2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1. Pengertian Pasar modal
Definisi tentang pasar modal menurut beberapa ahli berbeda – beda akan tetapi pada prinsipnya sama. Berikut ini beberapa ahli akan
mengemukakan pendapat tentang pasar modal. Menurut Tandelilin 2001 : 13 pasar modal adalah tempat
pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Menurut Jogiyanto 2000 : 11 pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pembeli dan penjual sebagai resiko untung dan rugi.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Selain itu Sunariyah 2003: 4 membagi dua definisi mengenai pasar modal :
a. Secara umum
Pasar modal adalah suatu tempat keuangan yang terorganisasi. Termasuk didalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan, serta keseluruan surat – surat berharga yang beredar. b.
Dalam arti sempit Pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan
saham – saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagangan efek.
Definisi mengenai pasar modal di Indonesia telah diatur dalam Undang – Undang No 8 Tahun 1995, yaitu : “ Pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang bersangkutan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek Anonim, 2008.
2.2.1.1. Pasar Modal Efisien
Pada umumnya, situasi pasar modal efisien menunjukkan hubungan antara harga pasar dan bentuk pasar. Efisien pasar modal
ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi yang relevan yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi,
adanya berbagai situasi maupun kondisi yang berbeda dengan yang lainnya. Menyebabkan efisiensi pasar pada suatu Negara akan
berbeda dengan Negara lain. Menurut Husnan 1994 : 246 mendefinisikan pasar modal
yang efisien sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Apabila harga-harga selalu mencerminkan semua
informasi yang relevan, maka harga-harga tersebut berubah pada saat informasi baru muncul.
Bentuk efisien pasar ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi yang tercermin dalam harga saham akan menetukan
bentuk pasar efisien yang dapat dicapai. Tentu saja tingkat efisien ini tidak semata-mata merupakan kinerja suatu perusahaan sendiri, atau
kinerja lembaga keuangan, Bapepam, Pemerintah ataupun kinerja lembaga lainnya, akan tetapi efisien pasar merupakan kinerja
keseluruhan pelaku pasar modal yang secara teoritical dikenal dengan bentuk pasar modal yang efisien. Jadi, suatu pasar modal
dapat di katakan efisien apabila informasi baru dan relevan dapat diterima secara cepat dan menyebabkan perubahan harga saham.
Dalam Sunariyah 2003 : 169 dikenal tiga bentuk pasar modal yang efisien, yaitu :
1 Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah The Weak Form Efficient
Market Hypothesis, adalah suatu pasar modal dimana harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu, lebih
lanjut informasi masa lalu dihubungkan dengan harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang. Berbagai
kecenderungan harga saham dapat ditentukan oleh analisis kecenderungan informasi masa lalu. Pada pasar modal bentuk
lemah, harga saham mengikuti kecenderungan tersebut. Investor dan perusahaan efek akan merelisasi kecenderungan tersebut dan
cenderung menggunakannya untuk menentukan harga saham. 2
Hipotesis Pasar Efisiensi Bentuk Setengah Kuat Semistrong Form Efficient Market Hypothesis, Harga saham pada suatu
modal menggambarkan semua informasi yang dipblikasikan
sampai ke masyarakat keuangan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi perusahaan, dan
dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan kebenaran nilai dari suatu efek yang telah dikeluarkan oleh suatu institusi.
Jenis informasi yang dipublikasikan termasuk semua informasi dalam laporan keuangan. Laporan tahunan atau informasi yang
disajiakan dalam prospectus, informasi mengenai posisi perusahaan pesaing, maupun harga saham histories.
3 Hipotesis Pasar Modal Bentuk Kuat Strong Form Efficient
Market Hypothesis, Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi pasar yang tertinggi. Konsep pasar
efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham, baik informasi yang
dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan non public atau private information. Private information adalah
informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena alas an strategi. Bentuk pasar semacam ini akan
sulit dicapai, bahkan di Negara maju sekalipun. Pada pasar bebtuk kuat berarti sudah mencapai efisiensi bentuk sempurna,
karena dalam pasar efisiensi ini mencakup semua informasi, baik itu informasi histories, informasi yang dipublikasikan maupun
informasi yang belum diketahui.
2.2.1.3. Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal menurut Sartono 2001 : 38-40 adalah sebagai berikut :
Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu :
a. Jumlah dana yang dihimpun bisa berjumlah besar
b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai. c.
