Lingkungan Politik Analisa Lingkungan Eksternal 3.1.

3.1.1. Analisa Faktor Eksternal

Beberapa faktor lingkungan eksternal yang ditengarai mampu memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan, khususnya untuk prospek bisnis Balitower ke depan meliputi: 1 Analisa Lingkungan Politik 2 Analisa Lingkungan Pemerintah 3 Analisa Lingkungan Pembangunan Ekonomi 4 Analisa Lingkungan Ekonomi Regional 5 Analisa Lingkungan Sosial 6 Analisa Lingkugan Alam 7 Analisa Lingkungan Teknologi 8 Analisa Lingkungan Demografi

3.2. Lingkungan Politik

3.2.1. Kondisi Politik Domestik

Suasana politik di Indonesia memasuki babak baru, ditandai dengan telah terbentuknya susunan pimpinan DPR dan MPR untuk masa bakti 2014-2019, Pelatikan Presiden terpilih juga telah dilakukan. Indonesia disuguhkan oleh tontonan politik yang menegangkan, intrik – intrik dan manuver politik di jalankan oleh 2 kubu Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat. PDI-P sebagai pemenang pemilu 2014 dengan KIH yang mereka pimpin, mengalami kekalahan politik yang cukup telak, dimana hampir semua inisiatif yang diambil tidak dapat mematahkan kebijakan politik yang ditempuh oleh KMP seperti penetapan UU Pilkada, UU MD3, Pemilihan ketua DPR dan Ketua MPR. Kekalahan tersebut memberikan gambaran jika tidak terjadi komunikasi politik yang baik antara kedua kubu tersebut saat ini. Menanggapi hal tersebut banyak kalangan yang menilai jika kemenangan KMP di DPR dan MPR akan berdampak kepada pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dimana, Berbagai kebijakan pemerintah dikhawatirkan akan dijegal oleh parlemen, yang dikuasai KMP. Penguasaan oposisi di parlemen oleh KMP bisa dipandang positif sebagai penyeimbang pemerintahan. 15 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra Publik tentu akan mendukung penuh jika oposisi yang dibangun KMP untuk memberikan kritik membangun terhadap pemerintah atau menagih janji-janji kampanye agar tetap mengedepankan program-program pro rakyat. Keberadaan oposisi yang kuat seperti itu akan memberi dampak positif bagi Jokowi-JK dalam membangun mekanisme kontrol terhadap pemerintahan. Tapi, kita tidak sepakat jika oposisi yang kuat di parlemen itu dibangun hanya untuk melakukan balas dendam politik setelah kalah dalam pemilihan presiden. Kelompok oposisi jangan sampai melakukan segala cara dan mengabaikan kepentingan rakyat hanya untuk membalas kekalahan pada pilpres lalu. Kita juga tidak ingin oposisi yang kuat di parlemen hanya digunakan untuk mengacaukan sistem ketatanegaraan. Contoh yang nyata adalah soal Undang-Undang tentang Pemilihan Kepala Daerah UU Pilkada. Kelompok oposisi terkesan mengabaikan hak konstitusional rakyat dengan mengembalikan pilkada lewat DPRD. Kondisi itu mengacaukan sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia. Dalam sistem presidensial, kepala pemerintah dipilih langsung oleh rakyat, bukan parlemen. Seharusnya, kondisi itu linier sampai ke proses pemilihan kepala daerah. Di sisi lain, beberapa kekalahan yang dialami KIH harus dijadikan pelajaran penting agar mereka memperbaiki pola komunikasi politik di parlemen. Tidak berselang lama setelah Pemilihan pimpinan dan DPR diumumkan, pelaku bisnis meresponse hasil yang tidak populis tersebut dengan hengkangnya investor dari Indonesia, sebagaimana disampaikan Fauzi Ichsan 2014, “Pada dasarnya, sejak disahkan UU Pilkada dan Ketua DPR, investor sudah mulai panik. Sehari bisa tiga sampai empat investor menarik dananya ke luar negeri”. Koalisi Indonesia Hebat yang hanya memiliki 20 bagian di parlemen, meninmbulkan kekhawatiran para investor mengenai ketidak pastian berbisnis di Indonesia. Kemampuan Jokowi dalam menjalankan kebijakan dikhawatirkan akan menghadapi rintangan yang berat. Menghadapi realitas tersebut, Presiden terpilih memandang dengan optimis, bahwa People Power pasti bergerak, rakyat pasti mengawasi dan mendukung jika kebijakan yang pro-rakyat di jegal oleh parlemen.

