10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah PAD
Menurut Marihot P. Siahaan 2005:14-15, Pendapatan Asli Daerah PAD yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan, meliputi : a.
Pajak daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang
– undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. b.
Retribusi daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberi ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, terdiri atas : 1
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD.
2 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintahBUMN. 3
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
d. Pendapatan asli daerah lain – lain yang sah
Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBD yang terdiri atas Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi
Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK. 2.
Retribusi Daerah Menurut Marihot P. Siahaan 2005:6, retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang atau badan. Penarikan sumber daya ekonomi melalui retribusi daerah dilakukan dengan peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah sehingga dapat ditetapkan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD yang bersumber dari retribusi daerah adalah dengan
pengembangan potensi pariwisata yang ada. Pengembangan sektor
pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan retribusi daerah yang berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan
olahraga. Oleh karena itu pengembangan sektor pariwisata sangat penting untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD.
3. Hubungan Pariwisata dengan Perekonomian Dearah
Pariwisata mempunyai keterkaitan dengan perekonomian daerah. Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak
keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya baik industri maupun pertanian. Apabila ada seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke
suatu tujuan maka akan memberikan tiga tingkat pengaruh terhadap perekonomian yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan
pengaruh dorongan http:bappeda.kuningankab.go.id. Pengaruh langsung yang dimaksud adalah kedatangan
wisatawan di suatu tujuan wisata yang kemudian menyebabkan adanya pengeluaran dari wisatawan tersebut yang berhubungan dengan
kegiatan belanja yang dilakukan oleh wisatawan seperti transportasi, akomodasi, atau kebutuhan belanja wisatawan yang lainnya
http:bappeda.kuningankab.go.id. Pengaruh tidak langsung yaitu hasil yang didapat dari belanja wisatawan tersebut kemudian dibelanjakan
kembali oleh perusahaan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang dalam hal ini menjadi pendapatan bagi daerah tersebut
http:bappeda.kuningankab.go.id. Pengaruh dorongan merupakan pengaruh lanjutan dari pengaruh tidak langsung dimana uang hasil dari
belanja wisatawan dibelanjakan kembali oleh perusahaan tersebut melalui perusahaan lain yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai
perusahaan pemasok kemudian oleh perusahaan pemasok tersebut dibelanjakan kembali ke perusahaan yang lain dan begitu seterusnya
bergulir ke
perusahaan –
perusahaan yang
lain http:bappeda.kuningankab.go.id.
Melalui proses perguliran ini, maka akan timbul laba bagi perusahaan, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi buruh, biaya sewa, dan
bunga bagi para pemilik modal sebagai balas jasa terhadap penggunaan dari faktor
– faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan pariwisata secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dan
pengembangan pariwisata memberikan pengaruh yang besar bagi perekonomian daerah baik terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD
maupun terhadap lapangan pekerjaan. 4.
Pengertian Pariwisata Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.
Burkart dan S. Medik dalam Gamal Suwantoro, 2004:3, menyebutkan pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka
biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama
tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane
1994:21, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Definisi pariwisata menurut Tourism Society dalam Victor T.C. Middleton, 1990:p11, tourism is deemend to include any activity
concerned with the temporary short – term movement of people to
destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.
Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena gejala dan hubungan – hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan
manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan
– pekerjaan yang menghasilkan upah.
5. Komponen Pariwisata
Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar pariwisata karena segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi
bentuk dari pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh
wisatawan yaitu kepuasan akan objek wisata yang dihasilkan. Untuk mewujudkan sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan
beberapa komponen pariwisata yaitu http:repository.upi.edu :
a. Wisatawan
Wisatawan merupakan komponen lingkungan yang memberikan input
sebagai kebutuhan yang oleh wisatawan dikonsumsi untuk memperoleh kepuasan. Wisatawan merupakan sistem yang sangat
penting dalam suatu proses perencanaan pariwisata karena pada dasarnya wisatawan merupakan konsumen dari pariwisata yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b. Atraksi dan kegiatan
– kegiatan wisata Atraksi adalah daya tarik suatu daerah tujuan wisata baik daya tarik
berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. Kegiatan –
kegiatan wisata berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah, dan kegiatan
– kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu
objek wisata. c. Akomodasi
Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan
untuk wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.
d. Fasilitas dan pelayanan wisata Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas
yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas
tersebut termasuk tour and travel operation. Fasilitas lain, misalnya restoran dan berbagai jenis tempat makan, toko
– toko untuk menjual hasil kerajinan, cinderamata, toko
– toko khusus, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan
lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi seperti salon kecantikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum
seperti kantor polisi dan pemadam kebakaran, serta fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar suatu kawasan atau wilayah
tertentu seperti kantor imigrasi dan bea cukai. e. Fasilitas dan pelayanan transportasi
Fasilitas dan pelayanan transportasi yang dimaksud adalah akses dari dan
menuju kawasan
wisata, transportasi
internal yang
menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang
berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara. f. Infrastruktur lain
Infrastruktur lain yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi.
g. Elemen kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan
untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan serta pelatihan,
menyusun strategi marketing dan program promosi, menstrukturisasi
organisasi wisata sektor umum dan swasta, peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata, menentukan
kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta, mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.
