10
BAB II TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
2.1. Tijuana Umum
2.1.1. Pengertian Judul
Pengertian Stasiun
Kata stasiun berasal dari kata “stationary” yang berarti diam tak bergerak, merupakan tempat bagi pemberhentian Kereta Api, di stasiun itu karyawan Kereta
Api turun untuk beristirahat dan digantikan oleh karyawan lain, juga untuk Kereta Api dibersihkan, diperiksa dan diperbaiki serta diisi bahan bakar.
sumber: wikipedia.com Rumah perhentian kereta api , trem,” Muhammad ali n.d
Selain itu juga stasiun digunakan sebagai tempat menurunkan dan menaikkan muatan baik berupa manusia atau barang, tempat menyimpan barang
angkutan dan juga tempat untuk penumpang Kereta Api. Pada frekuensi kedatangan dan keberangkatan yang rendah, bercampur baurnya semua tersebut
diatas bukan merupakan masalah, akan tetapi dalam perkembangannya stasiun menampung kedatangan dan keberangkatan Kereta Api yang semakin banyak,
akibatnya jumlah maupun jenis karyawan, penumpang, barang angkutan yang dilayani makin banyak.
Timbul masalah mengenai pengaturan sirkulasi Kereta Api sendiri, pemecahan masalah yang dilanjutkan sampai saat ini berupa pemisahan kegiatan
antara stasiun penumpang menampung kegiatan penumpang serta barang bawaannya, stasiun khusus barang stasiun minyak, stasiun hasil produksi, dan
dipolomotid tempat pemeriksaan dan barang lokomotif. Sumber: Perusahaan Umum Kereta Api, 1997
11
Pengertian Kereta Api
Kereta Api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak dijalan rel. Kereta Api ialah kendaraan penarik yang dijalankan dalam urusan
perjalanan Kereta Api, membawa rangkaian atau tidak. Kereta ialah kendaraan yang seluruhnya atau sebagiannya dipergunakan
untuk mengangkut penumpang, bagasi dan kiriman pos. Kereta Api Kerja ialah kendaraan penarik yang membawa rangkaian atau
tidak yang berjalan sebagai Kereta Api dalam waktu luar kerja. Sumber : Manajemen operasi, Masduki Achmad. Jakarta, Oktober 2002
Kereta ialah kendaraan yang seluruhnya atau sebagiannya dipergunakan untuk mengangkut penumpang, bagasi dan kiriman pos. Sedangkan kereta api adalah
kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak dijalan rel.
sumber : wikipedia.com
Pengertian Pasar Turi
Nama salah satu pusat perdagangan di Surabaya yang melayani masyarakat secara regional. sumber : digilib. Petra.ac.id
Pengertian Surabaya
Surabaya adalah sebuah kota di Indonesia yang terletak di 7º 12’-7º21’ LS dan 112º36’ 112º52 BT merupakan dataran rendah 3 – 6 meter di atas permukaan
laut yang luasnya 326,36 km², nama dari ibu kota propinsi Jawa Timur. Daerah ini merupakan Kotamadya Tingkat II sumber: Poerwadarminta, 2001
Surabaya merupakan nama kota di propinsi Jawa Timur, pusat wilayah pembangunan utama C, pusat perwilayahan regional Gerbang kertosusila
Surabaya kota, 1995
Pengertian Stasiun Kereta Api di Pasar Turi Surabaya
Dari pengertian di atas maka disimpulkan “ Stasiun Kereta Api Pasar Turi Surabaya” adalah suatu tempat pemberhentian teratur dari kereta api yang
merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif
12 kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri dan rangkaian kereta atau
gerbong dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang terletak di pusat perdagangan Surabaya
2.1.2 Studi Literatur
Status Stasiun
Status stasiun yang ditentukan oleh kedudukannya pada lintasan jalur baja atau rail yang mana terbagi menjadi ;
- Stasiun Awalan atau Akhir Buntu
Kedudukannya berada pada akhir atau awal dari lintasan jalur rail. -
Stasiun Antara Kedudukannya berada diantara lintasan jalur rail
- Stasiun Persimpangan
Kedudukannya berada pada persimpangan yang membagi atau mengumpulkan dua jalur lintasan rail.
Klasifikasi Stasiun
Terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: -
Stasiun Besar Tipe A
Pengertian Stasiun Besar Tipe A adalah Stasiun besar dengan pendapatan yang besar dan mempunyai jalur sepur yang banyak.
Contoh : Pasar Turi dan Sidotopo Tipe B
Pengertian Stasiun Besar Tipe B adalah Stasiun besar dengan pendapatan cukup besar dan mempunyai jalur sepur yang cukup banyak juga.
Contoh: Gubeng -
Stasiun Kelas I Tipe A
Pengertian Stasiun Kelas I A adalah Stasiun yang berada di bawah tingkat Stasiun Besar Tipe B, merupakan stasiun kecil dengan tingkat pendapatan
yang cukup, biasanya mempunyai jalur sepur sebanyak 4 sepur.
13 Contoh : Wonokromo
Tipe B Pengertian Stasiun Kelas I B adalah Stasiun yang berada di bawah tingkat
Stasiun Besar Tipe A, merupakan stasiun kecil dengan tingkat pendapatan yang sedikit, biasanya mempunyai jalur sepur sebanyak 2-3 sepur.
Contoh : Mojokerto, Blitar, dan Mbangil -
Stasiun Kelas II Pengertian Stasiun Kelas II adalah Stasiun yang berada di bawah tingkat
Stasiun Kelas I, merupakan stasiun kecil dengan tingkat pendapatan yang sedikit, biasanya mempunyai jalur sepur sebanyak 2 sepur.
- Stasiun Kelas III
Pengertian Stasiun Kelas III adalah Stasiun yang berada di bawah tingkat Stasiun Kelas II, merupakan stasiun kecil dengan tingkat pendapatan yang
cukup sedikit, biasanya mempunyai jalur sepur sebanyak 1-2 sepur. sumber : wawancara Kepala Stasiun Bpk. Aryawan Gatot
Cara penentuan klasifikasi Stasiun Kereta Api adalah dengan melihat beberapa faktor, yaitu ;
- Faktor jumlah penumpang.
- Angkutan barang.
- Kedudukan pemerintah daerah.
- Kedudukan inspeksi dan eksplotasi.
- Kedudukan depo.
Klasifikasi stasiun menurut kedudukannya bila ditinjau dari letak stasiun terhadap lintas jalur Kereta Api, Stasiun Surabaya Pasar Turi adalah stasiun awal
dan akhir yaitu sebagai tempat awal pembarangkatan dan akhir dari atau ke Stasiun Pasar Turi.
Bila ditinjau dari bentuk stasiunnya, maka Stasiun Pasar Turi dikatagorikan sebagai stasiun pararel, dimana letak bangunan stasiunnya dapat
dikatakan sejajar dengan jalur Kereta Api. Sedangkan klasifikasi Stasiun Surabaya Pasar Turi sebagai stasiun besar. Sumber : Manajemen operasi, Masduki Achmad.
Jakarta, Oktober 2002
14
Menurut Segi Fasilitas yang Dimiliki
- Stasiun jarak dekat commuter station
Stasiun yang melayani perjalanan bolak - balik dalam jarak dekat antar kota. Fasilitas yang dimiliki cukup sederhana serta pelayanan penumpang diberikan
secara cepat, mengingat frekuensi perjalanan yang relatif rendah -
Stasiun jarak sedang medium distance stasiun Stasiun yang melayani angkutan jarak sedang di sekitar luar kota yang
menghubungkan pusat - pusat kota dengan wilayah sub-urban. Fasilitas yang dimiliki lebih lengkap dan ruang tunggu yang lebih luas, mengingat frekuensi
perjalanan yang cukup tinggi. -
Stasiun jarak jauh long distance stasiun Stasiun yang melayani angkutan jarak jauh antar kota atau propinsi. Fasilitas
yang dimilikinya sangat lengkap, termasuk bongkar - muat barang gudang, serta dilengkapi dengan ruang tidur.
Manajemen operasi, Masduki Achmad. Jakarta, Oktober 2002.
