3. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini perlu
memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan waktu per menit, per jam, per hari, dan lain-lain.
4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan
data. 5.
Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang
diukur. 6.
Memfokuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini.
2.6.2 Data Numerik atau Kuatitatif
Alat-alat yang mengunakan data numerik untuk mengadakan perbaikan kualitas pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu hal terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke dalam grafik, seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian
dilakukan analisis terhadapnya. Check sheet ini dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam tahap pelaksanaan do dalam plan-do-check-action cycle. Di sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini dilakukan dengan mengumpulkan
pendapat pelanggan mengenai proses jasa pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan tally sheet. Pada tabel 2.1 dapat dilihat contoh
penggunaan tally sheet pada jasa pelayanan bengkel, dan tabel 2.2 adalah contoh penggunaan check sheet yang juga pada jasa pelayanan bengkel
mobil Surya Agung Indah Motor.
Tabel 2.1 Tally Sheet
Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 bulan
Kualitas perbaikan mobil Pelayanan administrasi
Pelayanan mekanik Peralatan kuno
Sumber: Goetsch dan Davis 1995 Tabel 2.2 Check Sheet
Frekuensi Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
Minggu 4
Kesalahan pengecekan Vv
V -
v Kesalahan perbaikan
V -
- vvv
Kesalahan pemakaian Vvv
Vv vv
vv Kesalahan perawatan
V V
v v
Sumber: Schonberger dan Knood 1997 b.
Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang yang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi yang paling kanan.
Gambar 2.1 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.
ju m
la h
c a
c a
t P
e rc
e n
t
j enis cacat Count
5.8 Cum
39.1 69.6
94.2 100.0
27 21
17 4
Percent 39.1
30.4 24.6
Kait Rusak Pecah
Retak Gum pil
70 60
50 40
30 20
10 100
80 60
40 20
Gambar 2.1 Pareto Diagram Sumber: Mitra 1993
5 10
15 20
25 30
Ju m
lah C
aca t
Gumpil Pecah Retak
Kait Rusak
Jenis Cacat
c. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang
penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Histogram Sumber: Goetsch dan Davis 1995
2.6.3 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses stastistical, diagram
sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab sebab dan karakteristik kualitas akibat yang sering disebut juga sebagai diagram tulang ikan
fishbone diagram karena bentuknya seperti kerangka ikan. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan sebagai berikut: a.
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. b.
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah c.
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab suatu masalah yang sedang
dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa penyebabnya?
2. Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?
3. Bertanya “mengapa” beberapa kali konsep five whys sampai ditemukan
penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam
diagram sebab akibat seperti pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang ikan Sebab Akibat Sumber: Goetsch dan Davis 1995
2.7. Fault Tree Analysis FTA
Fault Tree Analysis adalah suatu teknik design keandalan reliability suatu design sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan
sistem, yang disebut juga ‘top event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana top event disebabkan oleh kegagalan atau peristiwa pada level bawah baik secara
individu maupun kombinasi. Selain menunjukkan hubungan logika, Fault tree Analysis juga dapat
digunakan untuk mengkualifikasi probabilitas top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability terhadap peristiwa kegagalan sistem. Perlu
diperhatikan disini bahwa Fault Tree Analysis yang berbeda harus dibangun untuk setiap top event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau hubungan logika antar
peristiwa kegagalan yang berbeda. Fault tree Analysis merupakan teknik penggambaran kegagalan sistem
berkarakteristik top down yaitu dimulai dari peristiwa awal yang disebut top event. Fault tree Analysis dapat digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya top
event yang diperoleh dari prediksi keandalan peristiwa serta metode cut and tie
set untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan sistem. Russell dan Taylor Jurnal:2000, menyebutkun bahwa Fault Tree Analysis
merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat produk yang saling memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan Fault Tree karena
peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang memperlihatkan cacat produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu lebih lanjut akan
merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk. Dengan sifatnya yang demikian,
maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola analisis sebab-akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan fishbone
diagram. Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka _fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and Effects
Analysis FMEA. Berhubung karena menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi
cacat yang besangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk product failure.
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai sebagai alat pengendalian proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya. Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu: 1.
Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen. 2.
Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan.
Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang akan dievaluasi dan dikendalikan.
2.7.1 Prinsip Fault Tree
Prinsip fault tree menurut Alain Villemeur, 1992 :149-196 dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:
a. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kombinasi mengarahkan pada
kejadian yang tidak diinginkan. b.