6. Jenis Tujuan Pariwisata
Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani dalam A. H. Karyono, 2008:5, jenis tujuan pariwisata dikategorikan sebagai
berikut : a.
Wisata agro Wisata agro dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan
dengan kegiatan industri pertanian misalnya wisata tani dimana wisatawan turut aktif dalam kegiatan pertanian tersebut.
b. Wisata belanja
Wisata belanja dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata yang lain.
c. Wisata budaya
Wisata budaya berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat
– saat tertentu. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat dan
mengunjungi situs bersejarah. d.
Wisata iklim Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar
– benar dimanfaatkn untuk „berburu‟ panas sinar matahari. Bagi negara
beriklim tropis, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat.
e. Wisata karya
Wisata karya yaitu jenis pariwisata yang wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas
– tugas tertentu misalnya peninjauan, inspeksi daerah, dan sigi lapangan. Maksud kedatangan
wisatawan untuk melaksakan tugas jabatanprofesinya namun dalam waktu senggang atau sengaja diacarakan, wisatawan tersebut
melakukan rekreasi atau kunjungan wisata kebeberapa objek wisata. f.
Wisata kesehatan Wisata kesehatan berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu
penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuhan.
g. Wisata konvensiseminar
Wisata konvensiseminar sengaja dilakukan dengan memilih salah satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan
konvensiseminar dan dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat
penyelenggaraan suatu konvensiseminar baik nasional maupun internasional sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah
mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.
h. Wisata niaga
Wisata niaga berkaitan dengan kepentingan perniagaan usaha perdagangan. Wisatawan datang ke tempat tersebut karena ada
urusan perniagaan misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada di daerah tersebut. Para pengusahaniagawan datang
dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada waktu luang umunya berwisata. Telah menjadi kebiasaan bahwa
berwisata digunakan sebagai media berniaga untuk mengadakan pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.
i. Wisata olahraga
Wisata olahraga yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan
Olahraga Nasional, dan Olimpiade. Para wisatawan adalah olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa
olahraga tersebut. j.
Wisata pelancongpesiarpelesirrekreasi Wisata pelancongpesiarpelesirrekreasi dilakukan untuk berlibur,
mencari suasana baru, memuaskan rasa “ingin tahu”, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan.
Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi
tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya atau setidak
– tidaknya memiliki suasana khas yang diinginkannya.
Ragam wisata pelancongpesiarrekreasi kurang lebih sama dengan wisata santai yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk
memuaskan hasrat „ingin tahu‟ baik objek itu berupa keindahan alam, peninggalan bersejarah, atau budaya masyarakat.
k. Wisata petualangan
Wisata petualangan dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Wisata
petualangan biasanya dilakukan di alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang
– kadang mengandung resiko. Contoh wisata petualangan adalah terbang layang, arung jeram,
panjat tebing, terjun gantung, menyelam, dan susur gua untuk menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmite.
l. Wisata ziarah
Wisata ziarah berkaitan dengan agama atau budaya misalnya mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,
mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh – tokoh masyarakat, atau pahlawan bangsa.
m. Darmawisata
Perjalanan beramai – ramai untuk bersenang – senang atau berkaitan
dengan pelaksanaan darmawisata di luar ruangan, ekskursi, atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja
sehari – hari.
n. Widiawisata Pendidikan
Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti
cagar alam atau budaya, serta untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu misalnya tugas belajar.
7. Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam
perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang – barang dan
jasa – jasa yang dibutuhkan wistawan khususnya dan traveler pada
umumnya selama dalam perjalanan Oka A. Yoeti, 1983:141. Produk wisata sebenarnya bukanlah merupakan suatu produk yang nyata.
Produk wisata merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi
– segi yang bersifat ekonomis tetapi segi – segi yang bersifat sosial, psikologis, dan alamiah. Jasa
– jasa yang diusahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata.
