Reaksi tubuh terhadap infeksi primer dan post primer

daripada peningkatan resiko infeksi apabila seseorang individu meningkat dewasa menjadi lebih independen, banyak aktiviti diluar rumah dan lebih bergaul dalam masyarakat P.D.O Davis, 2005 • Jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya infeksi, cukup banyak dan terus-menerus. • Virulensi keganasan basil • Daya tahan tubuh yang menurun yang memungkinkan basil TB berkembang biak. Keadaan ini sangat berhubungan erat dengan faktor genetika, faktor faali, jenis kelamin, usia, faktor lingkungan seperti nutrisi, perumahan, dan pekerjaan. • Jenis kelamin - Pada abad pertengahan, kasus TB lebih tinggi pada perempuan berbanding laki-laki pada usia muda manakala pada kelompok usia yang lebih tua laki-laki menunujukkan kasus TB paru yang lebih tingi berbanding perempuan. Ini karena laki-laki banyak yang merokok dimana faktor ini merupakan resiko untuk infeksi TB paru. Manakala di UK pula menunjukkan kasus TB pada laki- laki pada usia yang lebih tua adalah 3 kali lipat berbanding pada perempuan. P.D.O Davis, 2005

2.2.4. Reaksi tubuh terhadap infeksi primer dan post primer

A. Pada infeksi primer keradangan permulaan, gambaran patologi, berupa gambaran bronkopneumonia yang dikelilingi oleh sel-sel radang fokal. Pada tahap permulaan tersebut fokus infeksi primer dapat menimbulkan keluhan terutama pada anak-anak : • Suhu badan meningkat sedikit subfebril • Tampak sakit • Nyeri persendian anak cerewet • Malaise anak tidak mau makan • Uji kulit dengan tuberkulin menunjukkan reaksi negatif Setelah infeksi primer ini berjalan kurang lebih 12 minggu, yakni setelah timbulnya kekebalan spesifik terhadap basil TB, maka terjadilah pembesaran kelenjar limfe regional yang sering dinamakan penyebaran limfogen dan pada saat ini reaksi tubuh masih seperti di atas ditambah dengan uji kulit tuberkulin yang semula negatif menjadi positif, batuk- batuk oleh karena adanya pembesaran kelenjar yang mengadakan penekanan saluran Universitas Sumatera Utara udara bronkus, pada foto toraks tampak adanya pembesaran kelenjar limfe daerah hilus, pada trakea dan daerah leher. Di samping itu juga dapat tampak adanya infiltrat halus yang tersebar luas pada seluruh lapangan paru yang dikenal sebagai TB paru milier. Panas badan juga menjadi lebih tinggi, sering terjadi kejang-kejang oleh karena adnya meningitis. Infeksi primer tersebut setelah terbentuknya kekebalan tubuh yang spesifik, dapat sembuh dengan sendirinya, dengan meninggalkan atau tanpa meninggalkan bekas. Yang dimaksud bekas pada penyembuhan primer infeksi tersebut dapat berupa fibrotik dan kalsifikasi, sangat jarang dalam bentuk lainnya pada foto toraks. B. Reaksi tubuh terhadap tuberkulosa paru post primer • Keradangan endogen : fokus lama dorman mengalami kekambuhan • Infeksi baru dari luar Sebagai catatan, bahwa TB paru post primer sebagian besar berasal dari infeksi ulang, ditunjukkan adanya permulaan keradangan pada gambaran foto roentgen di daerah di bawah klavikula bukan pada puncak paru apek pulmonum. Pada gambaran patologi didapatkan 1 lobuler pneumonia, yang dalam perjalanan lebih lanjut dapat mengalami nekrosis dengan terbungkus kapsul dan sembuh dengan perkapuran, dapat juga sembuh sendiri sacara sempurna, dan dapat mengalami pengejuan perlunakan dan berakhir dengan pembentukan rongga cavity yang berdinding tebal = kaverne. Bentuk kaverne tersebut yang sering menimbulkan aneurisma Rasmussen dari cabang arteri pulmonari dan sering pecah menimbulkan batuk darah. Dapat juga menimbulkan bronkopleural fistel yang dapat terbuka atau tertutup sebelum ada pengobatan kemoterapi, 2 foki asinus, keadaan yang terjadi akibat penyebaran bronkogen dari kaverne tersebut atau karena proses penyembuhan yang menimbulkan jaringan ikat fibrosis. Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, 1989

2.2.5. Diagnosa