Jenis cacing Bunostomum sp. dan Chabertia sp. hanya ditemukan di RPH medan, jenis ini dapat menginfeksi ternak secara langsung tanpa melalui inang
perantara, biasanya ternak terinfeksi dari kotoran dalam kandang yang belum dibersihkan atau dari bekas air minum yang terdapat di kandang yang diminum
oleh ternak, kemudian menginfeksi ternak tersebut. Meskipun ternak yang berada di RPH Medan dirawat secara intensif, jika kebersihan kandang kurang terawat,
maka bisa saja terinfeksi oleh kedua cacing endoparasit ini, tetapi tingkat infeksi kedua cacing tersebut pada ternak di RPH Medan tergolong rendah, sehingga
tidak membahayakan.
Cacing Cooperia sp. biasanya ditemukan di dalam usus kecil, daur hidupnya mirip dengan nematoda lainya, dimana cacing tersebut mengeluarkan
telurnya dari tubuh hospes melalui feses dan di alam bebas berkembang dibawah pengaruh kelembaban, suhu dan oksigen yang cukup. Menurut Sugama Suyasa
2011, cacing Cooperia sp. juga merupakan cacing giling atau nematoda, bentuknya kecil yang warnanya kemerah-merahan, dapat ditemukan di dalam usus
kecil berbagai ruminansia, terutama sapi.
Ternak yang berada di RPH Andam Dewi dan RPH Medan sebagian besar di beri pakan rumput, dimana rumput atau tumbuhan merupakan media penularan
cacing endoparasit, sehingga ternak memiliki kemungkinan yang besar terinfeksi oleh cacing Parampistomum sp., dimana cacing ini biasanya terdapat di lambung,
penularannya melalui rumput atau tumbuhan yang mengandung metaserkaria.
4.2 Persentase Jumlah Jenis Telur Cacing Endoparasit
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Persentase Jumlah Jenis Endoparasit RPH Medan Dan Beberapa Tempat Pemotongan Andam Dewi
No Jenis
Endoparasit RPH-M
RPH-A jumlah
butir presentase Keterangan
jumlah butir
Persentase Keterangan
1 Bunostomum sp.
10 0,4
ringan -
- -
2 Chabertia sp.
13 0,68
ringan -
- -
3 Cooperia sp.
4 0,16
ringan 2
0.08 Ringan
4 Dicrocoelium sp. -
- -
12 0,48
Ringan 5
Fasciola sp. -
- -
7 0,28
Ringan 6
Haemonchus sp. 127
5,12 ringan
5 0,2
Ringan
7 Paramphistomum
sp. 1
0,04 ringan
5.020 100
Berat Keterangan: RPH-M : Rumah Potong Hewan Medan, RPH-A : Rumah Potong
Andam Dewi, Jumlah sapi: 25 ekor.
Tabel 4.2 dapat dilihat hasil pengamatan 75 sampel feses dari 25 ekor sapi di RPH Medan 5,12 terinfeksi Haemonchus sp., 0,68 terinfeksi Chabertia sp., 0,4
terinfeksi Bunostomum sp., 0,16 Cooperia sp., dan 0,04 terinfeksi, sedangkan di RPH Andam Dewi 100 sapi terinfeksi Paramphistomum sp., 0,48
terinfeksi Dicrocolium sp., 0,28 terinfeksi Fasciola sp., 0,2 Haemonchus sp., 0,08 terinfeksi Cooperia sp.
Universitas Sumatera Utara
Di RPH Andam Dewi tingkat infeksi tergolong berat, dari hasil pengamatan 75 feses dari 25 ekor sapi, 100 feses terinfeksi cacing jenis
Paramphistomum sp. berdasarkan pengamatan di lapangan sapi yang berada di RPH Andam Dewi dibiarkan bebas berkeliaran untuk merumput, dimana larva
cacing Paramphistomum sp. penyebarannya melalui rumput atau tumbuhan yang mengandung metaserkaria. Menurut Noble dan Noble 1989 dalam Sugama dan
Suyasa 2011, cacing Paramphistomum sp. merupakan jenis cacing trematoda yang predileksinya di lambung ruminansia, siklus hidupnya mirip dengan
Fasciola sp., dengan induk semang siput genus Lymnea, dan Planarbis. Hewan terinfeksi jika makan metaserkaria yang ada pada rumput atau tumbuhan.
Dalam penelitian Suyasa dan Sugama 2011 menyatakan, dari beberapa hasil penelitian terdahulu tingkat prevalensi cacing Paramphistomum sp. pada
sapi Bali di Bali cukup tinggi dari penelitian Brahmajaya et al., 1981, prevalensi Paramphistomum sp. mencapai 100, Suaryana et al., 1984, sebanyak 61,36 ,
sedangkan Neker 1997, sekitar 88 . Hal ini dikarenakan cara perawatan ternak, dimana perawatan masih dilakukan secara ekstensif, sapi-sapi di gembalakan di
padang rumput, bahkan tidak dikandangkan, sehingga resiko tinggi terinfeksi cacing parasit. Menurut Tantri et al., 2013, pemeliharaan secara ekstensif
menyebabkan sapi dapat terinfeksi larva cacing di padang gembala, sedangkan pemeliharaan secara intensif dapat mengurangi resiko infeksi karena pakan ternak
diberikan di dalam kandang.
Di RPH Medan jumlah terbanyak terdapat pada jenis Haemonchus sp., sebanyak 127 butir dengan persentase 5,12, jenis ini biasanya optimal
berkembang pada temperatur yang relatif tinggi, jika dibandingkan dengan Andam Dewi temperatur Medan lebih tinggi. Menurut Levine 1977, penyakit
Haemonchosis yang disebabkan oleh cacing Haemonchus sp., merupakan suatu penyakit ternak yang menyerang ternak di daerah-daerah beriklim panas, serta
optimal berkembang pada temperatur tinggi. Meskipun jenis ini memiliki
Universitas Sumatera Utara
persentase tertinggi di RPH Medan, tetapi tingkat infeksinya masih tergolong ringan.
Sebagian besar endoparasit yang menginfeksi sapi di RPH Medan dan RPH Andam Dewi dari Kelas Nematoda yaitu Bunostomum sp., Chabertia sp.,
Cooperia sp., dan Haemonchus sp., dan dari Kelas Trematoda yaitu Dicrocoelium sp., Fasciola sp., dan Paramphistomum sp., Menurut Tantri et al., 2013, parasit
Nematoda umumnya menyerang hewan ternak.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Jumlah Dan Tingkat Infeksi Telur Cacing Endoparasit