Zat Ekstraktif PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

terhadap pelapukan kayu teras akan berkurang jika diekstraksi dengan air panas atau dengan pelarut organik Syafii et al., 1987.

2.4. Kulit Kayu

Kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang penting setelah kayu. Kulit kayu menempati sekitar 10-12 dari batang tergantung pada spesies dan kondisi tumbuhan. Pada keseluruhan pohon, bagian kulit kayu yang paling tinggi adalah cabang dengan nilai 20-35. Kulit pada umumnya lebih kaya akan mineral dari pada kayu. Frekuensi unsur juga berbeda dengan kayu. Unsur utama kulit adalah kalsium 82-95, kalium dan magnesium menempati urutan yang kedua. Kandungan kalsium yang tinggi disebabkan oleh adanya kristal kalsium oksalat yang terdapat dalam sel tipis dan parenkim longitudinal, dimana bahan ini menempati sebagian besar lumina. Kulit kayu tersusun atas beberapa tipe sel dan strukturnya kompleks bila dibandingkan dengan kayu. Secara kasar kulit kayu dapat dibagi menjadi kulit bagian luar dan bagian dalam. Komponen-komponen utama kulit dalam adalah unsur-unsur tapisan, sel-sel parenkim. Unsur-unsur tapisan berfungsi melakukan transportasi cairan dan makanan ke seluruh bagian-bagian tanaman. Kulit luar terutama terdiri dari periderm atau lapisan-lapisan gabus melindungi jaringan- jaringan kayu terhadap kerusakan mekanik dan menjaganya dari organisme- organisme perusak kayu, variasi suhu dan kelembaban Fengel dan Wegener, 1995. Menurut Haygren dan Bowyer 1996 kulit kayu tersusun oleh bahan- bahan kimia diantaranya selulosa 23,7, hemiselulosa 24,9, lignin 50,0, ekstraktif 13,0 dan abu 0,9.

2.5. Sifat Pestisidal Kayu Kihiyang dan Meranti

Sejumlah senyawa aktif telah diidentifikasi dari sejumlah tanaman keras sebagai anti rayap dan anti jamur. Senyawa tersebut berupa zat ekstraktif yaitu suatu senyawa yang mengisi rongga sel kayu dan terdapat hanya dalam jumlah kecil saja Findlay,1978: Zat ekstraktif ini berperan dalam keawetan kayu alami terhapap serangan biologis yaitu berupa senyawa polifenol, terpenoid, dan tanninzabel dan morrel, 1992. Zat ekstraktif tidak hanya terdapat dalam bagian kayu, tetapi juga terdapat pada kulit, daun, buah dan biji. Findlay 1978 menjelaskan bahwa beberapa kayu dari hutan tropika mengandung zat ekstraktif yang bersifat racun. Lebih lanjut dikatakan bahwa senyawa fenolik yang terdapat pada kayu teras, kulit dan xilem, bersifat racun atau anti jamur sehingga melindungi pohon dari gangguan faktor perusak kayu Sjostrom, 1981. Kihiyang A. procerra Benth merupakan jenis pohon dari famili Leguminoceae. Tumbuhan ini merupakan pohon nusantara, tinggi mencapai 28 m dan diameter 55 cm. Mutu kayu kihiyang dinilai tinggi kelas awet II dengan kadar tanin 16,02 Martawijaya, 1983. Kadar tanin yang tinggi menyebabkan potensi bagi tumbuhan ini sebagai petisida nabati. Intansari 2006 melaporkan bahwa ekstrak kulit kayu kihiyang yang difraksinasi dengan pelarut n-heksan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap kematian rayap Coptotermes curvignatus yaitu sebesar 51,33 pada konsentrasi 4. Dipterocarpaceae merupakan famili tanaman hutan yang telah diketahui dengan baik sifat resistensinya terhadap serangan biologis Nicolas, 1996. Zat aktif yang terdapat dalam resin kasar dan murni dari salah satu anggota famili ini mampu mematikan rayap dan jamur Richardson et al., 1989. Salah satu anggota famili Dipterocarpaceae yaitu genus Shorea telah dilaporkan dapat menyebabkan 99 rayap pekerja menderita dan 86 rayap pekerja mati Mol, 1980 dalam Richardson et al., 1989. Penelitian Nicolaus et al. 1996 menunjukkan bahwa ekstrak kulit S. leprosula dengan pelarut heksan dapat menyebabkan kematian rayap Cryptotermes cynocephalus sebesar 72,0-91,3 pada konsentrasi 5,0- 45,0.