Tidak ada “convement” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. Yang dimaksud
dengan converment akadperjanjian adalah persyaratan yang dimuat dalam akad kredit. Akad tersebut dirancang agar dapat
melindungi pemberi pinjaman dengan memasukkan hal-hal seperti pembatasan jumlah hutang, pembatasan pembagian dividen, rasio
aktiva lancer minimum dan persyaratan serupa lainnya. d.
Solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutang perusahaan tinggi, sehingga memperbaiki citra
perusahaan. e.
Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. f.
Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.
g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko
tinggi. h. Tidak ada beban financial yang tetap.
i. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. j. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
k. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Manfaat pasar modal bagi investor pemodal yaitu :
a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.
b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh dividen dan
sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.
c. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi RUPO bila diadakan bagi pemegang
obligasi. d.
Dapat mudah mengganti instrument investasi, misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat menimbulkan keuntungan atau
mengurangi resiko. e.
Dapat sekaligus melakukan investasi dala beberapa instrument yang mengurangi resiko secara keseluruhan dan mamaksimumkan
keuntungan.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang :
a. Menuju kearah professional di dalam memberikan pelayanan
sesuia dengan bidang tugas masing-masing
b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.
c. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.
d. Likuiditas efek semakin tinggi.
Manfaat pasar modal bagi pemerintah :
a. Mendorong laju pembangunan.
b. Mendorong investasi.
c. Penciptaan lapangan kerja.
d. Sebagai sumber pembiayaan BUMN Badan Usaha Milik Negara
sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi pemerintah.
2.2.2. Saham Dan Harga Saham
2.2.2.1. Pengertian Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham. Menurut Munandar 1996 : 3 definisi saham sebagai berikut :
“ Saham adalah surat tanda ikut serta memasukkan modal ke dalam perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, yang berarti ikut serta
menjadi pemilik perusahaan tersebut. Sehingga dengan sendirinya mempunyai hak – hak dan kewajiban – kewajiban tertentu sebagai seorang
pemilik perusahaan misalnya : hak ikut serta menentukan kebijaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, hak menikmati bagian– bagian dari keuntungan
perusahaan, kewajiban memikul kerugian–kerugian perusahaan sampai batas – batas tertentu dan sebagainya”
2.2.2.2. Harga Saham
Menurut Widoatmodjo 1990 : 43-44 harga saham adalah nilai dari penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan.
Dalam pasar modal terdapat beberapa jenis harga saham. Jenis – jenis harga saham sebagai berikut :
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dukeluarkannya. Harga
nominal itu tercantum dalam lembar saham tersebut. 2.
Harga Perdana Harga perdana merupakan harga sebelum saham tersebut
dicatatkan di bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten perusahaan penerbit saham dan
penjamin saham underwriter. 3.
Harga Pasar Harga pasar merupakan harga jual dari investor yang lain. Harga
pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga ini yang benar – benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah
harga pasar ini.
4. Harga Pembukaan
Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka.
5. Harga Penutupan
Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat akhir hari bursa.
6. Harga Tertinggi
Transaksi suatu saham tidak hanya sekali atau dua kali terjadi dalam satu hari, tetapi bisa berkali –kali dalam satu hari dan tidak
terjadi pada harga yang sama. Dari harga – harga yang terjadi tentu ada harga yang paling pada satu hari bursa tersebut, harga itu
disebut harga tertinggi. 7.
Harga Terendah Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu
harga paling rendah pada satu hari bursa. 8.
Harga Rata – rata Harga rata – rata merupakan rata – rata dari harga tertinggi dan h.
Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.
9. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham mencerminkan situasi umum bursa efek, sebab indeks harga saham merupakan ringkasan atas berbagai faktor yang
berpengaruh, terutama fenomena – fenomena ekonomi, sosial, dan
politik. Indeks harga saham adalah angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga diharapkan
menghasilkan trend.