Menghadirkan grafik kombinasi seperti terstruktur. Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon
kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis. Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi
penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal di aplikasi deduktif berdasarkan urutan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan
objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh sebuah pohon. Pohon kesalahan berisi urutan tingkatan tingkat kejadian yang dihubungkan
dalam beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika hate atau gerbang,
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan. Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar diidentifikasi. Peristiwa
itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui. Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari
semua kesalahan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataannya itu adalah
suatu model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun pada kejadian yang tidak diinginkan.
2.7.2 Konstruksi Fault Tree
Analisa Fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya
digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun kemudian untuk
memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis,
yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus cukup tersedia untuk tiap komponen sistem yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu
dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.
Pada beberapa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas dari sistem harus ditentukan. Kondisi-kondisi batasan sistem
mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh Fault tree. Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang
didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada, banyak kemungkinan bagi kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang
sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejadian 1 yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari
keterjadiannya harus dapat dikuantitaskan dan 2 yang dapat lebih jauh dipilih untuk menemukan penyebabnya.
2.7.3 Konsep Dasar
Fault Tree Analysis
Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan fault tree analysis,
konsep tersebut menurut Alain Viilemeur,1992 1.
Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan Top Event Pusat fault tree analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan.
Peristiwa ini mendatangkan peristiwa puncak dan analisa ditunjukkan pada pendapatan semua penyebab-penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu
bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan pabrik aspek ekonomi.
Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak dinginkan harus didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu
spesifik, analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar sistem, oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan
kejadian yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah dikarakteristikkan sesuai misi-misi sistem.
2. Presentasi Gerbang Logika
Peristiwa-peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Contoh AND Gate Sumber: P. L. Clemens; 2002
3. Penjelasan kegagalan penyebab kegagalan
Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya P.L. Clemen, 2002: 9 yaitu:
1. Kegagalan atau penyebab primer Kegagalan elemen penyebab peristiwa yang tidak diinginkan atau Top
Event. 2. Kegagalan atau penyebab sekunder
Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak
diinginkan. 4. Peristiwa
dasar Analisa peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh karena
itu, kejadian-kejadian harus hati-hati ditemukan sejak mencapai batas analisis. Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut:
1. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan dan sejauh mana ketidakgunaan batas asal kejadian.
2. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari
mencakup ketika teridentifikasi. 3. Kejadian tidak dapat digambarkan atau sebagai dasar dan penyebab
kejadian itu belum dikembangkan, tetapi akan segera dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian secara
atemporer menjangkau batas dalam mempelajari dan bagaimana data kurang memadai untuk contoh penyebab kejadian ini akan diketahui.
2.7.4 Tahapan Fault Tree Analysis
Menurut Thomas Pyzdex, 2002: 159-164 Fault Tree mempunyai beberapa tahapan umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke
akar-akar penyebabnya, yaitu: 1.
Tentukan kejadian paling atas, kadang-kadang disebut kejadian utama. Ini adalah kondisi kegagalan di awal studi
2. Tetapkan batasan
Fault Tree Analysis 3.
Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubungan pada satu dengan lainnya untuk kejadian paling atas.
4. Buat pohon kesalahan, mulai kejadian paling atas dan bekerja ke arah
bawah. 5.
Analisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam menghilangkan kejadian yang mengarah kepada kegagalan.
6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan
rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat terjadi. Fault Tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang
menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan. Beberapa simbol yang digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan ditunjukkan
dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika Gerbang Dalam Fault Tree Analysis
Simbol gerbang Nama Gerbang
Hubungan Kasual
Gerbang AND Gerbang keluaran terjadi jika
semua kejadian masukkan terjadi secara serentak
Gerbang OR Kejadian keluaran terjadi jika satu
dari kejadian masukkan terjadi
Gerbang Menghalangi Kejadian keluaran terjadi jika satu
dari kejadian masukkan terjadi
Gerbang AND Prioritas
Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukkan terjadi
dengan urutan dari kiri ke kanan
Gerbang OR Ekslusif Gerbang keluaran terjadi jika satu,
tetapi tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi
n inputs Gerbang m- diluar -n
gerbang votting atau sampel
Kejadian keluaran terjadi jika m- diluar -n kejadian masukan terjadi
m
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513
Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam fault tree, selain itu juga terdapat simbol kejadian seperti pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Simbol-simbol Kejadian Logika dalam FTA
Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang
Lingkaran Kejadian dasar dengan data yang cukup
Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang
Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi
Oval Kejadian bersyarat yang digunakan dengan
gerbang menghalangi
Segitiga Simbol perpindahan
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514
2.7.5 Cut Set Method
Cut Set menurut P. L. Clemens, 2002: 58 adalah kombinasi pembentuk pohon kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak
terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk
menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.5
TO
C
A B
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set Sumber: P. L. Clemens, 2002
Peristiwa A, B, dan C membentuk peristiwa T. peristiwa A, B, dan C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang menyebabkan
peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set Alain Villimeur, 1992 :169. Minimal cut sit ini adalah kombinasi peristiwa yang
paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari peristiwa-peristiwa dalam minimal cut set tidak terjadi. maka peristiwa puncak
atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial
menyebabkan kecacatan peristiwa puncak. Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu:
a. Minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi
peristiwa yang tidak diinginkan top event. b.
Minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika kejadian secara simultan atau bebarengan dan menyebabkan peristiwa tidak
diinginkan.
2.7.6 Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set
Beberapa langkah membentuk cut set menurut P. L. Clemens, 2002: 56 yaitu: 1.
Mengabaikan semua unsur-unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar. 2.
Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan masing-masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.
3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah
membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal.
Sebagai kontruksi maju: a.
Menggantikan nomor untuk masing-masing gerbang OR dengan semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam
matrik kolom. Masing-masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pula berisi masukkan lain di baris induk asli.
b. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka-angka mewakili pembentuk. Masing-masing baris dari matrik ini adalah cut set
Boolean. Dengan pemeriksaan, menghapuskan baris manapun yang berisi semua unsur-unsur berlebihan dalam baris dan baris yang
menyalin baris lain. Baris yang sisa adalah minimal cut set.
Pembentukan cut set dapat dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
1 2
3 4
2 TOP
2.7.7 Probability
Quantitative Cut Set
Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas
hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini P. L. Clemens. 2002: 72-73
F S
F P
F
Keterangan S
= Sukses ProdukProses F =
Kegagalan Failure
PF = probabilitas kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang, yaitu:
1. untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukannya
mengalami penjumlahan dan pengurangan. a.
Untuk 2 masukan
B A
B A
F B
A F
P P
P P
P P
P P
]
1 1
[ 1
b. Untuk lebih dari 2 masukan
C B
A F
P P
P P
2.
Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan. Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara
perhitungannya sama yaitu dikalikan. Berikut ini merupakan diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah
satu top event yang terjadi dalam proses produksi Karpet Mobil di PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya yaitu proses ekstruder.
a E m b le m B urn t
A B
C
Gambar 2.7 Contoh Fault Tree Analysis
A o B o
C o
1 2
b c
d
e f
g 3
1 2
3 4
Gambar 2.8 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
.
6 5
4 3
4 1
3 1
2 1
xP xP
xP P
P P
P P
xP P
P P
K T
Tabel 2.5. Skala Probabilitas
Tingkat Kegagalan Kriteria
1 in 10 1 in 100
1 in 1.000 1 in 10.000
1 in 100.000 1 in 10.000.000
Kegagalan sering terjadi frequent . Sangat mungkin kegagalan terjadi probable .
Kegagalan agak mungkin terjadi occasional . Kegagalan jarang terjadi remote .
Kegagalan sangat jarang terjadi improbable . Kegagalan tidak mungkin terjadi exiremely remote .
Sumber : The IEE Institute of electrical Engineers 2004
2.8. Pengertian Karpet Mobil
Karpet mobil adalah alas bawah yang berfungsi untuk kenyamanan kaki saat berkendara.
2.8.1. Bahan Baku
Adapun bahan – bahan yang dibutuhkan untuk karpet mobil antara lain :
1. Bahan utama
Keterngan dari Bahan Baku utama adalah sbb:
a. Karpet
Penentuan jenis karpet yang di gunakan tergantung permintaan,biasanya yang sering di gunakan adalah karpet jenis nylon
yang di datangkan dari Jepang, dan Poly Plane P P dan Nylon dari PT.Classic Carpet.
b. SBS Resin Stryne Butadine Stryne
Adalah jenis karet,berupa butiran-butiran yang nantinya akan di leburkan ke dalam mesin exstruder dan di rekatkan pada karpet dan
menjadi alas dasar dari karpet mobil yang di produksi.
2. Bahan Baku Penunjang
Sewing yarn Yaitu Benang yang di gunakan untuk menjahit Obras Pinggiran
dari karpet mobil.
3. Assesories
Di gunakan sebagai pelengkap tambahan dari karpet mobil,adapun beberapa jenis accessories yang di gunakan adalah Magic Tape,
Emblem, Heel Pad, Caution Label, grommet, PP.Plate, Manual Panduan Pemasangan Karpet, Tas Pin.
2.8.2. Jenis Mesin Yang Digunakan
Jenis Mesin-mesin yang di gunakan yaitu :
1. Mesin Utama
a. Exstruder SBS
Mesin yang berfungsi untuk melaminasimerekatkan material carpet dengan SBS pada Temperatur tertentu
b. Crusher
Mesin yang berfungsi untuk menghancurkan sisa SBS dari proses exstruder dijadikan bahan campuranRecycle intipembuatan SBS.
c. Press Machine
Mesin yang berfungsi untuk membentuk model cetakan yang sudah di buat.
d. Cutting Machine
Mesin yang berfungsi untuk memotong karpet sesuai panjang karpet yang dibutuhkan belum berpola .
2. Mesin Penunjang
a. Trimming
Mesin yang berfungsi untuk memotong karpet sesuai pola atau cetakan.
b. Welding Heelpad
Mesin yang berfungsi untuk menempelkan heel pad.
c. Welding Emblem
Mesin yang berfungsi untuk merekatkan emblem dengan system welding dan untuk mencetak emboss dengan system hot stamp.
d. Sewing Overlock
Mesin yang berfungsi untuk menjahit bagian tepi karpet. e.
Sewing Single Needle
Mesin yang berfungsi untuk menjahit accessories
f. Dotter
Mesin yang berfungsi untuk memasang accessoris logam. g.
Magic Tape Cutting Mesin yang berfungsi untuk memotong magic tape.
h. Thermaber Printer
Mesin yang berfungsi untuk mencetak label keterangan yang akan ditempelkan pada pembungkus karpet.
2.8.3. Proses Produksi Karpet Mobil Jenis SBS Adapun langkah-langkah dalam proses produksi Karpet mobil jenis SBS
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pembentukan Dasar Material SBS yang masih berbentuk butiran – butiran dicurah atau
dimasukkan kedalam suatu mesin extruder, mesin ini berfungsi sebagai tempat peleburan butiran – butiran SBS dengan proses steam tujuannya
untuk meleburkan material SBS sehingga bisa dibentuk lembaran. 2.
Pembentukan Inti Proses pembentukan hasil dari extruder sesuai spesifikasi teknik MDS
dengan menggunakan cetakan sesuai bentuk yang diminta buyer, di dalam proses triming ini terdapat mesin pemotongan.
3. Pembentukan Akhir Finishing
Proses welding emblem dan hot stamp menggunakan mesin hot press kemudian dilakukan proses penjahitan untuk menjahit bagian tepi karet
denagn mesin overlock sewing dan pemasangan aksesoris dengan mesin sewing single needle, kemudian proses dotting yaitu proses pemsangan
yang terbuat dari logam. Setelah itu diinspeksi dan finishing yaitu proses perapian karpet dari sisa – sisa potongan benang setelah itu proses packing
dalam box yang sudah disediakan.
2.9. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. Maria Rita Joan Hosana 2005 ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving
Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis FTA di CV. Sinar Terang Beton, Surabaya”, Tugas Akhir S
– 1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Penelitian kali ini dilakukan di CV. Sinar terang Beton Surabaya yang bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat kecacatan produk paving stone
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dilihat dari segi kepuasan pelanggan dengan menggunakan pendekatan metode Fault Tree Analysis
FTA. Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui penyebab primer dan penyebab sekunder secara brainstorming pada pihak karyawan operasi pada masing – masing stasiun
kerja dalam proses produksi.
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi. 3.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
spesifik. c.
Perhitungan Probabilitas Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga
diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.
Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi adalah pengayakan kurang, komposisi semen terlalu sedikit
dibanding komponen lain, pekerja tidak terampil, penataan salah tidak rapi , frekuensi air pengairan kurang. Dari penyebab diatas dapat diketahui
peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top event yaitu paving retak, paving pecah, warna paving pudar.
Berdasarkan perhitungan
Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan sebagai berikut:
a. Paving retak, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.69028 dan sesudah evaluasi 0.68725. b.
Paving pecah, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi 0.2885 dan sesudah evaluasi 0.3143.
c. Warna paving pudar, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.4032 dan sesudah evaluasi 0.4503. Dari data diatas maka peristiwa top event yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa paving retak dengan probabilitas 0.68725 per 10 menit yang membuat pelanggan sering mengeluh. Sehingga perlu
diadakan correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu lahan pengeringan diperluas, pemantauan dan pengarahan pada pekerja, mengontrol
penyiraman agar disesuaikan dengan volume paving yang disiram, komposisi semen dengan dengan komponen lain adalah 1 : 3 detik, mengendalikan
penggetaran saat pencetakan dengan batas getaran 15 – 30 detik.
