Kondisi Fisik Lokasi PENINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

62

3.3 Kondisi Fisik Lokasi

3.3.1 Existing Site

Gambar : 3.4 Guna Lahan Existing Sumber : Analisa Penulis Stasiun Pasar Turi masuk kedalam Kecamatan Bubutan dengan luas ± 375 Ha, Kelurahan Gundih dengan luas 84 Ha  Kontur Kemiringan tanah relatif datar  Kondisi Tanah Jenis tanah pada kawasan ini adalah Alovial Hidromont, terletak pada ketingian rata-rata ± 4 m di atas permukaan air laut  GSB Garis Sepadan Bangunan 5-10 Meter  KLB Koefisien Lahan Bangunan Untuk fasilitas umum, angaka KLB diatur sebesar 50-100 atau setara 1-2 lantai untuk skala lingkungan.  Klimatologi - Temperatur udara berkisar 22,7º C – 33, 7º C, temperatur terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus 21, 4ºC dan tertinggi pada bulan September 35, 70ºC - Kelembaban maksimum mencapai 100 terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret, sedangkan kelembaban minimum yang mencapai titik 25 terjadi pada bulan Nopember 63 - Tekanan udara maksimum sebesar 1.016,1 mbs yang terjadi pada bulan Januari, sedangkan tekanan minimum mencapai 1.005,8 mbs yang terjadi pada bulan Mei dan Agustus. - Curah hujan tertinggi mencapai 523 mmjam selama 15 hari hujan yang terdiri pada bulan Februari, sedang curah hujan terendah adalah 5 mmjam selama 3 hari hujan yang terjadi pada bulan September.  Obyek yang perlu di konservasi atau dilindungi Pada perencanaan yang akan dikerjakan ini bukan bangunan yang dilindungi, karena keadaan realistis bangunan ini tidak termasuk cagar budaya, dan kondisi bangunan yang sudah mengalami perubahan bentuk manjadi bangunan modern. Pada batasan dan asumsi yang telah di bahas pada bab sebelumnya bangunan ini mengalami bencana kebakaran dan hanya menyisakan puing-puing dari sisa kebakaran sehingga memerlukan pembangunan menjadi stasiun yang baru dengan kereta api eksekutif di atas tanah, sedangkan pada ekonomi tetap berada pada permukaan tanah. Gambar : 3.5 Ukuran Lahan Stasiun Pasar Turi Sumber : Analisa Penulis 58 14 43 140 101 64 Batas Site Sebelah Utara : Polsek Bubutan, PGS Sebelah Timur : jln. Semarang Sebelah Selatan : jln. Lamongan, Tempat Langsir Kepala Kereta Sebelah Barat : Pemukiman warga, Tempat Pencucian Kereta Gambar : 3.6 Batas Sebelah Utara sumber : hasil pengamatan lapangan Gambar : 3.7 Batas Sebelah Timur sumber : hasil pengamatan lapangan 65 Luas keseluruhan lahan dari stasiun pasar turi,= 969.105 M² Luas bangunan = 2.635 M², Luas halaman 8.511 M² Luas area parkir 8.524 M² menampung ± 300 Mobil  Letak bangunan stasiun terletak di tanah milik PERUMKA, sedang di sekitar tapak kebanyakan milik Kotamadya dan Swata  Letak Stasiun Pasar Turi terletak di tanah PERUMKA, sehingga pembangunan stasiun diharapkan tidak akan mengalami masalah status tanah yang menyulitkan, Gambar : 3.8 Batas Sebelah Selatan sumber : hasil pengamatan lapangan Gambar : 3.9 Batas Sebelah Barat sumber : hasil pengamatan lapangan 66 karena perubahan status tanah dapat dilakukan dengan jalan membeli dari swasta atau pemerintah dan dapat juga menukar antara pemerintah dan PERUMKA.  Kegiatan disekitar tapak diharapkan dapat menunjang kehadiran stasiun di Pasar Turi.  Keadaan di sekitar Stasiun Pasar Turi agak semrawut dengan banyaknya perumahan Slum berdiri di atas tanah milik PERUMKA. Juga banyak pedagang kaki lima di tepi jalan semarang, oleh sebab itu diadakannya penataan kembali bangunan – bangunan Slum tersebut dan mengawasi tanah – tanah milik PERUMKA secara teratur.  Topografi dari Stasiun setidaknya membutuhkan persyaratan tertentu terutama mengenai kebutuhan atau perlunya kelandaian dari jalu rel kereta api, guna menghindari kereta api yang berhenti di stasiun tidak meluncur atau berjalan dengan sendirinya