2.2.3. Volume Perdagangan
Menurut Bamber dan Cheon, 1995 dalam Jogiyanto dan Bandi, 2000 : 203 volume perdagangan saham merupakan petunjuk ukuran yang
substitusi tentang reaksi pasar. Konsep ini menganggap bahwa kenaikan atau penurunan pergerakan pasar saham yang disertai dengan volume
perdagangan yang besar merupakan tanda kekuatan pasar, sedangkan jika tidak disertai dengan volume yang relatif besar merupakan tanda pasar
yang lemah. Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham
yang ditransaksikan oleh para investor di perdagangan saham. Volume permintaan saham dari perusahaan adalah jumlah transaksi – transaksi dari
permintaan saham tiap perusahaan pada hari yang sama di perdagangan saham. Perubahan permintaan saham mempunyai pengaruh terhadap
volume perdagangan saham, karena perkembangan pasar modal terutama di pasar sekunder tidak lepas dari peran para investor sisi permintaan di
pasar modal. Semakin banyak dan semakin besar para investor menginvestasikan modalnya pada saham akan menjadikan saham – saham
yang diperdagangkan semakin likuid. Dengan semakin likuidnya saham – saham yang diperdagangkan, akan mengundang banyak investor untuk
menginvestasikan modalnya di saham, dan hal tersebut akan menarik banyak perusahaan untuk go publik Sudana dan Pradityo, 1999 : 31.
Menurut Ying 1966 dalam Bandi dan Hartono, 2000 : 206 meneliti hubungan antara harga saham dan volume perdagangan saham
yang didasarkan pada anggapan bahwa keduanya merupakan produk bersama dari mekanisme pasar tunggal. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa : 1
Ketika volume perdagangan kecil terus menerus harga biasanya jatuh.
2 Ketika volume perdagangan besar terus menerus harga biasanya
naik. 3
Apabila volume perdagangan telah mulai menurun secara berurutan selama periode 5 hari perdagangan, maka akan ada suatu
tendensi bagi harga akan jatuh selama 4 hari perdagangan berikutnya.
4 Apabila volume perdagangan telah mulai meningkangkat secara
berurutan selama 5 hari perdagangan, maka akan ada suatu tendensi bagi harga untuk naik selama 4 hari perdagangan
berikutnya. Secara toeritis setelah stock split seharusnya volume perdagangan
saham naik dikarenakan volume perdagangan atau volume saham meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar yang
berarti akan meningkatnya tingkat likuiditas perusahaan, karena likuiditas merupakan sebagai motivasi pemecahan saham.
2.2.4. Likuiditas Saham
Menurut Jogiyanto, 2000 : 57 likuiditas saham merupakan kemudahan untuk membeli dan menjual efek. Saham yang mudah
diperjualbelikan dalam jangka waktu yang relatif singkat akan diminati oleh banyak orang. Agar mudah diperjualbelikan, tentu saja saham
tersebut harus mempunyai daya tarik tersendiri, misalnya harga yang murah dan biaya komisi untuk transaksi jual beli yang relatif kecil.
Menurut Fatmawati dan Asri 1999 : 106 bahwa manajemen perusahaan berkeinginan untuk meningkatkan likuiditas saham. Hal ini
didukung dengan adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat penurunan harga
saham pada saat stock split. Kondisi ini menyebabkan semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan juga jumlah
pemegang saham. Peningkatan pada kedua variabel tersebut dapat mempengaruhi likuiditas saham setelah stock split yaitu meningkat.
Surat berharga atau efek yang telah dijual di pasar perdana selanjutnya akan dijual di pasar sekunder. Sebab apabila ditinjau dari sudut
investor, pasar sekunder dapat menjamin likuiditas efek. Karena, investor dapat membeli kembali sekuritas untuk mendapatkan uang tunai.
Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan
wadah untuk menghimpun para investor, baik investor lembaga maupun perorangan. Jika pasar sekunder tidak cukup likuid, maka tentunya
investor tidak akan membeli efek–efek pasar perdana Pandji dan Piji, 2003: 26.
Dalam hal instrument keuangan, mudah dipasarkan saham diukur dengan dapatnya dijual sejumlah besar surat – surat berharga tersebut
dalam waktu yang singkat dengan pengorbanan harga yang kecil. Semakin mudah surat berharga dipasarkan, semakin tinggi kemampuan untuk
melakukan transaksi besar dengan harga yang dikehendaki. Secara umum, semakin sukarnya surat – surat berharga dipasarkan, semakin besar hasil
return yang diperlukan untuk menarik investor. Namun, untuk Saat ini masih belum ada suatu standar mengenai likuiditas saham di pasar modal
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendapat mengenai likuiditas saham. Pernyataan pokok dalam hal ini adalah standar apa yang
digunakan untuk menentukan likuid tidaknya suatu saham. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sampai saat
ini belum ada suatu standard mengenai likuiditas saham di pasar modal Indonesia dan belum terdapat keseragaman dalam kriteria likuiditas
saham. Namun secara umum, likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham yang bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
volume dan nilai transaksinya. Namun demikian, meskipun volume dan nilai transaksi dipengaruhi oleh frekuensi transaksi, volume dan nilai
transaksi juga dapat dipandang sebagai variabel yang berdiri sendiri.
