73
penjualan dimana penghasilannya tetap sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian
dinamakan “Break Event Point”. Biaya yang termasuk biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung, dan komisi penjualan.
Sedangkan yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya depresiasi aktiva tetap, sewa bangunan, bunga pinjaman, gaji pegawai, gaji pimpinan,
gaji staff research, biaya kantor Pujawa, 2002 Berdasarkan Lampiran 15 diperoleh BEP sebagai berikut:
- BEP biaya titik impas = Rp 105.017.975,69 ,-
- BEP titik impas
= 20,8
- Kapasitas titik impas = 56.760,5 unittahun
Kapasitas tiitik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas tersebut. Jadi produksi mie kering mencapai
keadaan impas jika produksinya sebesar 56.760,5 unittahun, dengan
kapasitas normal sebanyak 282.672 bungkustahun, hal ini berarti mie kering memperoleh keuntungan karena produksinya diatas kapasitas titik impas juga
dapat dinyatakan kapasitas produksi mencapai 20,8 dari total produksi
yang direncanakan.
2. Net Present Value NPV
Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang
dengan nilai penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu proyek
74
dapat dipilih jika NPV-nya lebih besar dari nol. Berdasarkan Lampiran 18 diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 136.016.497,-
dengan demikian proyek ini dapat diterima karena nilai NPV-nya positif atau lebih besar dari nol.
7. Payback Period PP
Payback Period menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan
agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya Pujawa, 2002. Payback Period dari suatu investasi yang
diusulkan lebih pendek dari pada Periode Payback maximum, maka usul investasi tersebut diterima.
Berdasarkan Lampiran 14, diperoleh nilai Payback Periode PP selama. 4 tahun 5 bulan Umur ekonomis proyek yang akan direncanakan selama 5
tahun. Berarti investasi pada proyek ini dapat diterima karena nilai PP lebih kecil dari pada umur ekonomis proyek yang direncanakan.
8. Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio Gross BC merupakan perbandingan antara
penerimaan kotor dengan harga kotor yang telah dirupiahkan sekarang. Proyek akan dipilih apabila Gross BC 1, bila proyek mempunyai Gross BC
≤ 1 maka tidak akan dipilih. Berdasarkan lampiran 16 diperoleh nilai Gross BC sebesar 1,0629
berarti proyek ini dapat diterima atau layak untuk dijalankan.
75
Rate of Return metode Internal Rate of Return merupakan tingkat suku
bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari suatu proyek yang sekarang dengan jumlah
investasi awal dari suatu proyek yang dikerjakan. Menurut Pujawa, 2002, bahwa pada tingkat suku bunga inilah nilai NPV sama dengan nol. Proyek
dapat diterima apabila dinilai IRR lebih besar dari suku bunga sekarang.
Berdasarkan lampiran 15 diperoleh IRR sebesar 22,48. 9.
Rate of Return ROR
Berarti proyek ini dapat diterima karena nilai IRR lebih besar dari pada suku bunga yang dikehendaki yaitu 20 per tahun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN