Big Paper Dampak Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal terhadap Bisnis

(1)

Big Paper

Dampak Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal terhadap Bisnis

PT Bali Towerindo Sentra Tbk

Dosen Pengampu:

Prof. Prasteyo Supono, MA., MBA., Ph.D

SUPRIYADI

13/358117/PEK/18422

AKHIR PEKAN ANGKATAN 26A

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA JAKARTA


(2)

(3)

Daftar Isi

Daftar Isi... i

Kata Pengantar... iv

Abstraksi... v

Daftar Tabel... vi

Daftar Gambar... vii

Bab I Pendahuluan...1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Masalah...1

1.3. Tujuan Penelitian... 1

1.4. Metode Penelitian... 1

1.5. Manfaat Penelitian... 2

Bab II Profil Perusahaan... 3

2. Profil Perusahaan... 3

2.1. Informasi Umum...3

2.2. Organisasi dan sumber daya manusia... 5

2.3. Pertumbuhan Industri dan Pelanggan Balitower... 8

2.4. Kelayakan pelanggan Balitower... 8

2.5. Produk dan Jenis Layanan Balitower... 8

2.6. Pesaing Balitower... 9

2.7. Gambaran Keuangan Perusahaan...10

Bab III Analisa Lingkungan Eksternal... 12

3.1. Lingkungan Bisnis Eksternal... 12

3.1.1. Analisa Faktor Eksternal... 13

3.2. Lingkungan Politik... 13

3.2.1. Kondisi Politik Domestik...13

3.2.2. Dampak Manuver Politik terhadap Iklim Bisnis... 14

3.2.3. Peluang dan Ancaman Bisnis... 15

3.3. Lingkungan Pemerintah... 17


(4)

3.3.3. Peluang dan Ancaman Bisnis... 20

3.4. Lingkungan Pembangunan Ekonomi... 20

3.4.1. Business menara selular dan pertumbuhan ekonomi... 20

3.4.2. Kualitas Institusi... 22

3.4.3. Rating Investasi dan Kepercayaan Institusi Internasional... 22

3.4.4. Aliran Masuk Investasi Langsung...23

3.4.5. Pertumbuhan PDB dan Pendapatan Perkapita...25

3.4.6. Kemiskinan... 26

3.4.7. Pengembangan Pasar Domestik... 28

3.4.8. Peluang dan Ancaman Bisnis... 29

3.5. Lingkungan Ekonomi Regional... 31

3.5.1. Business Menara Selular dan Ekonomi Regional...31

3.5.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk... 34

3.5.3. Pertumbuhan Populasi... 35

3.5.4. Stuktur Populasi... 35

3.5.5. Kesenjangan Pertumbuhan Ekonomi... 37

3.5.6. Peluang dan Ancaman Bisnis... 37

3.6. Lingkungan Sosial... 39

3.6.1. Stakeholder pada Bisnis Menara Selular... 39

3.6.2. Dampak Pembanngunan Ekonomi dan Perubahan Dinamika Sosial...40

3.6.3. Peluang dan Ancaman Bisnis...41

3.7. Lingkungan Alam... 43

3.7.1. Lingkungan Alam dan Menara Selular...43

3.7.2. Dampak Menara Selular Terhadap Kesehatan...43

3.7.3. Peluang dan Ancaman Bisnis... 47

3.8. Lingkungan Teknologi... 48

3.8.1. Perkembangan Teknologi Selular...48

3.8.2. Perkembangan Teknologi BTS...48

3.8.3. Peluang dan Ancaman Bisnis... 51

3.9. Lingkungan Demografi... 52

3.9.1. Number, Distribution and Population Density... 52

3.9.2. Population Growth... 53


(5)

3.9.5. Peluang dan Ancaman Bisnis... 59

Bab IV Kesimpulan dan Saran...60

4.1. Kesimpulan... 60

4.2. Saran... 60


(6)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulisan atas serangkaian tugas yang ada pada mata kuliahGeneral Business Environment. Adapun makalah yang penulis susun berjudulDampak Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal terhadap Bisnis PT Bali Towerindo Sentra.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya untuk semua pihak yang telah memberikan banyak masukan dan pemahaman khususnya dalam penyusunan penulisan ini. Terutama kepada Bapak Prof. Prasteyo Supono, MA., MBA., Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliahGeneral Business Environmentini, serta para dosen pengajar MM UGM dan akademik MM UGM yang berlokasi di Jakarta maupun Yogyakarta, rekan-rekan penulis serta keluarga yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan masukan sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

Sebagai penutup, penulis berharap tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh pihak, dan dapat menjadikan acuan dalam melihat bisnis menara telekomunikasi yang ada di Indonesia.