Semakin likuid suatu saham, tentunya harus ditunjukkan oleh semakin banyaknya volume transaksi. Demikian juga dengan nilai transaksi,
semakin likuid suatu saham yang likuid saham haruslah ditunjukkan oleh besarnya nilai transaksi, karena asumsi saham yang likuid akan disukai
investor, yang akan menyebabkan banyaknya permintaan yang pada gilirannya akan meningkatkan harga saham yang bersangkutan Sudana
dan Pradityo, 1999 : 32. Menurut Copeland sebagaimana dikutip oleh Khomsiyah dan
Sulistyo, 2001: 389 bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham stock split berkaitan dengan likuiditas perdagangan sahan adalah “ optimal
range “ harga saham. Sehingga dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat
dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat perbedaan likuiditas
saham sebelum dan sesudah stock split. Likuiditas saham sesudah stock split relatif meningkat akibat besarnya kepemilikan saham dan jumlah
transaksi.
2.2.4.1. Bid-Ask Spread
Menurut Jogiyanto, 2000 : 57 ask spread merupakan harga penawaran terendah. Semakin besar persentase spreadnya, semakin rendah
likuiditasnya dan sebaliknya. Spread tidak terlepas dari adanya aktifitas yang
dilakukan pihak-pihak tertentu yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekuritas di lantai bursa. Maka persentase spread dapat dirumuskan adalah :
Persentase Spread : Pj – Pb Pt
Fatmawati dan Asri,1999 : 100
Keterangan : Pj = Harga Jual Saham
Pb = Harga Beli Saham Pt = Harga Saham Closing Price
Menurut Fatmawati dan Asri 1999 : 97 berdasarkan Undang- Undang No. 8 tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun
1995. Perusahaan Efek adalah pihak yang melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a. Penjamin emisi efek PEE yakni pihak yang membuat kontrak
dengan emiten untuk melakukan penawaran perdana kepada masyarakat umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. b.
Perantara Pedagang Efek PPE yakni pihak yang melakukan kegiatan usaha jual-beli efek untuk kepentingan sendiri atau
pihak lain.
c. Manajer Investasi MI yakni pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah kecuali
perusahaan asuransi, dana pension, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dan berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 dan
Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun 1995 pasal 32 ayat : 1.
Perusahaan efek sebagaimana dimaksud diatas dapat berbentuk : a.
Perusahaan Efek Nasional, yang seluruh sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia dan atau
badan hokum Indonesia. b.
Perusahaan Efek Patungan, yang sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia, badan hokum
Indonesia dan atau badan hukum asing yang bergerak di bidang keuangan.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak berlaku
dalam hal Perusahaan Efek malakukan Penawaran Umum. 3.
Ketentuan mengenai kepemilikan saham Perusahaan Efek oleh orang perseorangan warga Negara asing dan atau badan hukum
asing ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan Anonim, 2010.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengasumsikan Perantara Pedagang Efek PPE sebagai dealer, seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Giri 1998 dalam Fatmawati dan Asri, 1999 : 97. Broker atau penasehat investasi hanya membantu para investor melakukan
transaksi jual-beli efek di Bursa Efek untuk mendapatkan komisi. Dengan demikian penelitian tentang spread ini lebih berhubungan erat dengan PEE
daripada dengan penasehat investasi broker. Dalam perdagangan sekuritas, investor yang berkeinginan untuk
membeli dan atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan, tidaklah selalu memperoleh harapan tersebut secara simultan.
Dealer dan broker dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang dilakukan individual secara tidak langsung. Broker akan
melakukan transaksi atas nama investor untuk mendapatkan komisi.
2.2.5. Pemecahan Saham
Stock Split
Pemecahan saham adalah suatu aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil,
banyak dilakukan oleh perusahaan agar sahamnya dapat dimiliki oleh masyarakat luas.
Menurut Jogiyanto 2000 : 321 pemecahan saham atau stock split dilakukan dengan memecah selembar saham menjadi “n” lembar saham.
Harga saham baru setelah stock split adalah sebesar 1n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah
nilai dari suatu perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak memiliki nilai ekonomis. Jika suatu pengumuman tidak mempunyai ekonomis.
