Perbandingan ARAMA dengan DSR 1. Throughput Jaringan

7924.95 7813.54 7614.86 14793.43 15324.96 16328.61 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 Node 30 Node 40 Node 50 Th ro ug hp ut b it s Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 5 mps DSR ARAMA 8315.64 8119.18 8090.59 16139.63 17153.72 18216.36 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 Node 30 Node 40 Node 50 Th ro ug hp ut b it s Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 2 mps DSR ARAMA Gambar 4.8 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah Kecepatan dengan 3 Koneksi terhadap Rata-rata Throughput Jaringan DSR dan ARAMA Perbandingan throughput pada ARAMA dan DSR pada gambar 4.7 dan 4.8 memperlihatkan bahwa perbedaan throughput dan dibuktikan ketika kecepatan dan node mulai ditambahkan kepadatannya kedua routing mengalami perbedaan nilai throughput yang berbeda jauh, karena protokol routing ARAMA selalu menyebarkan Fant sehingga jalur cadangan selalu di update indormasi maka kerapatan dinaikkan membuat routing protokol lebih baik, serta dapat menemukan jalur saat koneksi putus,maka data yang diterima mejadi lebih banyak. Akan tetapi pada protokol routing DSR lebih buruk pada perdorma throughput terlihat terjadi penurunan karena DSR lebih mengacu membuat jalur routing baru pada saat node ditambahkan menjadi semakin rapat maka harus membuat routing dari awal, berbeda pada routing protokol ARAMA jauh lebih unggul jika dibandingkan dengan DSR. Ini disebabkan cara kerja routing protokol ARAMA yang mengandalkan Fant untuk mencari jalur routing setelah itu mekanisme routing protokol ini langsung menemukan dan menentukan jalur alternatid backup path lain untuk membangun koneksi lebih cepat pada saat koneksi terputus, berbeda dengan cara kerja pada routing protokol DSR apabila terjadi putusnya koneksi maka route requestRREQ akan memulai dari awal lagi saat terjadi jalur yang putus sehingga DSR membutuhkan waktu lebih lama untuk medapatkan jalur, penurunan throughput paling signidikan terjadi saat penambahan jumlah koneksi yaitu 3 UDP dengan speed 5 mps, kedua routing protokol mengalami penurunan yang drastis, sehingga paket data yang diterima menurun. Kinerja routing ARAMA yang mengandalkan Fant untuk memproleh jalur routing menemukan jalur alternatid membuat routing protokol ini memiliki nilai throughput yang lebih baik dibandingkan dengan DSR. Routing DSR yang selalu mengupdate dengan table routing baru apabila terjadi terputusnya jalur. 6.79 7.21 9.28 1.94 1.77 1.68 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Node 30 Node 40 Node 50 de la y m s Koneksi UDP 1 dan Kecepatan 5 mps DSR ARAMA 6.78 7.62 8.31 6.21 6.07 5.94 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Node 30 Node 40 Node 50 de la y m s Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 2 mps DSR ARAMA 15.23 18.39 25.38 6.76 6.44 6.18 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Node 30 Node 40 Node 50 de la y m s Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 5 mps DSR ARAMA 5.23 5.67 6.38 1.52 1.46 1.36 1 2 3 4 5 6 7 Node 30 Node 40 Node 50 de la y m s Koneksi UDP 1 dan Kecepatan 2 mps DSR ARAMA