Jakarta, Desember 2014 Penulis


(7)

Abstraksi

Dampak Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal terhadap Bisnis PT Bali Towerindo Sentra Oleh:

Supriyadi

NIM:13/358117/PEK/18422

Bisnis menara telekomunikasi berkembang pesat, hal tersebut dipicu oleh kebutuhan pengguna jasa menara seperti operator selular yang terus melakukan penambahan BTS guna memperluas cakupan layanan. PT Bali Towerindo Sentra adalah salah satu pemain menara telekomunikasi yang ikut berkecimpung didalam bisnis ini, dengan fokus bisnis di Pulau Bali, Balitower memiliki keunggulan kompetitif dalam hal dukungan pemerintah daerah, sehingga memiliki keleluasaan untuk membangun menara sehingga saat ini mejadi pemegang market share terbesar di pulau tersebut.

Persaingan usaha pada industri ini kian ketat, karena jumlah pemain yang semakin banyak dan tidak sedikit yang memiliki kapasitas lebih baik dalam hal kapital maupun teknologi, sehingga untuk dapat tetap bersaing Balitower harus memiliki strategi yang tepat.

Menguasai permasalahan dengan melihat faktor-faktor internal dan eksternal menjadi penting. Analisa faktor lingkungan eksternal diperlukan untuk melihat peluang bisnis perusahaan ke depan serta ancaman dan hambatan yang akan menghadang. Lebih jauh analisa faktor eksternal seperti: lingkungan politik dan pemerintah, pembangunan ekonomi dan ekonomi regional, sosial dan budaya, alam, demografi dan teknologi akan memberikan gambaran mengenai peluang bisnis bagi perusahaan dan apa ancaman yang mungkin timbul dan dapat mengganggu perusahaan.

Kemudian, melalui identifikasi peluang dan ancaman yang ada perusahaan dapat menyusun strategi dan inisiatif yang tepat, peluang apa yang akan dikejar serta kompetensi apa yang harus disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut, serta tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi ancaman dan bagaimana mengisi gap yang ada pada kelemahan internal perusahaan.


(8)

Daftar Tabel

Table 1 Komposisi karyawan menurut jenjang jabatan...6

Table 2 Komposisi karyawan menurut tingkat pendidikan... 6

Table 3 Komposisi karyawan menurut jenjang usia...7

Table 4 Komposisi karyawan menurut status kepegawaian... 7

Table 5 Pesaing Balitower... 10

Table 6 Laporan keuangan konsolidasi... 10

Table 7 Rugi Laba komprehensif konsolidasian... 10

Table 8 Perbandingan pendapatan usaha tahun pertahun... 11

Table 9 Laju pertumbuhan dan distribusi PDB menurut lapangan usaha... 26

Table 10 PDB dan PNB perkapita tahun 2009-2013...26

Table 11 Garis kemiskinan, jumla dan persentase penduduk miskin menurut daerah... 27

Table 12 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan...28

Table 13 Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yg ditanatmakn...29

Table 14 Pertumbuhan dan struktur perekonomian Indonesia secara spasial triwulan II-2014...34

Table 15 Demokrasi penduduk Indonesia (2014... 36

Table 16 Evolusi Air interface nirkabel... 49

Table 17 Evolusi arsitektur BTS... 51

Table 18 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin 2014...54

Table 19Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapngan pekerjaan utama 2012-2014 (juta orang)... 57


(9)

Daftar Gambar

Gbr. 1 Komposisi kepemilikan saham PT Balitowerindo Sentra... 11

Gbr. 2 Stuktur Organisasi Balitower... 14

Gbr. 3 Analisa faktor lingkungan eksternal dan tugas seorang manager... 19

Gbr. 4 Susunan kabinet Kerja 2014-2019... 25

Gbr. 5 Laju pertumbuhan PDB Q1-2013 s.d Q2-2014... 28

Gbr. 6 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 (dalam persen)...29

Gbr. 7 Credit ratings Indonesia 2013... 30

Gbr. 8 Pertumbuhan FDI dan komposisinya... 31

Gbr. 9 Komposisi FDI berdasarkan sektor industri... 32

Gbr. 10 Perkembangan persentase penduduk miskin menurut daerah September 2013-Maret 2014...34