Untuk pasar yang efisien seharuanya pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Sebaliknya bila pasar bereaksi terhadap
pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, ini berarti pasar tersebut belum efisien karena tidak dapat membedakan pengumuman yang
bernilai ekonomis dan yang tidak. Tujuan stock split menurut Jogiyanto 2000 : 322 adalah :
1. Menurunkan harga saham
2. Meningkatkan jumlah lembar saham
3. Meningkatkan likuiditas saham
Stock split ini dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal
baru. Contohnya suatu saham dengan nilai nominal Rp 1000 per saham displit dipecah menjadi dua saham. Dengan demikian nilai nominal
saham menjadi Rp 500 per saham. Apabila pemegang saham memiliki saham sebanyak 100 lembar, maka jumlah sahamnya akan meningkat
menjadi 200 lembar saham Sunariyah 2003 : 130. Menurut Brigham dan gapenski sebagaimana dikutip oleh
Fatmawati dan Asri, 1999 : 94 bahwa aktifitas stock split dilakukan oleh perusahaan go public dalam rangka menaikkan jumlah saham yang
beredar. Aktifitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk
membelinya. Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up pemecahan naik dan split-down atau reverse split
pemecahan turun. Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.
Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan
mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, 1:4. McCough yang dikutip oleh Fatmawati dan Asri,
1999 : 94 mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange NYSE juga mengatur kebijakan mengenai
stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua yaitu partial stock split pemecahan saham sebagian dan full stock split pemecahan saham
penuh. Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25 persen atau lebih tetapi kurang dari 100 persen
dari jumlah saham beredar yang lama. Sebagian besar perusahaan dapat mendistribusikan laba kepada pemegang saham dalam bentuk cash
dividends. Selain itu perusahaan juga dapat mendistribusikan tambahan saham dalam bentuk stock dividend dan split-up kepada investor tanpa
adanya pembayaran terhadap perolehan saham. Pelaksanaan pemecahan saham dapat menyampaikan informasi
secara efektif kepada para investor dari pada dengan pembicaraan serius. Manajemen dapat menggunakan pemecahan saham atau dividen saham
untuk lebih menyakinkan tentang prospek perusahaan yang
menguntungkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat semakin
rendahnya harga saham tersebut, selain itu investor menyukai perusahaan yang labanya besar, karena perusahaan yang mempunyai laba maksimal,
sahamnya akan selalu dicari oleh investor, sehingga harganya pun meningkat tajam dan stock split juga bisa memperluas tingkat perdagangan
saham di bursa, karena semakin banyaknya investor yang mampu bertransaksi.
2.2.5.1. Perlakuan Akuntansi Pemecahan Saham
Ikatan Akuntansi Indonesia tidak mengatur pemecahan saham dalam Standar Akuntansi Keuangan SAK. Namun, yang di atur hanyalah
mengenai deviden saham yang dibagikan oleh perusahaan yang diatur dalam PSAK nomor 21 paragraf 23 tantang deviden saham. Deviden
saham berbeda dengan pemecahan saham, karena deviden saham, meskipun deviden saham menghasilkan peningkatan dalam jumlah saham
yang beredar namun tidak mengurangi nilai pari, jadi menambah total nilai pari saham yang beredar. Sedangkan pemecahan saham menghasilkan
peningkatan jumlah saham yang beredar dan menurunkan nilai dari atau nilai penetapan per lembar saham itu.
The DH S Review, 12 Mei 1986 : 7 dalam Kieso and Weygant 1995 : 368, menjelaskan alasan mengapa melakukan
pemecahan saham :
1. Untuk menyesuaikan harga pasar dari saham perusahaan pada
tingkat di mana lebih banyak individu dapat menginvestasikan dalam saham.
2. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan
jumlah saham yang beredar dan membuat saham lebih dapat dipasarkan.
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan
memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna sesudah pemecahan
saham. Dari teori diatas dapat disimpulkan, bahwa harga saham yang
terlalu tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Tetapi dengan adanya pemecahan saham harga saham menjadi tidak terlalu
tinggi. Namun, apabila harga saham terlalu tinggi terjadi perusahaan dapat mengecilkan nominal saham, dengan cara menukarkan saham lama dengan
saham baru yang dinilai nominalnya lebih kecil atau stock split. Harga pasar juga menyesuaiakan terhadap penurunan harga nominal tersebut,
maka pemegang saham tidak akan mengalami perubahan, tapi harga pokok per lembar saham yang akan mengalami penurunan.
