Lingkungan Pemerintah Analisa Lingkungan Eksternal 3.1.

3.3. Lingkungan Pemerintah

3.3.1. Kemudahan Berbisnis di Indonesia

Metronews.com pada tanggal 29 Oktober 2013 menampilkan artikel yang bertajuk Kemudahan Berbisnis di Indonesia Masih Tertinggal di Asean, artikel ini menyajikan ulasan mengenai posisi Indonesia dibanding dengan negara-negara tetangga dalam hal kemudahan berbisnis. Berada di peringkat 128, Indonesia masih jauh tertinggal oleh Negara Asean lainnya seperti Singapura peringkat 1, Malaysia peringkat 6, Thailand peringkat 18, Vietnam peringkat 99 dan Filipina peringkat 108. Kemudahan berbisnis di Indonesia, sangat ditentukan oleh keberhasilan pemerintahan Jokowi dalam mereformasi birokrasi diseluruh departemen, visi dan misi kabinet yang tengah di susun diharapkan mampu menciptakan terobosan – terobosan baru yang berpihak kepada pelaku usaha di Indonesia. Akan tetapi komposisi kabinet yang di umumkan oleh Jokowi tidak mendapatkan response yang positif dari kalangan ekonomi karena sebagian posisi pada kabinet akan di isi oleh professional partai yang dipercaya masih akan membawa pola yang sama, yaitu mengutamakan kepentingan partai dan golongan dibanding kepentingan publik. Sehingga harapan masyarakat yang besar terhadap kemampuan Jokowi dalam merubah wajah perekonomian di Indonesia kearah yang lebih baik dengan percepatan yang signifikan seketika menjadi pupus. 19 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra Gbr. 4 Susunan kabinet Kerja 2014-2019

3.3.2. Rencana reformasi pemerintahan Presiden terpilih

J okowi – JK dalam debat presiden menyampaikan bahwa kata kunci yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas 7 adalah Reformasi Birokrasi. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi pada level tersebut dalam kondisi saat ini bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang mustahil. Kita memerlukan pembangunan infrastruktur yang massif yang ditunjang oleh penguatan sumber daya manusia yang tepat. Dan hal yang jauh lebih fundamental lagi adalah penguatan institusi birokrasi penyelenggara negara. Untuk memastikan terwujudnya reformasi birokrasi tersebut Jokowi mencanangkan serangkaian program reformasi massif berupa: perubahan mekanisme rekruitmen pejabat 20 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra publik melalui sistem lelang terbuka, Jokowi sudah memulai menerapkan sistem lelang terbuka untuk lurah dan camat se-DKI Jakarta tahun 2013. Basuki Tjahaya Purnama menyatakan bahwa open recruitment yang pemerintah DKI Jakarta jalankan tahun 2013 berhasil mengubah 70 wajah birokrasi di ibu kota. Selain itu, pemerintah kota juga berhasil mengidentifikasi 700 pegawai negeri yang memiliki skill tinggi yang sewaktu-waktu bisa menempati posisi-posisi penting mulai pada level tertinggi sampai pada birokrasi level lapangan street-level bureaucracy DKI Jakarta. Street-level bureaucracy adalah ujung tombak penyelenggaraan negara. Merekalah yang sesungguhnya secara langsung berhadapan dengan masyarakat. Mereka pula yang mengetahui detil persoalan. Para pemimpin yang terpilih melalui proses politik tidak akan bisa berbuat banyak jika birokrasi level lapangan ini tidak memiliki kualitas yang baik. Mungkin masih terlalu dini untuk menilai apakah open recruitment yang telah diterapkan di Jakarta menuai dampai positif pada performa birokrasi atau tidak. Kenyataan di lapangan adalah bahwa Jokowi-Ahok di Jakarta berhasil merevitalisasi sejumlah pasar dan waduk hanya dalam tempo kurang dari tiga tahun. Pelayanan pada level kecamatan dan kelurahan juga meningat tajam. Sedangkan menjawab pertanyaan mengenai pengaruh faktor budaya terhadap persaingan bisnis, dan dampaknya terhadap biaya overhead dapat diilustrasikan pada beberapa kasus contohnya yang terjadi pada perusahaan pertambangan. Untuk dapat menyelesaikan masalah administrasi seperti perijinan dan lain-lain, seringkali perusahaan diminta biaya-biaya yang tidak seharusnya ada oleh oknum aparat yang duduk di pemerintahan. Seperti gayung bersambut, budaya memperkaya diri yang dimiliki oleh oknum aparat dan kebutuhan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya lebih cepat, memuluskan kegiatan tidak baik tersebut, tidak hanya melanggar norma namun juga melanggar aturan hukum yang berlaku. Perusahaan membungkus biaya-biaya siluman tersebut menjadi beragam bentuk biaya taktis, bahkan dimasukkan ke dalam biaya CSR. Dimana kerugian yang terjadi menciptakan efek domino dan berujung kepada kerugian negara karena hilangnya potensi pendapatan dari pajak. Kendati tidak ada aturan yang tegas mengenai bagaimana seharusnya perusahaan mencatat biaya-biaya tersebut, namun perusahaan yang beretika seharusnya tidak mencatat pengeluaran untuk hal-hal yang melanggar tersebut kedalam bagian dari biaya operasional perusahaan. 21 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra

3.3.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Perubahan konstelasi politik di Indonesia menunjukkan arah yang positif, dimana perimbangan kekuasaan antara 2 kubu politik menciptakan oposisi sempurna oleh Koalisi Merah Putih, yang diharapkan dapat secara aktif mengawal jalannya pemerintahan. Sehingga seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terealisasi dengan baik, yang kemudian memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis perusahaan, antara lain: Faktor-Faktor Peluang  Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Stabilitas politik di Indonesia akan menciptakan stabilitas keamanan dan kepastian hukum untuk investasi perusahaan di Indonesia. Sehingga memberikan fokus bagi Balitower untuk melakukan ekspansi ke daerah lain, khususnya di luar Bali.  Pengembangan bisnis melalui investasi, masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar. Faktor-Faktor Ancaman Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:  Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.  Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.

3.4. Lingkungan Pembangunan Ekonomi