Gbr. 11 Laju pertumbuhan PDB Q1-2013 s/d Q2-2014... 38

Gbr. 12 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 (%)... 39

Gbr. 13 Peranan wilayah/pulau dalam pembentukan PDB nasional triwulan II-2014...40

Gbr. 14 Laju pertumbuhan penduduk 1981-2014... 63

Gbr. 15 Jumlah angkatan kerja penduduk yang bekerja dan penganggur 2011-2014 (dalam juta orang) ... 64


(10)

Bab I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah

Bisnis penyewaan menara telekomunikasi semakin bergairah, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pemain baru baik berskala lokal maupun nasional. Pangsa pasar di Industri ini terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang dimiliki oleh 9 operator telekomunikasi di Indonesia. PT Bali Sentra Towerindo muncul dan ikut meramaikan kompetisi dengan fokus beroperasi di Pulau Bali.

Sebagai pemain lokal dan first mover di pulau tersebut, Bali Tower memiliki keunggulan kompetitif yang seharusnya dapat digunakan sebagai modal dasar didalam persaingan bisnis telekomunikasi. Selain itu faktor-faktor internal dan eksternal juga mesti dipertimbangkan agar perusahaan dapat bersaing dan bertahan.

1.2.Masalah

Untuk dapat terus berkembang dan bertahan, Balitower harus memiliki strategi yang tepat dengan pelaksanaan strategi yang disiplin. Dan analisa faktor eksternal adalah faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan, untuk itu perusahaan harus mengindentifikasi hal berikut :

a. Faktor-faktor eksternal apa yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan secara langsung maupun tidak langsung?

b. Peluang dan ancaman apa yang harus dikejar dan diwaspadai oleh perusahaan?

c. Strategi apa yang harus ditempuh untuk meresponse faktor-faktor di atas? 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara lebih mendalam faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap lingkungan bisnis perusahaan, menarik kesimpulan mengenai peluang dan ancaman yang timbul serta strategi apa yang harus diambil dengan mengacu kepada peluang dan ancaman yang ada.


(11)

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam proses evaluasi faktor lingkungan eksternal pada bisnis Balitower, adalah dengan Data Sekunder, yaitu dengan memanfaatkan data-data penting seperti Prospektus Perusahaan Balitower, data riset perusahaan, Journal serta data perusahaan lainnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Balitower maupun para pihak yang berhubungan dalam industri penyewaan menara telekomunikasi, khususnya dalam memahami faktor lingkungan eksternal yang berdampak secara langsung terhadap bisnis Balitower pada khususnya dan pada industri penyewaan menara telekomunikasi pada umumnya.


(12)

Bab II Profil Perusahaan 2. Profil Perusahaan

2.1.Informasi Umum

PT Bali Towerindo Sentra (BALITOWER) merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa penyewaan menara telekomunikasi terkemuka di Pulau Bali. Sampai dengan saat Prospektus ini diterbitkan, Balitower saat ini memiliki 208 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Propinsi Bali, dengan 16 menara telekomunikasi lainnya sedang dalam tahap pembangunan. Balitower menyewakan menara telekomunikasi untuk instalasi dan pemasangan antenna dan peralatan lain dengan transmisi sinyal telekomunikasi nirkabel dan fibre opticterintegrasi berdasarkan perjanjian jangka panjang dengan operator-operator telekomunikasi di Indonesia.

Balitower juga memiliki ijin penyelenggara jaringan tetap tertutup dan saat ini telah terbangun jaringan transmisi untuk interkoneksi dari seluruh menara telekomunikasi Balitower ke lokasi sentral masing-masing penyewa. Strategi Balitower untuk pengembangan usaha di masa depan adalah berfokus pada pembangunan menara untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kapasitas para operator telekomunikasi di Propinsi Bali sejalan dengan kebutuhan kemajuan teknologi 3G dan penerapan tehnologi LTE dalam waktu dekat. Sampai dengan 30 September 2013, Balitower telah memiliki 7 kontrak penyewaan menara telekomunikasi dengan operator –operator telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia dengan perjanjian sewa jangka panjang yang rata-rata memiliki masa sewa selama 10 tahun, dan rata-rata tertimbang sisa periode masa sewa sebesar 8 tahun.