2.2.6. Signaling Theory
Menurut Marwata 2001 : 152 berbagai teori dan hasil pengujian yang dilakukan dalam literatur pemecahan saham, dua teori utama yang
mendominasi dalam analisisi ini adalah signaling theory dan trading range theory.
Menurut Khomsiyah dan Sulistyo 2001: 390 Signaling theory menyatakan bahwa pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai
sinyal yang di berikan oleh manajemen kepada public bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan. Dan menurut Doran, 1994 dalam
Marwata, 2001: 152, analis akan menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan earning jangka
panjang. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham yang tidak memiliki nilai ekonomis
itu sendiri, melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh pemecahan saham tersebut.
Perusahaan yang berkualitas bagus tentu saja memiliki insentif untuk menyakinkan investor luar bahwa perusahaannya memang benar-
benar bagus. Tetapi permasalahannya, bagaimana perusahaan tersebut dapat menyampaikan informasi tentang keunggulan kinerjanya yaitu
dengan memberi sinyal signal yang membutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak memungkinkan perusahaan berkualitas rendah untuk
menirunya namun perusahaan mereka yang berkinerja bagus masih tetap dapat membiayainya. Salah satunya yaitu dengan membayarkan deviden
tunai dalam jumlah yang relatif besar. Deviden yang besar memang akan mengurangi jumlah capital expenditure sehingga pertumbuhan perusahaan
mungkin akan terganggu namun karena kinerja perusahaan yang bagus,
tetap dapat menghasilkan laba bahkan masih tetap tumbuh. Namun tidak demikian halnya dengan perusahaan yang berkualitas buruk, membayar
deviden yang tinggi secara terus-menerus akan menghilangkan kesempatan mereka untuk melakukan investasi sehingga pertumbuhan
perusahaan akan terhenti Arifin, 2005 : 12. Ikenberry et al 1996 dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001: 390
menjelaskan signaling theory pemecahan saham dengan menggunakan penjelasan informasi asimetri. Manajemen memiliki informasi lebih
tentang prospek perusahaan dibandingkan pihak luar investor. Pemecahan saham upaya untuk menarik perhatian investor dengan
memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi bagus. Menurut Copeland, 1979 dalam Marwata 2001: 153
menyatakan bahwa salah satu gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus. Perusahaan yang melakukan
pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya.
2.2.7. Trading Range Theory
Menurut Copeland 1979 dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001: 389 menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan
dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemacahan saham akan menciptakan
pasar yang lebih luas. McNicholas dan Dravid 1990 dalam Khomsiyah
dan Sulistyo, 2001: 389 menyatakan bahwa tujuan pemecahan saham perusahaan adalah untuk menggeser harga saham perusahaan ke dalam
suatu “optimal trading range”. Surve yang dilakukan oleh Angel 1990 dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001: 389 menyatakan bahwa
pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Hal ini diperkuat juga oleh
McNichols 1990 dalam Marwata, 2001: 153 yang menemukan bukti bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali
harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar
akan terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.
Menurut Miliasih 2000 dalam Khresna dan Sulistyanto, 2005 : 90 menyatakan pada umunya pemecahan saham dilakukan setelah terjadi
kenaikan harga saham stock price perusahaan dan pemecahan saham sendiri menyebabkan reaksi positif terhadap stock price selama tanggal
pengumuman pemecahan saham. Dengan demikian berdasarkan teori ini, harga saham yang terlalu
tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan
melakukan pemacahan saham, diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi, meningkatkan jumlah pemegang saham sebagai
sehingga pasar akan menjadi likuid dan luas.
2.2.8. Teori Struktur Modal
Menurut Budiarto dan Baridwan 1999: 94 dalam teori struktur modal, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan mempunyai
struktur modal yang optimal, masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu dapat menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang
dihubungkan dengan penerbitan saham baru. Alasannya adalah bahwa penambahan saham baru seharusnya selalu mewakili kearah
perkembangan struktur modal optimal atau lebih baik dan bukan sebaliknya. Sebagai hasilnya, pengaruh penambahan saham baru
seharusnya memberikan dampak terhadap harga saham yang positif atau nol. Modigliani dan Miller 1958 yang diacu oleh Keeley 1989 dalam
Budiarto dan Baridwan, 1999 menemukan bukti bahwa pasar yang kompetitif tanpa adanya pajak, biaya kebangkrutan dan asimetris
informasi, struktur modal perusahaan adalah tidak relevan. Oleh karena itu penerbitan saham baru seharusnya tidak mempengaruhi harga saham.
