Kapasitas produksi spermatozoa oleh testis sudah ditentukan terlebih dahulu oleh faktor keturunan dari setiap spesies. Selama hidup hewan tersebut, produksi
spermatozoa dikendalikan oleh kelenjar hipofisa dan faktor-faktor lain yang memengaruhi testis secara tidak langsung melalui kelenjar hipofisa tersebut
Toelihere 1981.
2.2.2. Spermatozoa
Spermatozoa berada dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh testis, atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan. Spermatozoa ikan tergolong dalam tipe
flagellate karena mempunyai ekor flagellate yang panjang. Spermatozoa yang sudah matang terdiri dari kepala, leher, dan ekor flagellate. Inti spermatozoa
terdapat pada bagian kepala. Pada saat dikeluarkan dari alat kelamin jantan, spermatozoa berada dalam seminal plasma Salisbury Van Denmark 1961. Inti
spermatozoa terdapat pada bagian kepala, sedangkan ekor berguna sebagai organ untuk membantu bergerak maju. Panjang pendeknya ukuran ekor spermatozoa
menentukan keaktifan spermatozoa dalam bergerak. Semakin panjang ekor spermatozoa, maka semakin aktif spermatozoa tersebut dalam bergerak Affandi
Tang 2004.
2.2.3. Morfologi spermatozoa
Menurut bentuknya, spermatozoa terbagi atas kepala dan ekor. Kepala spermatozoa dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah akrosomal anterior yang
dibungkus oleh tudung akrosom dan daerah post akrosomal posterior. Bagian- bagian morfologi spermatozoa dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Morfologi spermatozoa Sumber: www.enelset.co.id
Akrosom Membran plasma
Mitokondria Nukleus
Sentriol
Kepala Mid piece
Principal piece End piece
Filamen axial
Ekor spermatozoa berasal dari sentriol spermatid selama proses spermiogenesis yang berfungsi memberikan gerak maju atau lokomosi kepada
spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor- kepala dan berjalan ke arah belakang. Menurut Salisbury dan Van Denmark 1961,
permukaan spermatozoa dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut mati maka permeabilitas sel akan meningkat terutama di daerah pangkal
kepala. Hal ini dijadikan dasar pewarnaan spermatozoa untuk membedakan spermatozoa hidup dan spermatozoa mati berdasarkan kemampuan zat warna untuk
menembus membran sel yang rusak. Abnormalitas spermatozoa disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu penyakit,
musim, stress dalam suhu panas, serta perlakuan preservasi dan kriopreservasi semen. Secara umum abnormalitas spermatozoa terdiri dari abnormalitas primer
dan sekunder. Abnormalitas primer adalah segala sesuatu perubahan yang terjadi pada saat proses spermatogenesis di tubuli seminiferi, sedangkan abnormalitas
sekunder terjadi setelah spermatozoa meninggalkan tubuli seminiferi. Abnormalitas primer meliputi kepala yang telampau besar ataupun terlampau kecil, kepala
melebar, ekor ganda, ekor melingkar, putus atau bercabang, sedangkan abnormalitas sekunder meliputi kepala tanpa ekor, bagian tengah yang terlipat, adanya butiran-
butiran sitoplasmik proksimal atau distal dan selubung akrosom yang terlepas. Pengamatan morfologi dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan teknik
pewarnaan dan pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras Hafez 1987. Morfologi spermatozoa memiliki korelasi dengan
fertilitas sehingga keberadaan spermatozoa abnormal akan berpengaruh terhadap kemampuan sel spermatozoa untuk membuahi sel telur Barth Oko 1989.
2.2.4. Morfometri spermatozoa