Menurut Letak Kontruksi Bangunan
- Ground Level Station
Stasiun yang mana letak bangunan stsiunnya dan peronnya terletak pada satu level di atas tanah
- Over Track Station
Stasiun yang mana letak bangunan stasiunnya berada di atas peron -
Under Track Station Stasiun yang mana letak bangunan stasiunnya berada di bawah peron.
2.1.3 Studi Kasus Obyek
A. Stasiun Kereta Api Gambir di Jakarta
Lokasi Stasiun Gambir : Jln. Medan Merdeka Timur no 27 Jakarta Pusat Meskipun
Stasiun Gambir di bawah pengawasan Stasiun Kota, tetapi memiliki kelebihan dan keindahan manapun kemegahan dibandingkan stasiun-
stasiun yang lainnya. Contohnya pada tampilan tampak, penggunaan warna
15 stasiun Gambir lebih dominan menggunakan wama hijau sebagai ciri dari
stasiun itu sendiri. Pada tampilan terlihat adanya pilar-pilar kolom-kolom muncul
secara penuh, sehingga terlihat megah dan kokoh Seperti terlihat pada gambar 2.1. Tingkat kepadatan pada Stasiun Gambir pada hari biasa bisa
mencapai 7000 orang, sedangkan pada hari Lebaran atau libur besar bisa mencapai angka kenaikan sebesar 40 pada hari biasa. Sumber : Wakil kepala
Stasiun M Basyir
Fasilitas yang dimiliki
Stasiun Gambir menyediakan stand penitipan barang dan penukaran mata uang bagi penumpang. Selain itu, ada pula stand pemesanan beberapa hotel di
seluruh Indonesia. Dan jika khawatir bingung mengenai angkutan umum menuju tempat tujuan di Jakarta, maka cukup datangi loket pemesanan taksi perusahaan
Blue Bird Grup yang disediakan di pintu keluar. Fasilitas lainnya yang disediakan Stasiun Gambir ialah para porter atau kuli angkut. Para porter itu memakai
seragam berwarna merah dengan tulisan “Gambir”, sebagai tanda porter resmi di stasiun ini. Ada pula para petugas keamanan, baik di loket maupun peron yang
akan menjamin para penumpang dari tindakan kriminalitas. Gambar 2.1. Tampilan Tapak
sumber : .profil PT KAI. Th 2005
16 Sedangkan pada bagian dalam ruangan dengan adanya aktifitas-aktifitas
dari para pengunjung dan beraneka perbedaan kondisi manusia, pada Stasiun
Gambir sarana untuk tuna netra maupun cacat tubuh lumpuh, yaitu dengan
memberikan fasilitas untuk cacat tubuh, mungkin sarana ini juga diberikan pada stasiun-stasiun yang lainnya tetapi tidak sepenuhnya berfungsi. Perbedaan yang
ada contohnya; adalah jasa yang menangani para cacat tubuh bila sangant diperlukan, dengan memberikan sinyal bantuan pelayanan menekan bel yang
telah tersedia. Gambar 2.3. Taxi Serviec Stasiun Gambir
sumber : profil PT.KAI Th 2005 Gambar 2.2. Pusat Informasi Hotel Satsiun Gambir
sumber : profil PT.KAI Th 2005
17 Selain itu juga adanya kemungkinan yang lain untuk para cacat tubuh
ataupun tuna netra dengan adanya lift dari lantai dasar sampai pada lantai tiga sebagai penurunan dan keberangkatan penumpang Kereta Api. Sebenarnya masih
banyak lagi seperti pada sarana toilet sendiri yang juga adanya penanganan bagi
para cacat tubuh. Sedangan untuk tuna netra agar dapat mendapatkan petunjuk-
petunjuk yang ada pada Stasiun gambir dengan adanya tulisan braile yang mana terdapat pada setiap fasilitas yang diberikan pada Stasiun Gambir, seperti halnya
bila akan naik maupun turun tangga, memasuki toilet dan lain lain. Gambar 2.4. Bel Bantuan Pelayanan
sumber : Baskoro 2003:12
Gambar 2.5. Toilet untuk cacat tubuh sumber : Baskoro 2003:13
18
Pola Sirkulasi
Sarana penghubung antar lantai dimana selain lift untuk para cacat tubuh,
juga adanya tangga dan escalator. Selain fasilitas yang ada diatas yang
membedakan dengan stasiun-stasiun yang lainnya yang mana pada Stasiun Gambir disini sangat memperhatikan fasilitas maupun kebutuhan yang diperlukan
dalam mendirikan bangunan Stasiun Kereta Api, wajar saja bila perancang maupun desainnya mengambil dari ahli perkereta apian yang ada di Jepang. Pada
Stasiun Gambir ini terdapat tiga tempat loket sebagai pembelian karcis, empat tempat yang digunakan sebagai toilet, pintu masuk-keluar untuk tamu VIP para
pejabat tinggi mentri dan lain-lain, terdapat lima pintu keluar-masuk yang terletak dari segala penjuru, dan lain-lain.