Sebagai industri, rangkaian perusahaan yang menjadi unsur industri wisata adalah travel agent atau tour operator, perusahaan
pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent atau tour operator lokal, souvenir shop atau handicraft, dan perusahaan
yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan Oka A. Yoeti, 1983:147. Rangkaian jasa
– jasa ini merupakan produk wisata karena merupakan suatu kesatuan, maka disebut suatu paket package. Package tour ialah
suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah disusun secara
tetap dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya – biaya
untuk pengangkutan, penginapan, darmawisata, dan hal – hal lainnya
yang telah tercantum dalam acara itu. Unsur – unsur kebudayaan yang
paling banyak disajikan kepada para wisatawan adalah bidang kesenian, misalnya arsitektur dan hiasan rumah, seni tari, dan seni suara atau seni
merangkai bunga. Sifat khusus dari industri pariwisata adalah sebagai berikut Oka A. Yoeti, 1983:156 :
a. Produk wisata mempunyai ciri tidak dapat dipindahkan. Orang tidak
bisa membawa produk wisata pada langganannya tetapi langganan itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang untuk
menikmati produk wisata itu. b.
Dalam pariwisata, proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa adanya langganan yang sedang mempergunakan
jasa – jasa itu maka tidak akan terjadi proses produksi.
c. Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam
bentuk. Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar ukuran yang objektif sebagaimana produk lain yang nyata.
d. Langanan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak
dapat mengetahui dan menguji produk itu sebelumnya. Langganan hanya dapat melihat brosur dan gambar.
e. Dilihat dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang
mengandung resiko besar. Industri wisata memerlukan penanaman modal yang besar sedangkan permintaaan sangat peka terhadap
perubahan siatuasi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat. Perubahan
– perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi – sendi penanaman modal usaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan
kemunduran usaha karena sifat produk wisata relatif lambat untuk menyesuaikan keadaan pasar.
8. Kajian Manajemen Pariwisata
Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J. Burkart dan S. Medik dalam Gamal Suwantoro, 2004:3, menyebutkan
pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan
– tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan
– kegiatan mereka selama tinggal di tempat
– tempat tujuan itu. Menurut James Spillane 1987:21, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Definisi pariwisata menurut Tourism Society dalam Victor T.C.
Middleton, 1990:p11, tourism is deemend to include any activity concerned with the temporary short
– term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and
their activities during the stay at these destinations. Dari pengertian
– pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena gejala dan hubungan
– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal
menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang
menghasilkan upah. Beberapa ahli memberikan pengertian tentang manajemen.
Menurut James A.F. Stoner dan D.R. Gilbert Jr. dalam Dian Wijayanto,
2012:1, manajemen
adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha
– usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
– sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut John D. Millett dalam H. B. Siswanto, 2005:1, management is the process of directing and facilitating the work of
people organized in formal groups to achieve a desired goal. Dari definisi pariwisata dan manajemen tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manajemen pariwisata adalah suatu tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya dalam bidang pariwisata. Untuk menghubungkan konsep manajemen dan pariwisata
terlebih dahulu akan dijelaskan konsep – konsep sebagai berikut :
a. Aspek penawaran pariwisata
Menurut Medik dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com, ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata adalah sebagai
berikut : 1
Attraction daya tarik, dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya
tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. 2
Accessible bisa dicapai, hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam
pencapaian tujuan ke tempat wisata. 3
Amenities fasilitas, syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata DTW dimana wisatawan
dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut. 4
Ancillary adanya lembaga pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata DTW
apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan protection of tourism dan terlindungi baik melaporkan maupun
mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung.
b. Aspek permintaan pariwisata
Menurut Medik dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com, ada 3 pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan
pariwisata adalah sebagai berikut:
1 Pendekatan ekonomi, menafsirkan permintaan pariwisata
menggunakan pendekatan elastisitas permintaanpendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan
tingkat harap atau permintaan daengan variabel lainnya. 2
Pendekatan geografi, menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penentuan harga tetapi sebagai penentu
permintaan baik bagi pihak yang telah melakukan wisata maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan
tertentu. 3
Pendekatan psikologi, menafsirkan permintaan pariwisata termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan,
lingkungan, dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
Menurut Medik dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com, faktor –
faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata sebagai berikut : 1
Harga, memberikan imbastimbal balik pada wisatawan yang akan berwisata. Harga yang mahal berdampak pada permintaaan
wisatawan menjadi turun. 2
Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai
tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika
menguntungkan.
3 Sosial budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan
membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4 Sosial politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila
keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka
sosial politik akan sangat terasa dampaknya dalam terjadinya permintaan.
5 Intensitas keluarga, banyaksedikitnya keluarga juga berperan
serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari
salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6 Harga barang substitusi, harga barang pengganti juga termasuk
dalam aspek permintaan, dimana barang – barang pengganti
misalnya sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata.
7 Harga barang komplementer, merupakan sebuah barang yang
saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi
dengan obyek wisata lainnya.
