat-ngengat tersebut mampu menghasilkan sutera, tetapi hasilnya tidak terlalu baik jika dibanding dengan sutera dari ngengat Bombyx mori Tim Penulis, 1992. Gambar 2.2 Ngengat sutera Bombyx mori L. a. Ngengat Jantan, b. Ngengat Betina

2.1.1 Siklus Hidup Ulat Sutera

Menurut Jumar 2000, siklus hidup adalah serangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga dalam pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago dewasa. Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insecta setelah menetas Universitas Sumatera Utara dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran mancapai serangga dewasa. Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap ini disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera sendiri adalah salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Sepanjang hidupnya, ulat sutera telah mengalami empat fase, yaitu fase telur, fase larva, pupa dan imago. Pada fase larva terdapat beberapa tahap, yaitu instar I, instar II, instar III, instar IV, dan instar V Katsumata dalam Ekastusi, 1992. Gambar 2.3 Siklus Hidup Ulat Sutera Bombyx mori L. Sumber. http:img11 .images hack .usisilkworm.jpg Universitas Sumatera Utara Seperti halnya kupu-kupu, ngengat juga mengalami beberapa tahapan dalam hidupnya sampai menjadi dewasa. Berawal dari telur, menetas menjadi larva ulat, kemudian berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon dari sutera, dan akhirnya menjadi bentuk dewasa berupa ngengat. Rangkaian peristiwa ini dikenal dengan istilah metamorfosis sempurna dan terjadi dalam waktu kurang lebih dari satu bulan. Dalam tahap ini mengalami perubahan yaitu telur berubah menjadi ulat dan kemudian menjadi dewasa atau ngengat. Dalam peristiwa ini ada dua perubahan yang terjadi. Pertama, perubahan pada setiap telur menjadi bentuk ulat. Kedua, perubahan ulat menjadi ngengat. Telur sutera menetas secara tidak langsung berubah jadi ngengat, tetapi terlebih dahulu menjadi ulat. Dalam pertumbuhannya ulat mengalami beberapa kali pergantian kulit, karena kulitnya seakan-akan hanya mampu membungkus tubuh sampai pada tahap pertumbuhan tertentu. Untuk mencapai pertumbuhan berikutnya diperlukan kulit baru untuk membungkus tubuh yang lebih besar Tim penulis, 1992. Ngengat dalam hidupnya mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk yang berbeda antara satu fase dengan fase yang lain. Perubahan tersebut adalah dari telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi imago bentuk dewasa, yakni berupa ngengat Guntoro, 1995. Serangga mempunyai kelenjar yang mengeluarkan hormon yang disebut ekdison, yang merupakan suatu steroid. Ekdison selalu dianggap sebagai hormon yang bertanggung jawab terhadap pergantian kulit serangga. Dapat ditunjukkan bahwa ekdison bekerja langsung pada kromosom. Hal ini dapat dilihat oleh adanya gejala pembengkakan puffing pada kromosom setelah dikenai ekdison. Gejala ini adalah akibat pembuatan DNA dan RNA ditempat itu, yang berhubungan langsung dengan sintesis proteinnya Sastrodihardjo, 1984. Telur ulat sutera berbentuk agak gepeng dan kecil, ukurannya kira-kira 1,3 mm, lebar 1 m dan tebal 0,5 mm beratnya hanya ± 0,5 mg. Warna telur hari pertama setelah telur keluar dari induk kupu adalah kuning sampai kuning susu. Pada telur ulat sutera polyvoltin warna tersebut hampir tidak berubah sampai kurang lebih 7-8 hari, tetapi dalam 1-2 hari menjelang akan menetas akan berubah lagi menjadi abu-abu kebiruan KPSA, 1990. Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Ciri-ciri Morfologi pada Mutan Ulat Sutera Bombx mori L.