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan pada Stasiun Gambir ini merupakan Arsitektur Modern dapat dilihat bentukan yang terjadi merupakan bentukan persegi dengan
atap tradisional jawa yaitu joglo, pada fasad depan stasiun terdapat kolom struktur yang sengaja di ekspos untuk memperlihatkan kesan monumental dari bangunan
Stasiun ini. Gambar 2.6. Penghubung Tiap Lantai Tangga Eskalator
sumber : Baskoro 2003:15
19 Gambar 2.7. Fasad Bangunan Stasiun Gambir
sumber : Profil PT KAI Th 2005
Gambar 2.8. Pedestrian Bagi Pejalan Kaki sumber : Baskoro 2003:16
Gambar 2.9. Perspektif view sumber : Profil PT.KAI Th 2005
20
Pola Struktur
Struktur pada Stasiun Gambir di dominasi oleh beton bertulang, pada area atrium kolom dengan dimensi 70 cm berada di sekitar area tersebut, yang
menghasilkan void sebagai view ke lantai di bawahnya, pada stasiun gambir bentukan bangunan sendiri merupakan persegi panjang, sedangkan struktur
bangunan lingkaran.
Pada Struktur bagian peron Stasiun Gambir di dominasi dengan pemakaian baja dengan bentang lebar, dimana pada bagian tengah tersebut
digunakan untuk lalu lintas kereta api dan aktifitas dari penumpang stasiun kereta api.
Gambar 2.10. Autorium Stasiun Gambir sumber : Profil PT.KAI Th 2005
Gambar 2.11. Peron Stasiun Gambir sumber : Profil PT.KAI 2005
21
Utilitas Bangunan
Untuk pencahayaan pada Stasiun Gambir ini menggunakan pencahayaan alami dimana terdapat penutup atap yang di desain transparant, guna
memanfaatkan pencahayaan alami masuk ke dalam stasiun, pada ruang-ruang seperti ruang pengelola dan ruang staff terdapat pencahayaan buatan. Untuk
penghawaan yang banyak menggunakan penghawaan alami, beberapa ruang kepala stasiun dan wakil kepala stasiun menggunakan penghawaan buatan.
B. Studi Kasus Stasiun Gubeng di Surabaya
Stasiun Gubeng berada pada Jln. Gubeng Masjid Surabaya Timur Gubeng, dengan Luas ± 11.262 m
2
Batas Sebelah Utara : Gardu PLN Batas Sebelah Timur : Stasiun Gubeng
Batas Sebelah Selatan : Jln. Stasiun Gubeng Gubeng Pojok Batas Sebelah Barat : Gubeng Pojok
Tampilan
Stasiun Kereta Api Gubeng pada tampilan tampak terlihat menggunakan atap perisai, lain halnya yang terdapat pada Stasiun Gambir maupun Stasiun Pasar
Turi, yang menggunakan atap joglo sebagai kaidah adap Jawa. Penggunaan warna pada Stasiun Gubeng ini menyamakan dari adanya warna yang dipergunakan pada
gedung Perusahaan Air minum, yang berada Stasiun Gubeng itu sendiri
Gambar 2.12. Exterior Stasiun Gubeng Baru sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
22 Pada Stasiun Gubeng lama masih teteap digunakan sebagai stasiun
ekonomi dan tidak mengalami pemugaran, stasiun lama masih memperlihatkan bangunan kolonial belanda dimana dilihat dari pintu, bentukan bangunan sendiri,
dan detail kontruksi bangunan belanda.