9. Sistem Informasi Manajemen Pariwisata
Sistem informasi manajemen pariwisata merupakan suatu manajemen sistem informasi kepariwisataan yang berbasis pengolahan
data elektronik dimana keberadaan sistem informasi manajemen pariwisata ini dapat pula dibuat suatu sistem yang mendukung
keputusan pariwisata http:john-arqomsaifullah007.blogspot.com. Sistem informasi manajemen pariwisata ditujukan untuk meningkatkan
pelayanan pada masyarakat dengan cara penyiapan, penyusunan, dan penyimpanan data yang tepat sehingga bermanfaat bagi seluruh
masyarakat http:john-arqomsaifullah007.blogspot.com. Penggunaan sistem informasi manajemen pariwisata akan
sangat membantu penyediaan data untuk kepentingan pengambilan keputusan bagi pemerintah dan industri pariwisata serta bagi wisatawan
untuk memudahkan dalam menentukan rencana perjalanan wisata karena dapat diakses dengan cepat ketika dibutuhkan, dapat diperbarui
kapan saja, serta mempunyai kapasitas penyimpanan data yang besar tanpa
harus membutuhkan
tempat atau
ruang http:john-
arqomsaifullah007.blogspot.com. 10.
Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain
Philip Kotler, 2005:10. Menurut American Marketing Association dalam Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2009:5, pemasaran
adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.
11. Pemasaran Pariwisata
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 dalam http:www.budpar.go.id, pemasaran pariwisata
adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan
untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya. Kegiatan pemasaran mencakup upaya melakukan
identifikasi keinginankebutuhan konsumen jasa pariwisata, penentuan harga,
promosi, dan
penelitian pasar
http:noviantoblogs.blogspot.com. a.
Analisis pasar wisata Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial
di mana individual maupun kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan
nilai value secara bebas dengan pihak lain. Setiap pemasaran
termasuk pemasaran pariwisata pada awalnya dimulai dengan membuat analisis pasar wisata. Analisis pasar wisata meliputi
analisis persepsi
dan preferensi
wisatawan http:noviantoblogs.blogspot.com. Oleh karena itu konsep
pemasaran pariwisata mengandung beberapa pengertian yaitu pemasaran sebagai suatu proses sosial harus dapat dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat, pemasaran sebagai suatu proses manajerial dimana pemasaran harus direncanakan, dilaksanakan,
dipantau, dan dievaluasi, serta pemasaran sebagai proses pertukaran produk dan nilai http:noviantoblogs.blogspot.com.
b. Pendekatan pemasaran pariwisata
Konsep pemasaran produk pariwisata adalah sebagai berikut http:noviantoblogs.blogspot.com :
1 Konsep produksi, menempatkan pertimbangan bahwa konsumen
hanya mau membeli barang yang bisa dibeli dengan harga murah dan mudah didapat. Pariwisata yang memenuhi dua
kriteria ini adalah produk pariwisata buatan atau kemasan baru dan untuk mass production.
2 Konsep produk, menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya
akan membeli barang yang memiliki keunikan, inovatif, dan superioritas.
3 Konsep penjualan, merupakan pemasaran yang bertujuan untuk
menjual produk supaya mendapatkan laba dari penjualan yang banyak dengan promosi yang agresif.
4 Konsep pemasaran, konsep yang diterapkan dengan
mempertimbangkan bahwa keuntungan akan dicapai melalui upaya memberikan kepuasan pada konsumen yang terlebih
dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan dan keinginan wisatawan.
5 Konsep pelanggan, konsep ini merupakan pengembangan dari
konsep pemasaran, dimana kepuasan konsumen harus diusahakan tercapainya kepuasan setiap pelanggan secara
individual. 6
Konsep ekologikal
dan humanistik,
konsep yang
mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan
dengan pengintegrasian
kegiatan pemasaran
dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka
panjang. c.
Sistem informasi pemasaran Di dalam pemasaran pariwisata peran dari sistem
informasi pariwisata Marketing Information System MIS ini sangat penting sebab perilaku calon wisatawan sangat dinamis
perkembangannya dari
waktu ke
waktu
http:noviantoblogs.blogspot.com. Manajer
pemasaran melaksanakan analisis terhadap informasi yang didapat, kemudian
membuat perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan melakukan
kontrol terhadap
pelaksanaan pemasaran
http:noviantoblogs.blogspot.com. Kemudian
membuat keputusan dan mengkomunikasikan keseluruh bagian terkait
http:noviantoblogs.blogspot.com. Selanjutnya, pengembangan informasi juga dilakukan dengan pencatatan informasi, membuat
analisis informasi, menyusun suatu strategi, dan membuat penelitian untuk pemasaran http:noviantoblogs.blogspot.com.
d. Strategi pemasaran pariwisata
Strategi pemasaran pariwisata dilaksanakan dengan strategi
bauran pemasaran
marketing mix
http:noviantoblogs.blogspot.com. Alat – alat pariwisata yang
dapat digunakan dalam strategi bauran pemasaran marketing mix adalah product seperti souvenir, service, fasilitas utilitas,
pengalaman, dan kreatifitas; price dimana tarif terjangkau dan tercatat, serta tidak selalu berubah
– ubah; place seperti mengadakan pameran seni dan budaya; promotion melalui iklan,
promosi penjualan, promosi personal, public relation, dan sponsor http:noviantoblogs.blogspot.com.