3.2.2. Dampak Manuver Politik terhadap Iklim Bisnis

Tidak berselang lama setelah Pemilihan pimpinan dan DPR diumumkan, pelaku bisnis meresponse hasil yang tidak populis tersebut dengan hengkangnya investor dari Indonesia, sebagaimana disampaikan Fauzi Ichsan 2014, “Pada dasarnya, sejak disahkan UU Pilkada 16 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra dan Ketua DPR, investor sudah mulai panik. Sehari bisa tiga sampai empat investor menarik dananya ke luar negeri”. Koalisi Indonesia Hebat yang hanya memiliki 20 bagian di parlemen, meninmbulkan kekhawatiran para investor mengenai ketidak pastian berbisnis di Indonesia. Kemampuan Jokowi dalam menjalankan kebijakan dikhawatirkan akan menghadapi rintangan yang berat. Menghadapi realitas tersebut, Presiden terpilih memandang dengan optimis, bahwa People Power pasti bergerak, rakyat pasti mengawasi dan mendukung jika kebijakan yang pro-rakyat di jegal oleh parlemen. Pemilihan kedepan, akan dilakukan secara tidak langsung, dimana Pemilihan kepada daerah akan menjadi wewenang DPRD setempat. Hal ini secara tidak langsung memberikan pesan jika akan banyak perubahan terhadap peraturan-peraturan kususnya yang berhubungan langsung dengan bisnis teknis di lapangan, walaupun peraturan yang lebih strategis seperti pola investasi tetapi di kelola oleh pemerintah pusat. Di Bali pada khususnya teknis operasional penyelenggaraan layanan menara selular di atur secara ketat melalui Perda No. 6 tahun 2013. Peraturan yang dibuat mengatur secara khusus persyaratan pembangunan menara, bentuk kerjasama yang diperkenankan setelah perijinan yang harus di siapkan oleh perusahaan. Kepala Daerah yang nantinya akan di pilih oleh DPR dikhawatirkan menjadi tidak professional yang sarat kepentingan partai, dimana pada banyak kasus ditemukan praktek kolusi dan nepotisme antara kepala daerah pengusaha yang berani membayar hanya untuk mendapatkan perijinan. Lebih parahnya lagi aktivitas ini didukung oleh payung hukum. Contohnya pada perda No. 6 terdapat pasal yang mengatur mengenai perijinan pembangunan menara, Pasal 14 ayat 2 dan 4, yang menyatakan jika “Izin pengusahaan menara selular di keluarkan oleh Bupati” dan “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan izin pengusahaan menara telekomunikasi sebagaimana pada ayat 1 diatur dengan peraturan Bupati”.

3.2.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Perubahan konstelasi politik di Indonesia menunjukkan arah yang positif, dimana perimbangan kekuasaan antara 2 kubu politik menciptakan oposisi sempurna oleh Koalisi Merah Putih, yang diharapkan dapat secara aktif mengawal jalannya pemerintahan. Sehingga 17 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terealisasi dengan baik, yang kemudian memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis perusahaan, antara lain: Faktor-Faktor Peluang  Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Stabilitas politik di Indonesia akan menciptakan stabilitas keamanan dan kepastian hukum untuk investasi perusahaan di Indonesia. Sehingga memberikan fokus bagi Balitower untuk melakukan ekspansi ke daerah lain, khususnya di luar Bali.  Pengembangan bisnis melalui investasi, masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar. Faktor-Faktor Ancaman Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:  Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.  Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan. 18 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra

3.3. Lingkungan Pemerintah