Maria Rita Joan Hosana, 2005, ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis FTA di CV. Sinar Terang Beton,
Surabaya”, Tugas Akhir S – 1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
2. Nour Ika Okvania, 2007,
”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis FTA di PT.
Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang
di produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile
Indosteel dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis. Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan
menggunakan metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi. 3.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
spesifik.
c. Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap perusahaan ke depan. Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses
produksi baru berjalan, terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel, pemakaian kaliber roll sudah maksimal,
pemasangan roll kurang tepat, desain kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air pendingin kurang baik, operator kurang teliti,
operator kurang terampil, operator terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top
event yaitu besi beton bersirip atau nguping, besi beton permukaan berlubang dan besi beton ukuran tidak sesuai.
Berdasarkan perhitungan
Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan sebagai berikut:
a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi 0.1714.
b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi 0.1178.
c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal
proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773. Dari data diatas maka peristiwa top event yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat
terjadinya kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang
presisi, operator terburu – buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak.
Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis FTA di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas
Akhir S–1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
3. Deddy Chrismianto ”Aplikasi Fault Tree Analysis FTA Dalam Analisa
Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT – UNDIP Semarang, www google. Com
Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan terpenuhi jika sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Sistem pelumas pada kapal adalah sangat penting untuk pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebaga penggerak utama
kapal. Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem
pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen–komponen yang terdapat pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan
dengan adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka
perlu dilakukan analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami kegagalan.
Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi model kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi
operasional sistem pelumas, komponen–komponen yang dapat menyebabkan kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap–tiap komponen terhadap
sistem pelumas dan keandalan dari komponen–komponen sistem pelumas. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen
sistem basic event dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang dipakai untuk untuk menyatakan hubungan tersebut disebut
gerbang logika. Dari diagram fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian komponen sistem, apabila terjadi kegagalan
dapat berakibat kegagalan pada sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. Untuk mencari
minimal cut set digunakan Method for obtaining cut sets Mocus yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault
tree. Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree
Analysis FTA menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem pelumas tidak berfungsi dengan baik atau gagal dengan sub sistem
yang mengalami kegagalan adalah sebagai berikut: 1.
Sistem pemompaan -
Hand Pump I -
Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump
- Hand Pump II -
LO Pump 2.
Sistem pertukaran kalor -
Komponen Cooler 3.
Sistem suplai minyak pelumas dan -
LO Service Tank 4.
Sistem penyaringan minyak pelumas -
Komponen Filter Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal
cut set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan
atau second order yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk first order yaitu LO Pump, Hand pump I, Cooler, LO Service
tank dan filter. Sedangkan komponen yang termasuk second order yaitu Pompa pelinciran awal terdiri dari LO. Priming pump dan Hand pump II.
Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan sistem. Jika diperhatikan, maka komponen – komponen yang termasuk dalam
first order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen yang mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar
sistem tersebut mengalami kegagalan. Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu
komponen yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang mempunyai susunan stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar
sistem tersebut mengalami kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan
dengan baik pada komponen yang termasuk dalam first order. Karena jika komponen itu gagal maka keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam
menjalankan fungsinya.
Deddy Chrismianto, ”Aplikasi Fault Tree Analysis FTA Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT –
UNDIP Semarang, www google. Com
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk penelitian Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengumpulan data di PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya
yang merupakan suatu perusahaan yang memproduksi karpet mobil yang eksklusif
.
Waktu penelitian dilakukan antara bulan Maret 2010 sampai dengan data yang diperlukan cukup.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Identifikasi variabel didapat dengan melakukan identifikasi proses produksi dengan menggunakan sampling kerja yaitu variabel bebas dan variabel
terikat :
A. Variabel bebas
Variabel bebas independent variable adalah faktor yang menjadikan pokok permasalahan yang ingin diteliti, Yaitu peristiwa puncak top event dalam bentuk
probabilitas kecacatan produk. Variabel bebas antara lain : 1.
Spesifikasi Produk Spesifikasi produk adalah karpet mobil jenis SBS terbuat dari nylon.
2. Kecacatan Produk
Adapun kecacatan yang nyata pada proses produksi Karpet Mobil ada lima macam kecacatan yaitu sebagai berikut: