Lingkungan Pembangunan Ekonomi Analisa Lingkungan Eksternal 3.1.

3.3.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Perubahan konstelasi politik di Indonesia menunjukkan arah yang positif, dimana perimbangan kekuasaan antara 2 kubu politik menciptakan oposisi sempurna oleh Koalisi Merah Putih, yang diharapkan dapat secara aktif mengawal jalannya pemerintahan. Sehingga seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terealisasi dengan baik, yang kemudian memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis perusahaan, antara lain: Faktor-Faktor Peluang  Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Stabilitas politik di Indonesia akan menciptakan stabilitas keamanan dan kepastian hukum untuk investasi perusahaan di Indonesia. Sehingga memberikan fokus bagi Balitower untuk melakukan ekspansi ke daerah lain, khususnya di luar Bali.  Pengembangan bisnis melalui investasi, masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar. Faktor-Faktor Ancaman Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:  Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.  Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.

3.4. Lingkungan Pembangunan Ekonomi

3.4.1. Business menara selular dan pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB tahun 2013 meningkat sebesar 5,78 persen terhadap tahun 2012, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,19 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen. Pada tahun 2013, Sektor Industri Pengolahan memberikan 22 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra kontribusi terbesar terhadap total perekonomian sebesar 23,69 persen diikuti Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,43 persen dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,33 persen Gbr. 5 Laju pertumbuhan PDB Q1-2013 s.d Q2-2014 Besaran PDB Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp9.084,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp2.770,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB sebesar 4,71 persen. 23 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra Gbr. 6 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 dalam persen Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. Pada tahun 2013, dari sisi pengeluaran, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 55,82 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB atau Investasi Fisik 31,66 persen, Konsumsi Pemerintah 9,11 persen, danEkspor 23,74 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari Impor sebesar 25,73 persen.

3.4.2. Kualitas Institusi

Pengembangan ekonomi juga di ikuti oleh perbaikan aspek pemerintahan, dimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, kebebasan berpendapat dan partisipasi masyarakat terhadap Pemilihan wakil mereka tumbuh sebesar 0.03. Namun Indonesia masih memiliki tantangan yang besar dari beberapa indicator pemerintah yang masih sangat lemah yaitu stabilitas politik masih -0,57, Efektivitas pemerintah -0.29, kualitas regulasi -0.28, ketaatan hukum -0.06, dan kontrol terhadap korupsi -0.66. Angka di atas diharapkan semakin membaik sejalan dengan adanya pergantian presiden dan perubahan susunan kabinet yang akan di mulai pada bulan oktober 2014 nanti.

3.4.3. Rating Investasi dan Kepercayaan Institusi Internasional

Kemampuan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis global, menumbuhkan kepercayaan dari berbagai lembaga pemeringkat dan institusi internasional, hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa review positif dari lembaga internasional seperti :  Credit Rating BBB- dari Fitch Ratings, Fitch menilai ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang kuat dan sustainable, tersedianya kebijakan untuk pengelolaan ekonomi, pengelolaan fiskal yang prudent dan public sector debt yang berada pada kondisi aman.  Credit Rating BBB- dari Rating and Investment Information, inc, karena : kapasitas Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan, manajemen fiskal yang konservatif, hutang pemerintah dan perbankan yang berada pada level rendah.  Foreign Currency long-term senior debt BBB- dan Local Currency long-term senior debt BBB dari Japan Credit Rating Agency, ltd, senada dengan RI, JCR melihat kemampuan pertumbuhan perekonomian yang baik, kehati-hatian dalam 24 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra pengelolaan fiskal dan kemampuan Indonesia untuk keluar dari krisis ekonomi internasional.  Credit Rating BB+ untuk long term dan B untuk short term, dimana SP melihat pelemahan pada lingkungan kebijakan dan keseimbangan atas tekanan eskternal dan prospek pertumbuhan yang kuat.  Bond Ratings Baa3 dari Moodys, dimana Moody’s melihat metric keuangan pemerintah akan sejalan dengan Baa peers, kemampuan perekonomian Indonesia melawan tekanan external yang luas, hadirnya kebijakan buffers dan perangkat yang mengakomodasi permasalahan keuangan dan kondisi kesehatan perbankan. Gbr. 7 Credit ratings Indonesia 2013