Strategi pemasaran pariwisata juga dapat dilakukan melalui segmentasi yaitu suatu upaya untuk mengelompokkan
pasar yang sangat heterogen ke dalam pasar yang relatif homogen sebab sektor pariwisata memiliki pasar yang sangat variatif dan
luas http:noviantoblogs.blogspot.com.
Selain itu
peran pemerintah, swasta dan dunia usaha, serta masyarakat sangat
dibutuhkan untuk mensukseskan pemasaran pariwisata. 12.
Perilaku Konsumen a.
Pengertian perilaku konsumen Menurut
Schiffman dan
Kanuk dalam
http:repository.usu.ac.idbitstream12345678926292, perilaku
konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya
yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang
membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa. Peter dan Olson dalam
http:repository.usu.ac.idbitstream12345678922170, menjelaskan bahwa perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis
antara pengaruh pikiran kognisi, perilaku behavior, dan kejadian sekitar di mana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka. Dari definisi
– definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan
tingkah laku individu, kelompok konsumen, dan lingkungan sosial
akan selalu berubah. Selain itu perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh pikiran antar manusia, perasaan, tingkah laku beserta
lingkungannya, dan perubahan – perubahan diantara manusia
http:repository.usu.ac.idbitstream12345678922170. b.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler dalam
http:repository.usu.ac.idbitstream12345678926292. 1
Faktor budaya Faktor budaya pengaruhnya sangat luas dan mendalam terhadap
perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
a Kultur
Kultur atau budaya adalah determinan yang paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang yang
terdiri dari serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui keluarganya.
b Subkultur
Subkultur merupakan bagian kecil dari kultur yang memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya secara
lebih spesifik. Subkultur mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografisnya. Subkultur banyak
membentuk segmen pasar yang penting dan pemasar sering
merancang produk dan program pemasaran yang khusus dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
c Kelas Sosial
Kelas sosial adalah bagian – bagian yang relatif homogen dan
tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang
mirip. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan merek dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah
tangga, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan yang digunakan.
2 Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial sebagai berikut :
a Kelompok acuan
Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung
terhadap pendirian atau perilaku seseorang. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok dimana orang tersebut berada
atau berinteraksi. Sebagian besar dari kelompok tersebut merupakan kelompok primer yang cenderung bersifat
informal seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja. Bagian yang lain adalah kelompok sekunder yang cenderung
bersifat formal seperti kelompok keagamaan, profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan.
b Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan
kelompok primer yang memiliki pengaruh paling besar. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang lebih
langsung terhadap perilaku pembelian sehari – hari,
contohnya pada keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan dan anak
– anak. Peran dan pengaruh mereka akan bervariasi pada negara dan kelas sosial yang berbeda.
c Peran dan status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat
didefinisikan dalam istilah peran dan status. Orang – orang
akan cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat.
3 Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomis, gaya hidup serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli.
a Usia dan tahap siklus hidup
Orang – orang membeli barang dan jasa yang berbeda
sepanjang hidupnya. Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh tahap
– tahap dalam siklus hidup keluarga seperti tahap membujang, pasangan muda, dan keluarga dengan anaknya.
b Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang pekerja akan membeli pakaian kerja dan sepatu kerja
sedangkan seorang presiden sebuah perusahaan akan membeli pakaian mahal, perjalanan udara, dan kapal pesiar.
c Keadaan ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi tersebut meliputi pendapatan
yang dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan yang meminjam dan pendirian terhadap belanja dan
menabung. d
Gaya hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia
yang diungkapkan dalam kegiatan minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup melukiskan keseluruhan orang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar akan mencari hubungan antara produk mereka dan gaya hidup
kelompok.
e Kepribadian dan konsep pribadi
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan ciri
– ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan kondisi
sosial, keadaan pembelaan diri, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam
menganalisis perilaku konsumen apabila tipe – tipe
kepribadian dapat dikumpulkan dan terdapat korelasi yang kuat antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk
atau merek. 4
Faktor psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis yaitu sebagai berikut : a
Motivasi Suatu kebutuhan menjadi suatu motivasi bila telah mencapai
tingkat intensitas yang cukup. Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang
bertindak, memuaskan kebutuhan tersebut, dan mengurangi rasa ketegangannya.
b Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan
– masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang
berarti. Persepsi tidak hanya bergantung pada stimuli fisik tetapi juga pada stimuli yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut. c
Pengetahuan Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu
individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan seseorang
dihasilkan melalui
proses yang
paling mempengaruhi dari dorongan stimuli, petunjuk, tanggapan,
dan penguatan. d
Kepercayaan dan sikap pendirian Seseorang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian
melalui bertindak dan belajar. Hal ini kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Kepercayaan
adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Kepercayaan dapat menciptakan citra produk dan
orang bertindak atas citra itu. Pembeli akan menjelaskan evaluasi
kognitif yang
menguntungkan atau
tidak menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan
tindakan mapan seseorang terhadap suatu objek atau ide.