3.3.2 Aksesbilitas

Gambar : 3.10 Analisa Aksebilitas sumber : analisa penulis Letak Stasiun Pasar Turi berada di jalan semarang dengan dilalui sarana angkota bus, bemo, taksi, dll dengan demikian pencapaian ke arah stasiun relatif lebih mudah.  Jalan semarang merupakan jalan 2 arah lebar jalan ± 18 meter, tingkat kepadatan yang terjadi pada jalan ini cukup tinggi karena banyak kegiatan penjualan yang dilakukan di pinggir jalan, sehingga badan jalan banyak digunakan sebagai parkir ditunjukan pada jalur 1 67 Gambar : 3.11 Jalan Semarang Surabaya sumber : hasil pengamatan lapangan  Jalan Raden Saleh merupakan jalan 2 arah dengan lebar jalan ± 18 meter, tingkat kepadatan pada jalan ini sangat tinggi, kegiatan perniagaan dan pertokoan pada jalan ini menyebabkan sebagian ruas jalan digunakan sebagai parkir. ditunjukkan pada jalur 2 Gambar : 3.12 Jalan Raden Saleh Surabaya sumber : hasil pengamatan lapangan  Akses dari arah pusat grosir Pasar Turi juga hampir sama dengan jalan semarang. Sekitar badan jalan digunakan untuk berjualan parapedagang sehingga badan jalan digunakan untuk parkir ditunjukkan pada jalur 3  Akses bagi kendaraan motor yang ingin masuk ke dalam Stasiun Pasar Turi harus parkir pada area depan, dimana berdekatan dengan tempat parkir taxi dan bersebelahan dengan tempat bongkar muat. 68  Bagi pejalan kaki, kurang terdapatnya fasilitas tersendiri, di mana sekeliling area hanya tempat parkir yang paling banyak dan tidak terdapatnya pedestrian tersendiri bagi pejalan kaki.

3.3.3 Potensi Lingkungan

Secara keseluruhan Kecamatan bubutan tepatnya lokasi Stasiun Pasar Turi merupakan kawasan pertokoan dan perniagaan sehingga kawasan ini menjadi ramai, site di rencanakan sebagai pemukiman, dimana dalam perkembangannya banyak di pakai jasa perniagaan dan fasilitas umum seiring dengan perkembangan di wilayah tersebut. Fasilitas umum yang tersedia hanya beberapa dalam wilayah tersebut, pasar, kantor, sekolah hanya sebagian kecil, lahan terbuka terkelola merupakan kawasan Stasiun Pasar Turi. Gambar 3.13. Potensi Lingkungan Sekitar Site sumber : analisa penulis Keberadaan tapak Stasiun Pasar Turi di kawasan perkotaan dan pusat perbelanjaan serta Tugu Pahlawan memberikan potensi khusus pada tapak dan juga sirkulasi lalu lintas di sekitar tapak yang ramai, terutama di jalan semarang dan di jalan raden saleh. Jalan Semarang dilalui oleh bus kota maupun bemo, kendaraan bemo mempunyai tempat pemberintian sendiri, tetapi kurang pengaturannya sehingga bemo – bemo tersebut lebih suka berhenti di sepanjang jalan sambil menunggu penumpang. 69

