5
BAB II PENELAAH PUSTAKA
A. Indikator WHO 1993
Indikator penggunaan obat yang ditetapkan oleh WHO, merupakan pedoman untuk menilai pola penggunaan obat berdasarkan masalah yang sering
terjadi di unit pelayanan kesehatan, yang kemudian ditetapkan oleh WHO sebagai metode dasar untuk menilai penggunaan obat di unit rawat jalan. Indikator
tersebut terdiri dari 3 macam yaitu Anonim, 1993:
Tabel I. Indikator Penggunaan Obat WHO 1993
1 Indikator Peresepan, terdiri dari :
a. rata-rata jumlah obat per lembar resep b. persentase peresepan obat dengan nama generik
c. persentase peresepan antibiotik d. persentase peresepan dengan sediaan injeksi
e. persentase peresepan obat yang sesuai dengan daftar obat esensialformularium
2 Indikator Pelayanan Pasien, terdiri dari :
a. rata-rata lamanya waktu konsultasi b. rata-rata waktu dispensing obat
c. persentase obat-obat yang berhasil diracik d. persentase obat yang di label cukup
e. pengetahuan pasien dalam memahami dosis 3
Indikator Fasilitas Kesehatan, terdiri dari : a. ketersediaan formularium dan daftar obat-obat kunci
b. ketersediaan obat-obat kunci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dari penggunaan indikator ini adalah untuk menggambarkan kebiasaan pengobatan sekarang, membandingkan perolehan hasil yang didapat,
memonitoring secara periodik dan melakukan pengawasan terhadap perilaku penggunaan obat, dan menaksirkan dampak dari suatu itervensi Anonim, 1993.
B. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan sesuai pada kebutuhan klinis mereka dengan dosis yang dibutuhkan secara
individu dalam jangka waktu yang mencukupi dan pada harga yang terjangkau bagi pasien dan untuk masyarakat luas Quick, dkk., 1997.
C. Rata-rata Jumlah Obat per Lembar Resep
Resiko terjadinya efek samping obat meningkat secara konsisten dengan semakin banyaknya jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Indikator rata-rata
jumlah obat per lembar resep digunakan untuk mengetahui terjadinya tendensi polifarmasi yang dapat menyebabkan terjadi insiden interaksi obat dan efek
samping yang buruk Anonim, 1993. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien,
lebih dari yang dibutuhkan secara logis dan rasional dihubungkan dengan diagnosis yang ditetapkan Nair, 1994. Menurut Quick, dkk. 1997, hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor peresepan. Faktor yang dapat mempengaruhi peresepan terdiri dari empat yaitu dokter prescriber, penyedia obat dispenser, pasien dan
masyrakat, serta sistem kesehatan. Faktor dari dokter antara lain kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelatihan, mengikuti model peresepan yang terdahulu yang belum tentu benar, kurangnya informasi terhadap obat yang akan diresepkan, dan financial interest.
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Peresepan
D. Obat dengan Nama Generik