Fasilitas yang dimiliki
- Terdapatnya Penitipan Barang
- R. Eksekutif Lounge
- R. VIP
- R. Ekonomi pada sebelah barat bangunan Stasiun Gubeng Lama
- Mushola
- Area Makanan Siap Saji
- Holand Bakery
- L.A. Chickend
- Donkin Donout
- Fresh Cafe
- Brownies Amanda
- Area Makanan Tradisional pada bangunan sebelah barat dan timur
- Hiburan Area Peron
Pada area penitipan barang berada pada bangunan sebelah barat, dengan tarif Rp 7.000,- untuk penitipan di dalam lemari, sedangkan pada luar lemari yang
Gambar 2.13. Exterior Stasiun Gubeng Lama sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
23 mempunyai kapasitas yang lebih besar Rp 8.000,-. Pada area Exsekutif lounge
terdiri dari 2 lantai, area lantai 1 digunakan sebagai kegitan publik, lantai 2 digunakan sebagai tempat santai dan area makan.
Pada area peron sebelah timur terdapat area panggung kecil di tengah- tengah area peron yang berdekatan dengan pintu masuk, area ini digunakan
sebagai penghibur kepada para penumpang dan pada beberapa saat terdapat penumpang yang ingin menyumbangkan lagu dapat menyayikan di panggung ini.
Gambar 2.14. Exterior Exsekutif Lounge sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
Gambar 2.15. Stage di Area Peron sebelah Timur sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
24 Area makan tradisional yang berada beradapan pada bangunan sebelah
barat dan timur ini menjual berbagai macam makanan yang sesuai dengan lidah .
Pada sisi luar bagian utara terdapat canopy bagi pejalan kaki yang mengarahkan ke bangunan, dan area jadwal kereta api, para pejalan kaki dapat
langsung menuju ke bangunan, dan dapat terhindar dari sirkulasi kendaraan
pribadi
Pola Sirkulasi
Pada Stasiun Gubeng Sirkulasi banyak bersifat horizontal dimana artinya penumpang banyak dari pintu masuk menuju ke area peron, menunggu kereta
berangkat, pada area peron di Stasiun Gubeng gabung dengan area peron Gambar 2.16. Area makanan tradisional
sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
Gambar 2.17. Canopy pada Sisi Utara Luar sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
25 bangunan lama, sebagian panumpang ada yang menuju ke lantai 2 dengan
menggunakan akses dari ruang tunggu VIP, dan ruang tunggu Eksekutif.
Gambar 2.18. Pintu Masuk Bangunan Sebelah Timur sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
Gambar 2.19. Peron Sebelah Timur sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
Gambar 2.20. Transpotasi Vertikal Tangga sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
26
Pola Struktur
Struktur pada Stasiun Gubeng ini didominasi oleh beton bertulang, dimana pada bangunan baru kolom struktur berbentuk lingkaran pada area peron sebelah
timur, yang berada tepat di sekitar area stage juga hampir sama, sedangkan pada area stasiun kontruksi menggunakan baja dengan bentang lebar dan bagian kiri
dan kanan berbentuk seperti payung.
Utilitas
Pada Stasiun Kereta Api Gubeng ini pencahayaan mengggunakan pencahayaan alami, hanya beberapa ruang yang menggunakan pencahayaan
buatan seperti kantor pengelola dll, penghawaan juga banyak menggunakan penghawaan buatan, pada ruang-ruang tertentu menggunakan AC seperti ruang
Kepala Stasiun dan Wakil Kepala Stasiun. Gambar 2.22. Baja pada tepi stasiun
sumber : hasil pengamatan lapangan 2009 Gambar 2.21. Bentang Tengah Peron
sumber : hasil pengamatan lapangan 2009
27
Interior
Sedangkan pada bagian dalam ruangan dengan adanya aktifitas-aktifitas dari para pengunjung
dan beraneka perbedaan kondisi manusia, disini Gubeng terdapat sarana yang disebut ruang Eksekutif, tetapi sangat berbeda
sekali dengan yang ada pada Stasiun Pasar Turi dimana luasan yang diberikan lebih kecil dan hannya memiliki kapasitas 60 orang pada lantai 1, meskipun
ruangan tersebut berada pada lantai satu dan dua tetapi tetap saja kurang efisien, apalagi yang terdapat pada lantai dua jarang dipergunakan dan diperuntukkan
untuk umum.
