Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk penyesuaian dengan pasangan yang dialami informan S dalam bentuk komunikasi lebih bersifat toleransi terhadap pasangan. Dalam usahanya menyesuaikan diri dengan pasangan, informan berusaha untuk mengerti, memahami, dan menerima diri pasangan. Informan S berusaha untuk mengerti kekurangan dan kelebihan yang dimiliki pasangan. Pengetahuan yang dimiliki mengenai pasangan menjadikan informan S untuk menerima diri pasangan apa adanya. Informan berusaha menghormati apa yang ada pada diri pasangan, begitu pula sebaliknya dimana pasangan juga menghormati apa yang ada pada diri informan. Hal inilah yang membuat informan merasa bahwa kehidupan pernikahan yang dialami sudah mencapai kebahagiaan dan kepuasaan pernikahan. Tidak ada hubungan saling menuntut dalam kehidupan pernikahan. Melainkan, hubungan pernikahan yang didasari dari saling sayang menyayangi. Sesuai dengan penyesuaian dengan pasangan yang telah disampaikan oleh Hurlock 1990 bahwa, penyesuaian dengan pasangan merupakan masalah pertama dan umum yang dialami oleh pasangan menikah. Dalam penyesuaian perkawinan yang baik haruslah adanya kesanggupan dan kemauan suami-istri untuk berhubungan dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta. Adanya kemampuan komunikasi yang baik, pasangan suami-istri dapat terhindar dari banyak kesalahpahaman yang terjadi dalam kehidupan pernikahan. 3. Makna pernikahan Makna pernikahan merupakan bagian dari struktur kognitif yang membuat seseorang memahami dan mengevaluasi hubungan pernikahan Susan Orbuch, 2001. Bagi informan M, pernikahan merupakan gabungan dari dua orang untuk saling melengkapi dan mengimbangi secara emosional. Informan melihat bahwa pernikahan yang ia jalani sebagai pernikahan yang berharga dan bahagia. Hal tersebut dikarenakan ia memiliki pasangan yang menyayanginya serta telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Informan merasa sangat beruntung dapat menemukan pasangan yang baik yang mampu mengimbangi secara emosional dalam menjalani hubungan pernikahan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informan M memaknai pernikahan sebagai sumber kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Sumber kebahagiaan yang didapat berasal dari hubungan dengan pasangan dimana pasangan mampu dalam melengkapi dan mengimbangi secara emosional. Menurut informan W, pernikahan dipandang sebagai peristiwa sekali seumur hidup. Informan W memiliki harapan bahwa pernikahan yang ia jalani adalah pernikahan yang dapat membawanya ke dalam kehidupan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pengalaman buruk di masa lalu yang membuat informan merasa gagal dalam menjalin hubungan. Ia berharap dengan melakukan pernikahan maka ia akan terlepas dari kehidupan yang kurang mapan dan tanpa tujuan. Setelah menjalani pernikahan bersama pasangan, ia memandang pernikahan yang ia jalani sebagai anugerah. Ia memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan memiliki tujuan hidup yang lebih pasti yaitu untuk membahagiakan keluarga kecilnya. Dapat disimpulkan bahwa informan W memaknai pernikahan sebagai solusi atas permasalahan yang dialami untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dengan memutuskan untuk menikah maka informan akan mendapatkan kehidupan yang lebih mapan atau layak dan adanya tujuan yang lebih pasti dalam menjalani kehidupannya. Berbeda dengan kedua informan sebelumnya, informan S memandang pernikahan yang ia jalani sebagai pernikahan yang bahagia. Bagi informan S, pernikahan merupakan sesuatu hal yang sakral dimana jodoh merupakan takdir Tuhan. Ia memandang bahwa tujuan pernikahan adalah untuk memenuhi takdir Tuhan. Informan merasa bahwa dirinya berjodoh dengan pasangannya sehingga ia berusaha untuk menerima, menghormati, dan saling sayang menyayangi terhadap pasangan. Dapat disimpulkan bahwa informan S memaknai pernikahan sebagai pemenuhan takdir Tuhan. Ia melihat bahwa pasangannya merupakan jodoh yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Sehingga dalam menjalani kehidupan pernikahan, informan berpegang pada tujuan pernikahan dalam agama Islam yaitu menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Hal tersebut sudah ia dapatkan melalui pernikahan yang dijalani. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perempuan yang dijodohkan memaknai pernikahan yang dijalani sebagai sumber kebahagiaan dalam menjalani kehidupan bersama dengan keluarga, solusi atas permasalahan yang dialami untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, serta pernikahan sebagai pemenuhan takdir Tuhan. 4. Gambaran Perempuan Jawa Ketiga informan merupakan perempuan Jawa yang lahir dan tinggal di lingkungan Jawa. Sesuai dengan karakteristik perempuan Jawa yaitu dimana perilaku dan sikap menunjukkan individu yang halus, menjunjung tinggi nilai keluarga, mampu mengerti dan memahami orang lain serta daya tahan untuk menderita tinggi. Selain itu, tergambar jelas sikap hidup informan yang menunjukkan sikap rila, dan nerima. Dalam pemaknaan terhadap pernikahan yang dijalani, informan cenderung menunjukkan sikap ikhlas dalam menjalani kehidupan pernikahan. Informan cenderung menerima apa adanya pasangan dan menerima kehidupan pernikahan yang dijalani. Informan tidak mengeluh dan merasa puas dengan apa yang telah dijalani dan diterimanya. Hal tersebut yang sangat berpengaruh dalam pemaknaan terhadap pernikahan yang dijalani. Selain itu, latar belakang pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang ikut mempengaruhi pemaknaan individu terhadap pernikahan. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses perjodohan yang dialami oleh ketiga informan merupakan perjodohan dengan tipe Joint Venture. Informan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk memilih pasangan walaupun calon pasangan merupakan pilihan dari orangtua atau kerabat. Ketiga informan tidak membutuhkan waktu lama yaitu kurang dari 6 bulan dalam mengenal pasangan sampai dengan pelaksanaan pernikahan. Baik ketiga informan memiliki respon yang baik terhadap perjodohan dan mau menerima perjodohan. Penyesuaian pernikahan yang dilakukan oleh informan nampak pada perilaku penyesuaian diri terhadap pasangan. Masing-masing informan menunjukkan penyesuaian dengan pasangan melalui bentuk komunikasi dan menjalin hubungan romantis terhadap pasangan. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan kepada pasangan. Komunikasi yang terjalin juga merupakan salah satu cara atau menjadi solusi dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kehidupan pernikahan. Selain itu, dengan berkomunikasi juga menjadi media dalam pasangan untuk mengerti, memahami, dan menerima kelebihan dan kekurangan dari pasangan. Sehingga, informan menjadi bersifat toleransi terhadap pasangan dan berusaha untuk menghormati dan menyayangi dengan tulus kepada pasangan. Baik ketiga informan memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap pasangan sehingga, dalam menjalani kehidupan pernikahan dapat terhindar dari konflik serta dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Hal tersebut nampak dari kehidupan pernikahan ketiga informan yang masih bertahan hingga saat ini. Selain kemampuan berkomunikasi, dalam kehidupan pernikahan ketiga informan terjalin hubungan yang romantis. Pasangan saling berhubungan dengan mesra dan menunjukkan perhatian serta memberikan afeksi. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan mengenai beberapa pandangan mengenai makna pernikahan yang dimiliki oleh ketiga informan yaitu : 1. Pernikahan dimaknai sebagai sumber kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. 2. Pernikahan dimaknai sebagai solusi atas permasalahan yang dialami untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 3. Pernikahan dimaknai sebagai pemenuhan takdir Tuhan.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain : 1. Ruang lingkup penelitian yang sangat terbatas dimana peneliti hanya meneliti pada subjek yang tinggal di daerah pedesaaan dengan karakteristik informan yang berlatarbelakang pendidikan yang rendah. 2. Keterbatasan peneliti dalam menggali informasi dimana peneliti menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana sehingga kurang mendalam dalam proses wawancara.