3.3.4 Infrastruktur Kota

Letak lokasi Stasiun Pasar Turi dekat dengan pusat kota, pusat perdagangan dan perumahan yang mendukung keberadaan Stasiun Pasar Turi. Bila dilihat dari jalur transportasi umum kota Surabaya, maka hampir semuanya dari tepi kota yang melewati pusat kota. Maka untuk calon pemakai fasilitas Kereta Api dapat di capai dari penjuru kota dengan menggunakan kendaraan umum. Perkembangan kota Surabaya menurut rencana induk tahun 2000, Surabaya dikatakan bahwa arah perkembangan kota Surabaya itu yang terbanyak adalah ke arah barat dan dengan adanya jalur lingkar ring road dari Surabaya Selatan ke Surabaya Utara yang melewati di dekat lokasi stasiun, maka pencapaian ke stasiun Pasar Turi akan lebih mudah dan cepat. Perencanaan Stasiun Pasar Turi ini nantinya harus memperhatikan kemudahan serta kelancaran dari adanya perpindahan penumpang dari Kereta Api ke alat transportasi lainnya atau sebaliknya. Di dalam perencanaanya, dapat dilakukan dengan 2 macam cara yaitu:  Sistem yang mengatur perpindahan dari Kereta Api ke bis kota, taksi atau kendaraan penumpang yang lainnya dengan mudah dan lancar.  Suatu sistem dimana penumpang datang ke stasiun dengan kendaraan pribadi dan naik kereta api setelah memarkir kendaraannya. Sistem ini telah banyak berlangsung di negara- negara maju. Berdasarkan karakteristik penumpang dan tata guna lahan di sekitar stasiun, maka kedua sistem tersebut dapat diterapkan pada perencanaan Stasiun Pasar Turi ini. Untuk menetapkan dua sistem tersebut, di dalam perencanaanya nanti perlu diperhatikan dua faktor di bawah ini:  Area sistem harus di rencanakan sedemikian rupa sehingga dapat menampung kebutuhan penumpang di masa mendatang, terutama pada jam – jam sibuk.  Jalur sirkulasi untuk masing – masing alat angkut seperti bis kota, taksi, dan kendaraan pribadi haruslah terpisah sedemikian rupa untuk mengindari ketidak teraturan di dalam dan sekitar site. 70 Gambar 3.14 Peta Garis Sebaran Fasilitas Surabaya Pusat sumber : analisa penulis Gambar 3.15 Existing Sebaran Fasilitas Surabaya Pusat sumber : analisa penulis 71 Gambar 3.16 Sebaran Fasilitas Sekitar Lokasi Perencanaan sumber : analisa penulis Fasilitas Perdagangan : - Toko Ruko Rukan - Mall Supermarket Swalayan - Penjualan Produk Service - Rumah Makan Sebaran Pergudangan Industri Sebaran RTH Makam 72 Gambar 3.17. Peta Garis Sebaran Fasilitas Umum Surabaya Pusat sumber : analisa pribadi Gambar 3.18. Existing Sebaran Fasilitas Umum Surabaya Pusat sumber : analisa penulis 73 Gambar 3.19. Sebaran Fasilitas Umum Surabaya Pusat sumber : analisa pribadi Bangunan Pemerintahan Fasilitas Kesehatan Bangunan Pendidikan Taman, Fasilitas Olahraga dan Rekreasi 74

3.3.5 Peraturan Bangunan Setempat

Peraturan bangunan setempat kawasan Stasiun Pasar Turi termasuk dalam RDTRK Rencana Detail Tata Ruang Kota UP. Tujungan, yaitu:  Tinjauan Undang – Undang Tata Ruang No. 24 Tahun 1992 Penataan ruang kawasan perkotaan bertujuan untuk meningkatkan fungsi kawasan menjadi lebih optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan kehidupan manusia, meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam, buatan dan sosial  Tinjauan Undang – Undang Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002 Undang – Undang Bangunan Gedung no 28 2002 mengatur penataan banguan gedung sehingga tertib dan terwujud sesuai dengan fungsinya. Beberapa persyaratan harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut, seperti peruntukan lahan dan itentitas bangunan. Persyaratan peruntukan dan identitas meliputi lokasi, kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan bangunan tersebut  Tinjauan Peraturan Daerah No.7 Tahun 2002 Tentang Ruang Terbuka Hijau Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Derah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya. Diharapkan Ruang Terbuka Hijau dapat dimanfaatkan bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah sehingga menambah pendapatan asli daerah serta kembali kepada peran fungsinya menjadi paru-paru kota. 75

BAB IV ANALISA PERANCANGAN