Balitower berkeyakinan bahwa peningkatan permintaan atas kebutuhan penyewaan menara telekomunikasi di wilayah Indonesia masih sangat tinggi sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan dan semakin tingginyastandar kepuasan pelanggan terhadap jaringan operator yang digunakannya.Pengembangan portofolio menara telekomunikasi Balitower didasari oleh beberapa aspek, antara lain tetapi tidak terbatas pada, pembangunan menara telekomunikasi sesuai kebutuhan operator (built to suit), akuisisi menara telekomunikasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan antara lain tingkat pengembalian investasi,potensi kolokasi, kemudahan penyewaan atau pembelian lahan untuk lokasi tersebut, kemudahan


(13)

menghindarkan pembangunan menara telekomunikasi secara spekulatif dan pembangunan menara telekomunikasi terlebih dahulu tanpa mendapatkan penyewa.

Balitower secara konsisten terus meningkatkan jumlah kolokasi untuk mendukung peningkatan arus kas. Hal ini terjadi karena biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan kolokasi relatif rendah dibandingkan dengan tambahan pendapatan atas kolokasi tersebut. Pencapaian tingkat kolokasi Balitower diyakini akan terus bertambah seiring dengan pergeseran kebutuhan operator di Indonesia dari membangun menara telekomunikasi menjadi menyewa menara telekomunikasi (kolokasi). Hal ini dilakukan oleh para operator agar dapat mengurangi belanja modal dan kembali berkonsentrasi pada aktivitas utamanya yaitu peningkatan kualitas jaringan dan kepuasan pelanggannya.

Rasio kolokasi menara telekomunikasi Balitower dan Entitas Anak adalah 1,96 kali, 2,24 kali, 3,06 kali, dan 2,9 kali untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2013, dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.

Pada awal berdirinya, Balitower merupakan perusahaan mitra Pemerintah Kabupaten Badung dalam pembangunan menara telekomunikasi terpadu melalui proses pelelangan sesuai SK Bupati Kabupaten Badung No 519/02/HK/2007 tertanggal 29 Maret 2007. Pada tahun 2008, Balitower membangun 35 unit menara telekomunikasi di Kabupaten Badung, propinsi Bali, untuk memperluas cakupan layanan telekomunikasi dan kemudian mulai tahun 2009, Balitower melalui entitas anak mulai mengembangkan wilayah pelayanan menara telekomunikasi ke wilayah Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali, dan pada tahun 2011 Balitower mengembangkan wilayah pelayanan ke seluruh wilayah Propinsi Bali karena melihat peluang bisnis dalam jasa penyewaan menara telekomunikasi.


(14)

Gbr. 1 Komposisi kepemilikan saham PT Balitowerindo Sentra 2.2. Organisasi dan sumber daya manusia

Berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, Balitower memandang perlu untuk menerapkan program pelatihan yang berkesinambungan. Baik dalam hal pengembangan diri, perspektif bisnis dan manajemen, serta pengetahuan teknis. Beberapa pelatihan yang pernah diberikan oleh Balitower kepada karyawan baik berupa pelatihan di dalam maupun di luar Balitower adalah:

 Leadership Training

 Quality Management System


(15)

 Team Building

 Fraud Management

 Safety Driving for Driver

 Neuro Linguistic Program

Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, Balitower memberikan sistem kompensasi kepada karyawan yang berbasis kinerja. Selain itu, Balitower juga memberikan beberapa fasilitas karyawan antara lain:

 Gaji mengikuti struktur penggajian (gaji karyawan di tingkat paling bawah tidak di bawah upah minimum propinsi)

 Insentif kerja

 Tunjangan Hari Raya

 Bonus berdasarkan kinerja

 Pulsa handphone untuk karyawan tertentu sesuai tingkatannya masing-masing

 Klaim kesehatan

 Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)

 Tunjangan untuk transportasi untuk beberapa karyawan tertentu

Balitower memiliki Peraturan Perusahaan yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berdasarkan surat


(16)

keputusan No. 8 tanggal 25 Januari 2012, antara Balitower dengan karyawan yang saat ini sudah diimplementasikan.