C. Saran

Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Informan Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi informan dalam mengevaluasi kehidupan pernikahan yang telah dijalani.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini menggali bentuk penyesuaian pernikahan dan makna pernikahan yang dilakukan pada pihak perempuan. Sehingga hasil yang diperoleh merupakan pandangan dari salah satu pihak dari pelaku pernikahan. Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya dapat melihat penyesuaian pernikahan dan makna pernikahan yang dilakukan pada pihak laki-laki sehingga hasil pandangan yang diperoleh dapat dibandingkan dengan pandangan yang dimiliki oleh pihak perempuan. Selain itu, dalam penelitian ini masih menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana sehingga kurang dapat menggali lebih dalam mengenai pengalaman serta pandangan yang dimiliki oleh masing- masing informan.

3. Bagi Psikolog dan Konselor

Informasi yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam melakukan proses konseling keluarga dan perkawinan. Pernikahan yang dijalani dengan kemampuan komunikasi yang baik serta adanya hubungan romantis dalam hal penyesuaian pernikahan membantu pasangan dalam menghindari serta menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kehidupan pernikahan.

4. Bagi Masyarakat Luas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga perempuan yang mengalami proses perjodohan, dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun ketiga informan mengalami proses perjodohan, ketiga informan dapat memperoleh kebahagiaan pernikahan serta menuju kualitas pernikahan yang baik. Pernikahan yang dijalani oleh ketiga informan yang melalui proses perjodohan menunjukkan bahwa pernikahan dapat bertahan lama tergantung dengan bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya pernikahan yang dilakukan melalui proses perjodohan tidak dapat bertahan lama dan berakhir dengan perceraian. Bahkan pernikahan yang dilakukan melalui proses perjodohan dapat dimaknai sebagai sumber kebahagiaan dan solusi atas permasalahan. 57 DAFTAR PUSTAKA Allendorf, Keera and Dirgha Ghimire. 2012. Determinants of marital quality in an arranged marriage society. University of Michigan institute for social research. Atwater, E Duffy, K. G. 2005. Psychology for living: Adjusment, Growth and Behaviour Today 8th Edition. New Jersey: Pearson Prentice. Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Traditions. California : SAGE Publications. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonsesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dewanti, Wiken Tri Nurfitria. 2012. Perbedaan Penyesuaian Pernikahan Pada Suami dan Isteri yang Dijodohkan Dengan yang Tidak Dijodohkan. Jakarta: Binus University. Hall, Scott S. 2006. Marital Meaning: Exploring Young Adults’ Belief Systems About Marriage. The Family Journal: Sage Publication. Hamdani, Rifi. 2013. Tradisi Perjodohan Dalam Masyarakat Madura Migran di Kecamatan Depok Sleman, DIY. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Hedikusama. Prof. H. Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. CV. Mandar Maju Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.