3.4.4. Aliran Masuk Investasi Langsung

Aliran investasi langsung baik dari domestic maupun dari luar menunjukkan trend menanjak, hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi disaat menurunnya tingkat export. Nilai investasi langsung yang masuk sampai dengan Q3 2013 sebesar US 30.2bn, hanya tumbuh 18.3 dibanding 2012 yang mencapai US 34.8bn. Dalam hal negara tujuan investasi, Indonesia masuk kedalam peringkat ke 3 dibawah China dan India, dengan total realisasi investasi pada Q3-2013 sebear Rp. 293.3 trilliun yang terdiri atas Rp.199.2 trilliun untuk FDI foreign direct investment dan Rp. 94.1 trilliun untuk DDI domestic direct investment. Angka ini tumbuh 27.6 yoy dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp. 229.9 trilliun. Distribusi lokasi project dari January sampai dengan 25 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra September 2013 untuk area di luar Jawa adalah Rp. 124.7 trilliun atau 42.5 dari total realisasi investasi. Gbr. 8 Pertumbuhan FDI dan komposisinya Negara asal investasi langsung adalah Jepang sebesar US 1,331mn atau 19 dari total investasi, Singapura US 1,146mn atau 16, Amerika US 640.9mn atau 9 dan diikuti oleh negara-negara lainnya. 26 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra Gbr. 9 Komposisi FDI berdasarkan sektor industri

3.4.5. Pertumbuhan PDB dan Pendapatan Perkapita

Pada tahun 2013, Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total perekonomian sebesar 23,69 persen diikuti Sektor Pertanian. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB sebesar 4,71 persen. Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. 27 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra Table 9 Laju pertumbuhan dan distribusi PDB menurut lapangan usaha Dalam kurun waktu 2009–2013 PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp23,9 juta US2.346,6, tahun 2010 sebesar Rp27,0 juta US3.003,9, tahun 2011 sebesar Rp30,7 juta US3.3.525,2, pada tahun 2012 mencapai Rp33,5 juta US3.583,2, dan pada tahun 2013 mencapai Rp36,5 juta US3.499,9. Table 10 PDB dan PNB perkapita tahun 2009-2013

3.4.6. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang 11,25 persen, berkurang 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada 28 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra September 2013 yang sebanyak 28,60 juta orang 11,46 persen. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang lebih banyak dibanding berkurangnya penduduk miskin di daerah perdesaan. Selama periode September 2013–Maret 2014, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 170 ribu orang, sementara di daerah perdesaan berkurang sekitar 150 ribu orang. Gbr. 10 Perkembangan persentase penduduk miskin menurut daerah September 2013-Maret 2014 Table 11 Garis kemiskinan, jumla dan persentase penduduk miskin menurut daerah 29 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra

3.4.7. Pengembangan Pasar Domestik

Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK di Indonesia pada Februari 2014 sebesar 69,17 persen mengalami kenaikan sebesar 2,40 persen jika dibandingkan dengan TPAK Agustus 2013 sebesar 66,77 persen. Table 12 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan Pada Februari 2014 terdapat 10,57 juta orang 8,94 persen penduduk bekerja berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT cenderung menurun, dimana TPT Februari 2014 sebesar 5,70 persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 9,10 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Pertama 30 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra sebesar 7,44 persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah, yaitu sebesar 3,69 persen. Table 13 Tingkat pengangguran terbuka TPT menurut pendidikan tertinggi yg ditanatmakn

3.4.8. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor pembangunan ekonomi Indonesia yang mampu; menciptakan kondisi ekonomi yang kuat, stabil dan bertumbuh secara berkesinambungan, adanya response positive dari institusi internasional dengan memberikan rating credit baik, sehingga mampu menarik minat investor untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Dan dengan didukung oleh kondisi komposisi angkatan siap kerja yang dibekali oleh pendidikan dan keterampilan yang kompetitif. Pertumbuhan bisnis pada sektor transportasi dan komunikasi yang masih meyakinkan telah menciptakan peluang dan ancaman pada perusahaan antara lain: Faktor-Faktor Peluang  Peningkatan Demand terhadap layanan penyewaan menara selular, tumbuhnya peningkatan pelanggan telekomunikasi, akan memicu penambahan kapasitas dan jumlah BTS dari operator telekomunikasi.  Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Penyebaran penduduk dan peningkatan jumlah pendapatan pada masyarakat dipedesaan akan menciptakan pelanggan-pelanggan baru entry user, yang membuka peluang bagi perusahaan 31 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra untuk melakukan ekspansi layanan di area baru baik di pulau Bali maupun di pulau lain.  Pengembangan bisnis melalui investasi, masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar.  Perkembangan teknologi baru, teknologi telekomunikasi terus berkembang, dimana perkembangan tersebut membawa beberapa keuntungan seperti penambahan kapasitas, reliabitas dan harga perangkat yang semakin rendah. Faktor-Faktor Ancaman Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:  Munculnya pemain baru, pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.  Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.  Rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, perangkat mesin produksi yang umumnya di import dari luar menyebabkan biaya investasi menjadi lebih tinggi akibat stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara produsen.  Perubahan Tren Teknologi, teknologi komunikasi yang terus berkembang mensyaratkan perusahaan untuk terus memperbaharui sistem yang ada, sehingga waktu penggunaan perangkat yang sudah dipasang menjadi lebih singkat lagi. 32 | Big Paper: Dampak faktor-faktor eksternal pada bisnis Bali Towerindo Sentra

3.5. Lingkungan Ekonomi Regional