Table 1 Komposisi karyawan menurut jenjang jabatan

Table 2 Komposisi karyawan menurut tingkat pendidikan


(17)

Table 4 Komposisi karyawan menurut status kepegawaian

Gbr. 2 Stuktur Organisasi Balitower

2.3. Pertumbuhan Industri dan Pelanggan Balitower

Kemampuan Balitower untuk menyewakan menara telekomunikasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan operator telekomunikasi dalam membelanjakan modalnya untuk memperluas atau meningkatkan jaringan mereka. Balitower yakin bahwa industri penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia masih memiliki potensi yang tinggi dan akan


(18)

terus berkembang yang sejalan dengan kemajuan teknologi telekomunikasi yang saat ini menuju 4G (LTE). Dengan kemajuan teknologi ini, komunikasi saat ini semakin dipermudah tidak lagi hanya melalui suara tetapi menuju telekomunikasi berbasis data.

Dengan teknologi berbasis data, kebutuhan kapasitas dan kerapatan sinyal semakin dibutuhkan agar para operator telekomunikasi dapat tetap memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Permintaan untuk jasa wireless broadband seperti 3G dan 4G (data) akan terus meningkat di populasi perkotaan yang lebih makmur, terutama untuk penduduk di wilayah Badung dan Denpasar. Oleh karena itu, Balitower juga memperkirakan akan ada pertambahan kapasitas kebutuhan jaringan untuk operator telekomunikasi dan penyedia wireless broadband di daerah-daerah tersebut, yang pada akhirnya berdampak pada penambahan permintaan menara telekomunikasi.

2.4. Kelayakan pelanggan Balitower

Sekitar 95% dari total pendapatan usaha konsolidasian Balitower untuk periode Sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 berasal dari PT Telekomunikasi Selular, PT XL Axiata, Tbk., PT Indosat, Tbk., PT Hutchison 3 Indonesia, PT Axis Telekom Indonesia dan PT Smartfren Telecom, Tbk. Balitower hingga saat ini senantiasa meningkatkan portofolio pelanggan agar ketergantungan pada satu operator dapat diminimalisir. Akan tetapi karena sifat jangka panjang dari kontrak sewa Balitower (pada umumnya selama 10 tahun), Balitower akan sangat tergantung kepada kemampuan keuangan para pelanggan untuk membayar sewa.

Industri telekomunikasi di Indonesia sangat kompetitif, dengan 9 (sembilan) perusahaan operator yang ada di pasar saat ini. Banyak operator telekomunikasi mempunyai kewajiban keuangan yang besar dan mengandalkan pinjaman untuk mendanai belanja modal dan operasional mereka. Sampai dengan saat ini, Balitower belum mengalami kegagalan pembayaran yang berarti dari para pelanggan Balitower.

2.5. Produk dan Jenis Layanan Balitower


(19)

Balitower melakukan kegiatan usaha penyewaan menara telekomunikasi. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Balitower melakukan pembangunan ataupun akuisisi menara telekomunikasi yang potensial, di lokasi-lokasi yang dibutuhkan oleh para penyewa baik melalui sewa lahan untuk jangka waktu 20 tahun dari pemilik lahan maupun dengan membeli lahan untuk menara telekomunikasi. Selain lokasi, ketinggian dan kapasitas beban pada kecepatan angin tertentu dari menara telekomunikasi menentukan kebutuhan penyewa menara telekomunikasi seluler dan jumlah antena yang dapat ditampung oleh menara telekomunikasi tersebut. Ketinggian dan lokasi antena di menara tersebut menentukan garis pandang antena secara horisontal, dan pada akhirnya mempengaruhi jarak sinyal yang dapat dipancarkan. Penentuan ketinggian penggunaan menara banyak ditentukan oleh perangkat yang digunakan oleh penyewa.

Ada beberapa tipe menara telekomunikasi yang ada saat ini, yaitu self-supporting (menara telekomunikasi yang tidak memerlukan penopang tambahan), monopole (struktur silinder yang biasanya digunakan di tempat-tempat dengan keterbatasan lahan atau untuk memenuhi pertimbangan estetika), dan lightpole (menara telekomunikasi kamuflase). Pada umumnya, sebuah menara telekomunikasi terdiri dari lahan yang di atasnya terdapat menara telekomunikasi dan ruang tempat penyimpanan peralatan (sebagai tempat berbagai peralatan pemancar, penerima, dan peralatan penghubung (switching) untuk penyewa operator telekomunikasi seluler).