Akan tetapi, Smith 1986 dalam Budiarto dan Baridwan, 1999: 96 manyatakan bahwa dalam studi empiris ditemukan bahwa secara statistic
penerbitan saham baru berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan. Oleh karena itu, teori struktur modal seharusnya mampu
menjelaskan mengapa harga saham bereaksi negatif terhadap informasi penambahan saham baru berbeda dengan asumsi yang ada dalam teori
tersebut. Sebagai hasilnya, banyak literature empiris lebih berfokus pada teori sinyal signaling theory untuk menjelaskan pengaruh pengumuman
penambahan saham baru terhadap perubahan saham dan volume perdagangan saham.
2.2.9. Pengaruh Harga Saham Pada Likuiditas Saham
Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pasarnya. Harga pasar saham sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena
harga saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham
perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya Fatmawati dan Asri, 1999 : 96. Oleh karena itu, setiap
perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa
kinerja perusahaan tersebut kurang baik, namun bila harga saham terlalu tinggi juga dapat menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham
yang terlampau tinggi akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk
meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Tujuannya untuk meningkatkan daya
beli dan meningkatkan harga saham tersebut, secara otomatis likuiditas saham akan meningkat sehingga dapat menambah daya tarik dan
mensejahterakan investor, dan tingkat distribusi saham menjadi luas. Stock split mempunyai manfaat yaitu :
1. Harga saham yang lebih rendah setelah melakukan stock split akan
meningkatkan daya tarik para investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar.
2. Meningkatkan daya tarik investor untuk melakukan investasi.
3. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan
menjadi likuid dan luas. 4.
Sinyal yang positif mencerminkan perusahaan yang bagus dan memiliki prospek yang bagus.
Pengaruh harga saham terhadap likuiditas saham dapat dilihat melalui Trading Range Theory Ikenberry 1996 dalam Khomsiyah,
2001: 389 Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat dalam
perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya
perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan pemecahan saham, diharapkan
semakin banyak investor yang melakukan transaksi. Menurut Demsetz 1986 dalam Fatmawati dan Asri 1999 : 100
berpendapat bahwa dealer memperoleh kompensasi dengan membeli saham pada harga beli yang umumnya lebih rendah dari harga penutupan
dan menjual saham pada harga jual yang umumnya lebih tinggi dari harga penutupan. Spread yang diperoleh digunakan untuk menutupi biaya yang
terjadi. Dengan demikian spread akan semakin rendah bila harga saham
semakin tinggi atau spread memiliki hubungan negatif dengan harga saham.
2.2.10. Pengaruh Volume Perdagangan Saham Pada Likuiditas Saham
Secara umum likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham yang bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap volume
saham dan nilai transaksi. Namun demikian, meskipun volume dan nilai transaksi dipengaruhi oleh frekuensi, volume dan nilai transaksi dapat
dipandang sebagai variabel yang berdiri sendiri. Semakin likuid suatu saham, tentunya harus ditunjukan oleh semakin banyaknya volume
transaksi. Demikian pula dengan nilai transaksi, semakin likuid suatu saham yang likuid akan disukai investor, yang akan menyebabkan
banyak–banyaknya permintaan yang pada gilirannya akan meningkatkan harga saham yang bersangkutan Sudana dan Pradityo, 1999: 31-32.
Pengaruh volume perdagangan saham terhadap likuiditas saham tercermin dalam signaling theory menurut Brennan dan Copeland 1988
dalam Fatmawati dan Asri, 1999 : 106 bahwa bila jumlah pemegang saham meningkat dan volume perdagangan semakin besar setelah split.
Maka hal ini merupakan sinyal bagi investor mengenai prospek perusahaan yang semakin menguntungkan.
Menurut Copeland dan Galai 1983 dalam Fatmawati dan Asri 1999 : 100-101 menyatakan bid ask spread sebagai free straddle option
oleh market meker dan berpendapat bahwa bid ask spread memiliki
hubungan negatif dengan frekuensi perdagangan. Hal ini berarti bila frekuensi perdagangan semakin kecil maka volume perdagangan menurun.
Bid ask spread cenderung memiliki hubungan terbalik dengan ukuran- ukuran aktifitas pasar.
2.3. Kerangka Pikir