Orang – orang cenderung memiliki pendirian terhadap
hampir semua hal. Pendirian menempatkan seseorang kedalam suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau
tidak menyukai suatu objek yang bergerak menuju atau menjauhinya.
13. Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen
a. Kualitas pelayanan
Menurut Christopher H. Lovelock dan Lauren K. Wright 2007:96, kualitas jasa didasarkan pada evaluasi kognitif jangka
panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan yang terbentuk dari sejumlah pengalaman jasa yang berhasil atau
tidak berhasil. Sebelum pelanggan membeli suatu jasa, mereka memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada
kebutuhan – kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya,
rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan penyedia jasa. Setelah membeli
dan menggunakan
jasa tersebut,
pelanggan membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar
– benar mereka terima.
Kinerja jasa mengejutkan dan menyenangkan pelanggan jika berada di atas tingkat jasa yang mereka inginkan. Jika
penyerahan jasa berada di zona toleransi, pelanggan akan merasa jasa ini memadai. Jika kualitas yang sebenarnya berada di bawah
tingkat jasa yang memadai dengan yang diharapkan pelanggan,
maka muncul perbedaan atau kesenjangan kualitas antara kinerja jasa dan harapan pelanggan. Kesenjangan tersebut dapat merusak
hubungan penyedia jasa dengan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan upaya meningkatkan kulitas jasa agar kesenjangan
dapat diperkecil. Menurut Parasuraman, Zeithamal, dan Bery dalam
http:www.sarjanaku.com, ada lima dimensi untuk mengukur kualitas jasa yaitu tangibles berwujud, reliability keandalan,
responsiveness ketanggapan,
assurance keyakinan
atau jaminan, dan emphaty empati. Tangibles berwujud yaitu
penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media komunikasi. Reliability keandalan yaitu kemampuan untuk
melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Responsiveness
ketanggapan yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dalam memberikan jasa dengan cepat dan tanggap.
Assurance keyakinan atau jaminan yaitu pengetahuan dan
kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. Emphaty empati yaitu merupakan
syarat untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi pada pelanggan. Kelima dimensi ini digunakan untuk mengukur kualitas
jasa yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan.
b. Kepuasan pelanggan
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong 2003:10, kepuasan pelanggan adalah tingkatan dimana anggapan kinerja
produk akan sesuai dengan harapan seorang pembeli. Jika kinerja produk jauh lebih rendah dibandingkan harapan pelanggan maka
pembelinya tidak puas. Jika kinerja sesuai harapan maka pembelinya merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan maka
pembeli merasa amat senang. Agar pelanggan puas maka perusahaan harus memadukan harapan pelanggan dengan kinerja
perusahaan. Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kulitas jasa.
Oleh karena itu untuk merancang perbaikan kualitas produk, jasa, dan proses pemasaran secara terus
– menerus, perusahaan menggunakan total quality management TQM. American Society
for Quality Control dalam Philip Kotler dan Gary Armstrong,
2003:11-12, mendefinisikan kualitas jasa sebagai sifat dan karakter total jasa yang berhubungan dengan kemampuannya
memuaskan kebutuhan pelanggan. Artinya suatu perusahaan telah mencapai kualitas terpadu jika jasanya memenuhi atau melampaui
harapan pelanggan. Informasi kepuasan pelanggan juga dapat digunakan untuk memutuskan strategi yang paling tepat untuk
meningkatkan kepuasan. Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong 2003:104-105, kepuasan pelanggan akan kualitas jasa
juga bermanfaat bagi perusahaan yaitu mengisolasi pelanggan dari pesaing, dapat menciptakan keunggulan yang berkelanjutan,
mengurangi biaya kegagalan, mendorong pelangggan kembali dan mendorong loyalitas, meningkatkanmempromosikan cerita positif
dari mulut ke mulut, dan menurunkan biaya untuk menarik pelanggan baru.
14. Kawasan Wisata
Kawasan wisata pada umumnya menempati ruang wilayah yang cukup luas. Usaha kawasan pariwisata adalah usaha yang
kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu
untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata
http:www.pps.unud.ac.id. Beberapa alasan pembangunan suatu kawasan pariwisata yaitu sebagai berikut http:www.pps.unud.ac.id
: a.
