Kulit Kayu Sifat Pestisidal Kayu Kihiyang dan Meranti

kayu, tetapi juga terdapat pada kulit, daun, buah dan biji. Findlay 1978 menjelaskan bahwa beberapa kayu dari hutan tropika mengandung zat ekstraktif yang bersifat racun. Lebih lanjut dikatakan bahwa senyawa fenolik yang terdapat pada kayu teras, kulit dan xilem, bersifat racun atau anti jamur sehingga melindungi pohon dari gangguan faktor perusak kayu Sjostrom, 1981. Kihiyang A. procerra Benth merupakan jenis pohon dari famili Leguminoceae. Tumbuhan ini merupakan pohon nusantara, tinggi mencapai 28 m dan diameter 55 cm. Mutu kayu kihiyang dinilai tinggi kelas awet II dengan kadar tanin 16,02 Martawijaya, 1983. Kadar tanin yang tinggi menyebabkan potensi bagi tumbuhan ini sebagai petisida nabati. Intansari 2006 melaporkan bahwa ekstrak kulit kayu kihiyang yang difraksinasi dengan pelarut n-heksan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap kematian rayap Coptotermes curvignatus yaitu sebesar 51,33 pada konsentrasi 4. Dipterocarpaceae merupakan famili tanaman hutan yang telah diketahui dengan baik sifat resistensinya terhadap serangan biologis Nicolas, 1996. Zat aktif yang terdapat dalam resin kasar dan murni dari salah satu anggota famili ini mampu mematikan rayap dan jamur Richardson et al., 1989. Salah satu anggota famili Dipterocarpaceae yaitu genus Shorea telah dilaporkan dapat menyebabkan 99 rayap pekerja menderita dan 86 rayap pekerja mati Mol, 1980 dalam Richardson et al., 1989. Penelitian Nicolaus et al. 1996 menunjukkan bahwa ekstrak kulit S. leprosula dengan pelarut heksan dapat menyebabkan kematian rayap Cryptotermes cynocephalus sebesar 72,0-91,3 pada konsentrasi 5,0- 45,0.

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat ekstraktif kulit kayu kihiyang A. procerra Benth. dan meranti S. leprosula Miq. serta pengaruh zat ekstraktif tersebut dalam menekan pertumbuhan jamur S. rolfsii penyebab layu pada tanaman kedelai.

3.2. Manfaat Penelitian

Setelah diketahui kadar zat ekstraktif kulit kayu kihiyang A. procerra Benth. dan meranti S. leprosula Miq. serta pengaruh zat ekstraktif tersebut dalam menekan pertumbuhan jamur S. rolfsii penyebab layu pada tanaman kedelai, maka hasil ini dapat digunakan sebagai salah satu komponen pengendalian terpadu penyakit layu S. rolfsii pada tanaman kedelai.

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dari bulan Pebuari sampai September 2007.

4.2. Bahan dan Alat

Kulit kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kayu Kihiyang Albizzia procerra Benth dan kulit kayu Meranti Shorea leprosula Miq yang berasal dari Palembang dan Sumedang. Untuk menguji toksisitas ekstrak digunakan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Bahan pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah aseton, n- heksan, etil eter, etil asetat. Bahan lain yang digunakan adalah alkohol, spirtus, aquades, PDA, aluminium foil, cling wrap. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji mesin, hammer mill , mesh screen ukuran 40-60 mesh, stoples, spatula, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, rotary vacum evaporator, oven, kertas saring, pipet, botol, autoclav, bunsen, laminar airflow dan funnel separator. 4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Persiapan Sampel Kulit kayu Kihiyang dan Meranti dibuat potongan kecil-kecil kemudian digiling menggunakan penggilingan hammer mill. Serbuk yang dihasilkan dilewatkan pada mesh screen kemudian dikeringudarakan hingga mencapai kadar air kesetimbangan.

4.3.2. Proses Ekstraksi

Sebanyak 2000 gram serbuk kulit kayu Kihiyang dan Meranti berukuran 40-60 mesh dalam keadaan kering udara dimasukan ke dalam stoples besar kemudian sedikit demi sedikit dimasukan pelarut aseton sehingga seluruh serbuk