Adanya hubungan baik dengan keluarga dari pihak pasangan yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ketegangan hubungan.
4. Faktor penyebab masalah dalam penyesuaian perkawinan
Hurlock 1990 menjelaskan beberapa faktor-faktor kesulitan dalam penyesuaian pernikahan, kondisi tersebut adalah :
a. Persiapan yang terbatas untuk pernikahan
Kebanyakan pasangan masih kurang dalam pengetahuannya mengenai kehidupan pernikahan seperti mengasuh anak, dan manajemen uang.
b. Peran dalam pernikahan
Adanya kecenderungan perubahan peran dalam pernikahandan konsep yang dimiliki oleh pasangan mengenai peran suami-istri dalam rumah
tangga membuat penyesuaian pernikahan menjadi lebih sulit. c.
Kawin muda Menikah muda dan menjadi orangtua di usia muda membuat
seseorang memiliki
sedikit kesempatan
dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman dari lingkungan. Hal ini membuat seseorang menjadi iri terhadap orang lain yang memiliki kesempatan
yang lebih baik yang kemudian membuat penyesuaian pernikahan menjadi sulit.
d. Konsep yang tidak realistis tentang pernikahan
Seseorang yang berada pada lingkungan yang kurang mendukung perkembangannya cenderung memiliki konsep yang tidak realistis
tentang makna pernikahan. e.
Pernikahan campur Pasangan suami-istri yang memiliki latar belakang keluarga yang
berbeda memiliki kesulitan dalam penyesuaian pernikahan. f.
Pacaran yang dipersingkat Pacaran dalam waktu yang singkat membuat pasangan memiliki
sedikit waktu dalam mencoba untuk memecahkan berbagai persoalan sebelum dilangsungkan pernikahan.
g. Konsep pernikahanyang romantis
Harapan yang berlebihan mengenai kehidupan pernikahan yang romantis di masa remaja dapat membawa kekecewaan dan menambah
kesulitan dalam penyesuaian pernikahan. h.
Kurangnya identitas Ketika individu dikenal lingkungan dengan identitas yang diberikan
oleh oleh orang lain, dapat membuat individu tersebut kehilangan identitas diri.
C. Makna Pernikahan
Makna pernikahan merupakan bagian dari struktur kognitif yang membuat seseorang memahami dan mengevaluasi hubungan pernikahan
Susan Orbuch, 2001. Bruner 1990 mengungkapkan bahwa diri dan
kehidupan yang kita bangun merupakan hasil dari proses konstruksi makna, dimana sudah tertanam dalam budaya makna. Pemaknaan membebaskan
individu untuk lebih memaknai dan memahami peristiwa masa lalu dan lebih mudah untuk memprediksi peristiwa yang akan datang. Proses pemaknaan
melibatkan beberapa komponen aktivitas seperti: kemampuan kognitif dalam mengingat, menganalisis, pikiran seseorang, dan membangun cabang
aktivitas seperti reaksi afeksi dan ekspektasi perilaku. Gergen and Gergen 1987 mengungkapkan bahwa makna pernikahan merupakan sebuah narasi
atau kenyataan psikologis yang mungkin berhubungan dengan tujuan yang lebih objektif, atau realitas sejarah. Sehingga makna pernikahan merupakan
bagian dari struktur kognitif yang membebaskan individu untuk memahami dan mengevaluasi hubungan pernikahan.
Makna pernikahan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, termasuk makna pasangan dan interpretasi mengenai pernikahan. Melalui interaksi,
individu membangun suatu makna mengenai kejadian-kejadian, objek-objek, dan mengenai seseorang di dalam lingkungan sosialnya. Ketika pasangan
menikah, individu dalam memaknai makna mengenai pernikahan lebih ditentukan oleh keseluruhan pengalaman sosial, bahasa dan budaya
kepercayaan umum mengenai pernikahan dibandingkan dengan interaksi dengan pasangan. Susan Orbuch, 2001