B. Penyewaan Menara Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi

Penyewa utama dari menara telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi Balitower adalah PT Telekomunikasi Selular (“Telkomsel”) dengan jumlah menara telekomunikasi yang disewa per tanggal 30 September 2013 adalah sebanyak 94 menara telekomunikasi. Selama periode 9 bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2013, Balitower memperoleh pendapatan dari Telkomsel sebesar 28,16% dari total pendapatan usaha Balitower. Untuk mengurangi ketergantungan Balitower terhadap penyewa menara telekomunikasi tertentu, Balitower berusaha untuk meningkatkan rasio kolokasi.


(20)

2.6. Pesaing Balitower

Dalam menjalankan usahanya, Balitower menghadapi persaingan dengan penyediaan jasa penyewaan menara telekomunikasi lainnya. Persaingan terutama berdasarkan pada lokasi menara, hubungan dengan penyewa telekomunikasi, jumlah, kualitas dan harga sewa menara telekomunikasi. Namun dengan keahlian dan pengalaman yang telah dimilikinya, Balitower yakin memiliki posisi kuat dalam persaingan. Hal ini terutama didukung dengan keunggulan bersaing Balitower diantaranya pengalaman dan rekam jejak serta tenaga kerja yang ahli serta manajemen yang berpengalaman yang dimiliki oleh Balitower Beberapa pesaing Balitower yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

Table 5 Pesaing Balitower 2.7. Gambaran Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan Balitower pada sebagaimana yang dijabarkan dalam laporan keuangan Q3 2013 adalah sebagai berikut:


(21)

Table 7 Rugi Laba komprehensif konsolidasian

Berikut ini adalah perkembangan pendapatan usaha Perseroan berdasarkan jasa yang diberikan oleh Perseroan kepada pelanggannya :

Table 8 Perbandingan pendapatan usaha tahun pertahun

Perbandingan beban pokok pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dengan 30 September 2012

Beban pokok pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 meningkat sebesar Rp5.440 juta atau 44,91% dibandingkan dengan periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2012 sebagian besar karena peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah karyawan dan tingkat gaji; penurunan beban operasional dan pemeliharaan karena pada tahun 2012 banyak terdapat perbaikan untuk jaringan; peningkatan beban perizinan karena penambahan izin untuk pengembangan jaringan transmisi dengan menggunakan radio microwave; dan karena peningkatan beban listrik yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penyewa menara telekomunikasi dan jumlah menara.

Perbandingan beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dengan 2011


(22)

Beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 meningkat sebesar Rp14.349 juta atau 281,35% dibandingkan dengan tahun 2011 sebagian besar karena peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah karyawan dan tingkat gaji; karena peningkatan beban listrik yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penyewa menara telekomunikasi dan menara; dan karena peningkatan beban operasional dan pemeliharaan yang disebabkan oleh perbaikan jaringan di 2012. Perbandingan beban pokok pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dengan 2010

Beban pokok pendapatan usaha untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 menurun sebesar Rp3.448 juta atau 40,34% dibandingkan dengan tahun 2010 sebagian besar karena peningkatan gaji dan tunjangan karyawan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah karyawan dan tingkat gaji; dan karena penurunan beban listrik yang disebabkan oleh penurunan daya listrik sesuai kebutuhan yang dioffset dengan peningkatan kompensasi beban listrik yang diperoleh dari penyewa menara telekomunikasi.


(23)

Bab III Analisa Lingkungan Eksternal 3.1.Lingkungan Bisnis Eksternal

Bisnis penyewaan menara telekomunikasi semakin bergairah, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pemain baru baik berskala lokal maupun nasional. Pangsa pasar di Industri ini terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang dimiliki oleh 9 operator telekomunikasi di Indonesia. PT Bali Towerindo Sentra muncul dan ikut meramaikan kompetisi dengan fokus beroperasi di Pulau Bali.

Sebagai pemain lokal dan first mover di pulau tersebut, Bali Tower memiliki keunggulan kompetitif yang seharusnya dapat digunakan sebagai modal dasar didalam persaingan bisnis telekomunikasi. Selain itu faktor-faktor internal dan eksternal juga mesti dipertimbangkan agar perusahaan dapat bersaing dan bertahan.

Analisa faktor internal sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan perusahaan terhadap pesaing dan dalam rangka memberikan layanan yang memuaskan pelanggan.