4.3.2. Delay Jaringan

. Gambar 4.9 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah Kecepatan dengan 1 Koneksi terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR dan ARAMA Gambar 4.10 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah Kecepatan dengan 3 Koneksi terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR dan ARAMA Perbandingan delay antara ARAMA dan DSR pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 maka dapat dibuktikan bahwa pada saat node mulai ditambah dan kecepatan nodenya maka kedua routing tersebut akan mengalami perbedaan, karena protokol ARAMA mengalami penurunan delay disebabkan kepadatan dan kerapatan akan membuat jalur yang di maintenance oleh source lebih banyak dan lebih mudah menemukan jalur terpendek pada saat komunikasi node terputus. Berbeda dengan delay pada protokol routing DSR yang mengalami kenaikan dikarenakan pada saat penambahan jumlah node dan kecepatan maka akan mengalami perubahan topologi dengan cepat dan harus membroadcast ulang routing table pada saat komunikasi node terputus. Namun dengan beban koneksi UDP 3 dengan kecepatan 5 mps membuat kedua routing protokol ARAMA maupun DSR lebih mengalami kenaikan delay karena jumlah koneksi yang bertambah membuat control paket pada node pun bertambah yang akan memenuhi jaringan, namun protokol DSR lebih terbebani karena harus membuat topologi dengan cepat sehingga mengalami delay secara drastis karena harus mencari jalur ulang. 3.96 4.36 5.62 5.36 6.72 7.84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Node 30 Node 40 Node 50 Ov er he ad R at io Koneksi UDP 1 dan Kecepatan 5 mps DSR ARAMA 3.65 4.21 4.49 4.62 5.51 6.87 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Node 30 Node 40 Node 50 Ov er he ad R at io Koneksi UDP 1 dan Kecepatan 2 mps DSR ARAMA 4.55 4.87 5.22 16.86 19.64 23.77 5 10 15 20 25 30 Node 30 Node 40 Node 50 Ov er he ad ra tio Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 2 mps DSR ARAMA 5.09 5.17 5.84 20.42 22.61 27.74 5 10 15 20 25 30 Node 30 Node 40 Node 50 Ov er he ad ra tio Koneksi UDP 3 dan Kecepatan 5 mps DSR ARAMA

4.3.3. Overhead ratio Jaringan

Gambar 4.11 Koneksi UDP 1 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah Kecepatan dengan 1 Koneksi terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan DSR dan ARAMA Gambar 4.12 Koneksi UDP 3 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah Kecepatan Koneksi terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan DSR dan ARAMA Perbandingan Overhead Ratio kedua routing protokol DSR dan ARAMA pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 ketika kedua routing mendapatkan penambahan node dan penambahan kecepatan maka akan mengalami penambahan nilai overhead ratio, namun pada protokol routing ARAMA lebih mengalami penaikan overhead ratio yang lebih tinggi dari pada protokol routing DSR, karena pada saat DSR mencari jalur hanya membroadcast ulang control routing pada saat koneksi terputus maka control paket lebih kecil ,akan tetapi berbeda dengan ARAMA mengeluarkan control routing untuk mencari jalur pada saat semut Fant di sebarkan secara berulang-ulang agar dapat maintenence jalur yang tidak dilalui paket yang mengakibatkan control paket lebih besar sehingga overhead ratio meningkat. Pada Saat beban koneksi di tambahkan menjadi Koneksi 3 UDP maka kedua protokol routing ini mengalami peningkatan namun protokol routing ARAMA mengalami peningkatan lebih drastis dan protokol routing DSR lebih baik karena mempunyai nilai overhead ratio lebih kecil.

4.4. Rekap Perbandingan ARAMA dengan DSR

Tabel 4.13 Menunjukan keunggulan masing-masing routing protokol yang diteliti ARAMA dan DSR untuk setiap parameter unjuk kerja dan skenario yang dipilih ARAMA VS DSR Kecepatan naik Jumlah node naik Jumlah koneksi naik Throughput ARAMA ARAMA ARAMA Delay ARAMA ARAMA ARAMA Overhead Ratio DSR DSR DSR Dari tabel 4.13 terlihat bahwa ARAMA lebih baik dalam hal throughput dan delay dari pada DSR . Namun dilihat dari segi overhead ratiobiaya DSR jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan ARAMA. 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil simulasi yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 1. Pada routing protokol ARAMA bekerja dengan memelihara lebih dari 1 jalur dikarenakan pada saat jalur routing utama terputus maka ARAMA mempunyai jalur backup path jalur cadangan dan mampu mencari jalur lebih cepat sehingga bagus dalam nilai Throughput maupun delay namun buruk pada perolehan nilai Overhead Ratio karena berulang-ulang menyebarkan Forward Ant FANT untuk mencari jalur dan memaintenance jalur yang mengakibatkan control message menjadi lebih besar sehingga overhead ratio meningkat dari pada routing protokol DSR dan penambahan Jumlah node juga mempengaruhi besarnya control message karena banyak permintaan control routing sehingga total control message meningkatkan overhead ratio. 2. Pada Protokol routing DSR dapat di tarik kesimpulan bahwa penambahan kecepatan dan penambahan jumlah node mengakibatkan buruknya perolehan nilai Delay dan Throughput dari pada protokol routing ARAMA itu disebabkan pada saat jalur rute terputus maka DSR akan membangun routing table dari awal sehingga jumlah bit data Throughput