Kepentingan pengembang Pengembang menyusun suatu paket dan menjualnya sebagian
kepada pengusaha lain dengan mendapat keuntungan selama proses berlangsung.
b. Untuk pemanfaatan lahan jangka panjang
Selama kurun waktu tertentu hampir selalu terjadi peningkatan nilai lahan. Keuntungan dari penjualan lahan dikenai pajak sebagai
peningkatan pendapatan. Pemanfaatan lahan juga merupakan arena investasi dan spekulasi jangka menengah atau panjang.
c. Pembangunan hotel dan berbagai jenis fasilitas lainnya yang
berhubungan dengan pelayanan untuk wisatawan digunakan sebagai alat untuk meningkatkan nilai properti di sekitarnya.
d. Suatu area atau kawasan dikembangkan oleh pemerintah pada
dasarnya sebagai cara untuk membuka kesempatan kerja dalam situasi kemandegan perekonomian.
e. Suatu kawasan dibangun karena alasan politik. Hal ini dilakukan
sebagai upaya mambantu pemerintah daerah untuk membayar hutang politik dan pemerataan penghasilan seluruh daerah.
f. Suatu resort dipandang sebagai suatu monumen untuk
menghormati seseorang dan peluang untuk membangun sesuatu yang indah dan abadi.
g. Hotel khusus di bangun suatu negara berkembang sebagai cara atau
alat untuk mengungkapkan kebanggaan nasional. Dibeberapa negara berkembang, hotel digunakaan pemerintah untuk menjamu
tamu – tamu istimewa.
h. Suatu kawasan dikembangkan paling tidak sebagian karena
seseorang atau golongan orang berpikir bahwa resort tersebut sebagai tantangan atau kegiatan usaha yang menyenangkan.
15. Pengembangan Pariwisata Terpadu
Di dalam pariwisata terdapat komponen – komponen wisata.
Komponen – komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain.
Komponen – komponen wisata tersebut dikelompokkan menjadi
atraksi dan kegiatan – kegiatan wisata, akomodasi, fasilitas dan
pelayanan wisata, fasilitas dan pelayanan transportasi, infrastruktur, dan elemen kelembagaan http:www.pps.unud.ac.id. Dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai tujuan pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan
suatu objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan potensi alam dan budaya dengan
memperhatikan aspek
– aspek
pelestarian http:www.pps.unud.ac.id.
Kepariwisataan memerlukan konsep – konsep pengelolaan
atau manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok yaitu pengorganisasian, perencanaan, motivasi,
penempatan personal
dan penggeraknya,
koordinasi, dan
pengawasannya. Pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan untuk mencapai suatu keserasian dan
keseimbangan dalam pemanfaatan potensi wisata. Apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan kurang
optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut.
Maksud dari pengembangan suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan pelayanan yang
diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan
memberikan kesempatan untuk membentuk produk – produk serta
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini disebabkan produk pariwisata tidak
dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia.
Agar dapat memberikan pengelolaan dan pengembangan yang optimal bagi suatu objek wisata maka diperlukan perencanaan
yang terintegrasi dan komprehensif. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal
– hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Terintegrasi dalam arti bahwa perencanaan tersebut diupayakan masih merupakan mata rantai dengan perencanaan pada tatanan diatasnya.
Dengan kata lain, perencanaan ini merupakan pendetailan atau penjabaran dari rencana makro atau umum diatasnya, sedangkan
komprehensif memiliki arti bahwa perencanan ini diharapkan dapat menyatukan elemen
– elemen yang ada di lapangan dalam satu kesatuan bahasan yang saling melengkapi. Pariwisata merupakan
kegiatan yang kompleks karena itu koordinasi antar berbagai sektor terkait melalui poses perencanaan yang tepat sangat penting.
Perencanaan juga diharapkan dapat membantu tercapainya kesesuaian antara pasar wisata dengan produk wisata yang dikembangkan tanpa
harus mengorbankan kepentingan masing – masing pihak.
Perencanaan kepariwisataan hendaknya menggunakan prinsip –
prinsip sebagai berikut http:www.pps.unud.ac.id : a.
Perencanaan pengembangan kepariwisataan harus merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari
pembangunan perekonomian negara. b.
Menghendaki pendekatan terpadu integrated approach dengan sektor
– sektor lainnya. c.
Harus di bawah koordinasi perencanaan fisik daerah secara keseluruhan.
d. Perencanaan fisik daerah untuk tujuan wisata harus berdasarkan
suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan.
e. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan wisata harus
didasarkan penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor geografi yang lebih luas dan tidak
meninjau dari segi administrasi saja. f.
Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan faktor
ekologi daerah yang bersangkutan.
g. Tidak hanya memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja tetapi
tidak kalah pentingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.
h. Pengembangan pariwisata perlu memperhatikan kemungkinan
peningkatan kerjasama yang saling menguntungkan. Selain perencanaan, pelaksanaan pariwisata adalah bagian
yang penting dari pengelolaan pariwisata. Pelaksanaan yaitu usaha untuk mendapatkan hasil dengan penggerakan orang lain. Pelaksanaan
dalam objek wisata alam bisa meliputi perlindungan lingkungan dan pelayanan pengunjung. Perlindungan lingkungan bisa dilakukan
dengan pemetaan tapal batas antara hutan yang harus dijaga kelestariannya. Untuk pelaksanaan pelayanan kepada pengunjung
disediakan sarana dan prasarana yang mendukung. Selain itu diperlukan pengembangan destinasi wisata buatan yang mendukung
pariwisata alam. Pengawasan sesuai dengan pengertiannya adalah pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Di dalam kepariwisataan, elemen kelembagaan organisasi pariwisata diperlukan dan bertanggung jawab sekurang
– kurangnya untuk promosi, persiapan kebutuhan para wisatawan, penelitian, dan
informasi pariwisata.
Organisasi pariwisata
bisa bersifat
pemerintahan, semi pemerintahan, dan bukan badan pemerintahan.
Fungsi dari organisasi pariwisata adalah perencanaan pengembangan pariwisata, koordinasi antar berbagai badaninstansi pemerintah dan
swasta yang mempunyai dampak dalam industri pariwisata, pengawasan bermacam
– macam segi jasa – jasa pariwisata, merencanakan dan menerapkan promosi, dan mengawasi kebijakan
– kebijakan harga.
16. Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam
Pengembangan objek wisata alam sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas sumber daya hutan dalam konteks
pembangunan ekonomi sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan,
pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta dalam suatu tata ruang wilayah. Kendala pengembangan objek wisata alam
berkaitan erat dengan instrumen kebijakan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi wisata
alam, efektifitas fungsi dan peran objek wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait, kapasitas institusi, dan kemampuan
sumber daya manusia SDM dalam pengelolaan proyek wisata alam di kawasan hutan dan mekanisme peran serta masyarakat dalam
pengembanagan pariwisata alam. Strategi pengembangan objek wisata alam meliputi
pengembangan beberapa
aspek sebagai
berikut http:noerdblog.wordpress.com :
a. Aspek perencanaan pembangunan obyek wisata yang antara lain
mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang tata ruang wilayah, standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas
sektoral, pendanaan, dan sistem informasi objek wisata alam. b.
Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi sebagai mekanisme yang dapat mengatur
berbagai kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan memiliki efisiensi
tinggi. c.
Aspek sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan yaitu alat memenuhi kebutuhan pariwisata alam dan sebagai
pengendalian dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan, serta pembangunan sarana dan prasarana dapat dilakukan secara
optimal. d.
Aspek pengelolaan yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan objek wisata alam yang siap mendukung
kegiatan pariwisaata alam dan mampu memanfaatkan potensi objek wisata alam secara lestari.
e. Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur
pemanfaatan objek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan
kerja bagi masyarakat setempat.
f. Aspek pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan
bekerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
g. Aspek peran serta masyarakat melalui kesempatan – kesempatan
usaha sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
h. Aspek penelitian dan pengembangan yang meliputi aspek fisik
lingkungan, sosial, dan ekonomi dari objek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi bagi
pengembangan dan pembangunan kawasan serta kebijakan dan arahan pemanfaatan obyek wisata alam.
Dalam rangka menemukan dan mengembangkan objek wisata alam perlu segera dilaksanakan inventarisasi terhadap potensi
objek wisata alam secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan keunggulan banding,
kekhasan objek, kebijakan pengembangan, serta ketersediaan dana dan tenaga. Potensi daerah objek wisata alam yang sudah ditemukan
segera diinformasikan dan dipromosikan kepada calon penanam modal.
Dalam rangka optimalisasi fungsi objek wisata alam perlu diupayakan pengembangan sistem interprestasi objek wisata alam dan
kerjasama dengan istansi terkait termasuk lembaga – lembaga
pendidikan, pelatihan,
dan penerangan
masyarakat. Perlu
dikembangkan sistem kemitraan dengan pihak swasta, dan lembaga swadaya masyarakat yang ada dalam rangka mendukung optimalisasi
pengembangan objek wisata alam. Pengembangan objek wisata alam merupakan subsistem dari
pengembangan pariwisata daerah dan pengembangan wilayah pada umumnya yang secara langsung maupun tidak langsung memberi
manfaat lebih bagi masyarakat setempat. Peranan pemerintah daerah dalam pengembangan objek wisata ini dimana pemerintah
melaksakanan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, serta memonitor pengembangan objek wisata alam.
B. Penelitian Terdahuhu