Selain itu juga adanya ruang tunggu eksekutif biasa bagi para penumpang Kereta Api Bisnis maupun ekonomi, yang terdapat pada pinggir lintasan Kereta
Api dan kapasitas maupun luasan ruang sangat memadai sampai ± 800 orang
yang duduk dikursi, dan terdapat dua jenis ruang tunggu biasa, dimana ada yang
terdapat pada bagianan dalam dan ada yang dipinggir lintasan Gambar 2.23. Ruang Tunggu Eksekutif
sumber : Baskoro 2003:16
Gambar 2.24. Ruang di dalam Stasiun sumber : Baskoro 2003:16
28 Juga terdapat ruang lain yang terdapat pada Stasiun Gubeng yaitu ruang
tata usaha yang dipergunakan oleh dua karyawan pekerja Stasiun Gubeng.
2.1.4 Analisa Hasil Studi
Perbedaan antar studi kasus sejenis
Tabel 2.1 Perbedaan Studi Kasus
KETERANGAN STASIUN GAMBIR
STASIUN GUBENG Banyak Massa dan
Gubahan Massa Banguan Massa tunggal dengan
gubahan dan tampilan massa yang modern
Dua Massa dengan memperhatikan
tampilan dan gubahan massa yang ditonjokan
dengan konsep atau tema tertentu.
Persamaan Studi Kasus Sejenis
- Fasilitas yang dimiliki
Kedua Studi kasus mempunyai persamaan di dalam fasilitas yang disuguhkan kepada penumpang, hanya pada stasiun gambir di lakukan di lantai 2, dan
pada Stasiun Gubeng banyak dilakuakn di lantai 1. -
Pola Sirkulasi
Sama-sama menggunakan transportasi vertikal berupa tangga untuk akses pencapaian ruang-ruang tertentu, hanya saja paga stasiun gambir banyak
Gambar 2.25. Ruang di Tata Usaha sumber : Baskoro 2003:16
29 kegiatan yang melewati transportasi vertikal ini, pada Stasiun Gubeng hanya
sedikit banyak yang secara horizontal.
- Tampilan Bangunan Stasiun
Sama – sama menampilkan Arsitektur Modern, dengan menggunakan atap miring baik perisai atap joglo yang menandakan bangunan ini beradaptasi
dengan iklim di mana bangunan ini berada.
- Sistem Utilitas
Kedua Stasiun menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami, hanya beberapa ruang yang menggunakan buatan karena beberapa faktor lokasi dan
kebutuhan akan energi buatan yang dilakukan pada ruangan tersebut. -
Pola Struktur Pada kedua studi kasus bangunan mempunyai bentukan persegi dan kolom
struktur yang ditonjolkan berupa lingkaran, untuk peron selalu menggunakan baja dikarenakan bentang lebar, akan mwwadahi kegiatan yang berada di
bawah tersebut berupa jalan kereta api dan penumpang stasiun kereta api.
Dari hasil analisa diatas bisa disimpulkan bahwa baik dari tempat yang skalanya kecil maupun yang skalanya besar, keduanya memiliki visi misi atau
tujuan yang sama yaitu menghadirkan tempat yang dapat mewadahi kegiatan penumpang kereta api yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah bangunan
stasiun dan ruang tunggu penumpang yang respentatif. Dari tujuan yang sama tersebut maka ketiganya menghadirkan sebuah unsur yang mendukung visi misi
yang dijalankan, seperti dari segi fasilitas, kegiatan yang dilakukan, dan suasana tampilan yang dihadirkan sama sesuai dengan ciri dan identitasnya untuk
mendukung tercapainya tujuan.
30
2.2 Tinjauan Khusus Perancangan