1
BAB I
Dalam Bab 1, peneliti akan membahas tentang latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,
dan spesifiksi produk.
A. Latar Belakang
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2002: 263 pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Suardi 2012: 1 memaparkan bahwa pendidikan
merupakan sarana yang menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Pendidikan adalah
bimbingan dalam memajukan ilmu pengetahuan maupun wawasan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu hal yang ingin diperoleh. Pendidikan dilakukan peserta
didik secara sadar dalam belajar untuk meningkatkan potensi pengetahuan. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat
diperoleh melalui proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran. Pendidikan di sekolah merupakan peran penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM. Pendidikan Sekolah Dasar
memberikan konsep dasar berupa membaca, menulis, berhitung, dan meningkatkan pengetahuan dari bermacam-macam pelajaran.
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan cara peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Peningkatan kualitas
pembelajaran memiliki proses yang lama dalam menentukan model pembelajaran yang tepat untuk mengajar peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat diketahui
dari hasil assessment siswa. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu Sudjana, 1990: 3.
Alat ukur atau instrumen tes dan non-tes dapat digunakan dalam sistem penilaian. Setiap pertanyaan dalam tes akan membutuhkan jawaban guna mengetahui
kemampuan seseorang Mardapi, 2007:67. Alat ukur atau instrumen tes dan non- tes yang digunakan akan memperoleh hasil atau memperoleh jawaban dari tes
yang diajukan. Alat ukur atau instrumen dapat dikatakan baik apabila memenuhi standar
validitas dan reliabilitas. Alat ukur atau instrumen dikatakan valid apabila suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang harus
diukur Surapranata, 2004: 50. Oleh karena itu, suatu instrumen dikatakan valid kalau instrumen atau alat ukur tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang
hendak diukur Yusuf, 2015:61. Validitas ini dimaksud agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta didik dikemudian hari, misalnya ujian masuk
atau tes seleksi Jihad dan Haris, 2012: 179. Sudjana, 1990: 16 mengemukakan bahwa reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa
yang dinilai. Suatu alat ukur dinyatakan andal reliable bila memberikan hasil yang sama pada berkali-kali pengulangan pengukuran Subali, 2012: 113.
Reliabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat utama, yaitu validnya suatu skor instrumen. Semakin reliable suatu tes, semakin yakin
kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat sekolah ketika dilakukan tes kembali. Alat ukur
dapat dikatakan baik apabila memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah, sedang, dan sukar. Alat ukur yang baik juga memiliki daya pembeda yang harus
diperhatikan saat membuat tes hasil belajar. Daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai
dengan yang kurang pandai Sulistyorini, 2009: 173. Selain itu alat ukur yang baik dalam tes pilihan ganda harus memperhatikan pengecoh agar berfungsi
dengan baik. Alat ukur dapat dikatakan baik apabila tes tersebut valid dan reliabel serta daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh dapat berfungsi dengan
baik. Pada tanggal 20 Juli 2016 peneliti menggali informasi dengan melakukan
wawancara bersama guru kelas V B SD Proketen. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru hanya membuat sebagian tes dan selebihnya mengambil
dari LKS, kumpulan soal, maupun buku paket. Namun biasanya guru mengambil soal dari buku paket dan LKS karena lebih praktis dan tidak membutuhkan waktu
yang lama dalam membuat soal. Guru tidak bisa membagi waktu dalam membuat soal apalagi soal pilihan ganda yang membutuhkan option jawaban banyak. Guru
tidak memperhatikan kualitas soal yang akan diuji cobakan kepada siswa. Guru membutuhkan prototipe tes hasil belajar matematika yang memiliki kualitas baik
terutama kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut karena materi pengukuran sudut masih menjadi materi yang sulit bagi siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengembangan yang ber
judul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut Untuk
Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.
B. Pembatasan Masalah