4.4. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Penelitian dilaksanakan dengan metode percobaan secara in vitro, menggunakan rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
RAL dengan 2 faktor dan 3 ulangan untuk masing-masing kulit kayu. Faktor yang dibandingkan tersebut adalah :
1. Fraksi terlarut faktor A yang terdiri dari fraksi n-heksan, fraksi etil eter, fraksi etil asetat dan residu.
2. Konsentrasi faktor B yang terdiri dari : 1, 2, 3, 4, kontrol + dan kontrol -
Pengamatan dilakukan terhadap variabel penghambatan pertumbuhan S. rolfsii
pada hari ke-7, jumlah sklerosia yang terbentuk dan daya kecambah sklerosia pada hari ke-14 setelah perlakuan. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan
sidik ragam menggunakan program SPSS.13, selanjutnya dilakukan uji wilayah berganda Duncan.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Persentase Kandungan Zat Ekstraktif
Hasil proses ekstraksi didapatkan padatan ekstraktif kulit kayu kihiyang sebesar 23,02 gram atau setara dengan 2,24 dan padatan ekstraktif kulit kayu
meranti sebesar 19,91 gram atau setara dengan 2,02 Tabel 1. Persentase berat padatan ekstrak aseton merupakan total berat padatan ekstrak dari proses
fraksinasi secara bertingkat. Menurut klasifikasi kelas komponen kimia kayu Indonesia Lestari dan Pari, 1990, apabila kandungan zat ekstraktif yang larut
dalam pelarut aseton lebih dari 2, maka kandungan zat ekstraktif tergolong tinggi. Sehingga, hasil ekstraksi kulit kayu kihiyang dan meranti dapat dikatakan
memiliki kandungan zat ekstraktif yang tinggi. Tabel 1. Kandungan Zat Ekstraktif Fraksi Terlarut Kulit Kayu Kihiyang dan
Meranti Kulit Kayu
Fraksi Terlarut Berat Padatan
Zat Ekstraktif gr
Kandungan dalam Ekstrak
Aseton Kandungan
Ekstraktif Fraksi
N-Heksan 7,32
31,80 0,71
Etil eter 7,81
33,93 0,76
Etil asetat 4,64
20,16 0,45
Residu 3,25
14,19 0,32
Kihiyang
Ekstrak aseton 23,02
100 2,24
N-Heksan 5,09
25,57 0,52
Etil eter 6,02
30,24 0,61
Etil asetat 3,23
16,22 0,33
Residu 5,57
27,98 0,57
Meranti
Ekstrak aseton 19,91
100 2,02
Pelarut-pelarut organik yang digunakan dalam proses fraksinasi cukup dapat melarutkan ekstrak aseton terutama dari kulit kayu kihiyang. Hal ini dapat
dilihat dari lebih sedikitnya residu yang dihasilkan yaitu sebesar 3,25 gram atau 14,12 dari total zat ekstraktif yang larut dalam aseton untuk kulit kayu kihiyang
dan untuk kulit kayu meranti sebesar 5,57 gram atau 27,98 Tabel 1. Pelarut Etil eter merupakan pelarut yang paling banyak melarutkan ekstrak
aseton kulit kayu kihiyang dan meranti yaitu sebesar 7,81 gram atau 33,93 untuk kulit kayu kihiyang dan 6,02 gram atau 30,24 untuk kulit kayu meranti.