Sedangkan analisa faktor eksternal sangat penting dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi bisnis yang dapat diraih oleh perusahaan serta untuk mengantisipasi adanya potensi ancaman yang datang baik dari pesaing maupun dari faktor – faktor lain. Analisa ini juga dapat digunakan untuk menjawab ketidakpastian.


(24)

3.1.1. Analisa Faktor Eksternal

Beberapa faktor lingkungan eksternal yang ditengarai mampu memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan, khususnya untuk prospek bisnis Balitower ke depan meliputi:

(1) Analisa Lingkungan Politik (2) Analisa Lingkungan Pemerintah

(3) Analisa Lingkungan Pembangunan Ekonomi (4) Analisa Lingkungan Ekonomi Regional (5) Analisa Lingkungan Sosial

(6) Analisa Lingkugan Alam (7) Analisa Lingkungan Teknologi (8) Analisa Lingkungan Demografi 3.2.Lingkungan Politik

3.2.1. Kondisi Politik Domestik

Suasana politik di Indonesia memasuki babak baru, ditandai dengan telah terbentuknya susunan pimpinan DPR dan MPR untuk masa bakti 2014-2019, Pelatikan Presiden terpilih juga telah dilakukan. Indonesia disuguhkan oleh tontonan politik yang menegangkan, intrik – intrik dan manuver politik di jalankan oleh 2 kubu Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat.PDI-P sebagai pemenang pemilu 2014 dengan KIH yang mereka pimpin, mengalami kekalahan politik yang cukup telak, dimana hampir semua inisiatif yang diambil tidak dapat mematahkan kebijakan politik yang ditempuh oleh KMP seperti penetapan UU Pilkada, UU MD3, Pemilihan ketua DPR dan Ketua MPR.

Kekalahan tersebut memberikan gambaran jika tidak terjadi komunikasi politik yang baik antara kedua kubu tersebut saat ini. Menanggapi hal tersebut banyak kalangan yang menilai jika kemenangan KMP di DPR dan MPR akan berdampak kepada pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dimana, Berbagai kebijakan pemerintah dikhawatirkan akan dijegal oleh parlemen, yang dikuasai KMP. Penguasaan oposisi di parlemen oleh KMP bisa dipandang positif sebagai


(25)

Publik tentu akan mendukung penuh jika oposisi yang dibangun KMP untuk memberikan kritik membangun terhadap pemerintah atau menagih janji-janji kampanye agar tetap mengedepankan program-program pro rakyat. Keberadaan oposisi yang kuat seperti itu akan memberi dampak positif bagi Jokowi-JK dalam membangun mekanisme kontrol terhadap pemerintahan. Tapi, kita tidak sepakat jika oposisi yang kuat di parlemen itu dibangun hanya untuk melakukan balas dendam politik setelah kalah dalam pemilihan presiden. Kelompok oposisi jangan sampai melakukan segala cara dan mengabaikan kepentingan rakyat hanya untuk membalas kekalahan pada pilpres lalu. Kita juga tidak ingin oposisi yang kuat di parlemen hanya digunakan untuk mengacaukan sistem ketatanegaraan. Contoh yang nyata adalah soal Undang-Undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (UU Pilkada).

Kelompok oposisi terkesan mengabaikan hak konstitusional rakyat dengan mengembalikan pilkada lewat DPRD. Kondisi itu mengacaukan sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia. Dalam sistem presidensial, kepala pemerintah dipilih langsung oleh rakyat, bukan parlemen. Seharusnya, kondisi itu linier sampai ke proses pemilihan kepala daerah. Di sisi lain, beberapa kekalahan yang dialami KIH harus dijadikan pelajaran penting agar mereka memperbaiki pola komunikasi politik di parlemen.

Tidak berselang lama setelah Pemilihan pimpinan dan DPR diumumkan, pelaku bisnis meresponse hasil yang tidak populis tersebut dengan hengkangnya investor dari Indonesia, sebagaimana disampaikan Fauzi Ichsan (2014), “Pada dasarnya, sejak disahkan UU Pilkada dan Ketua DPR, investor sudah mulai panik. Sehari bisa tiga sampai empat investor menarik dananya ke luar negeri”. Koalisi Indonesia Hebat yang hanya memiliki 20% bagian di parlemen, meninmbulkan kekhawatiran para investor mengenai ketidak pastian berbisnis di Indonesia. Kemampuan Jokowi dalam menjalankan kebijakan dikhawatirkan akan menghadapi rintangan yang berat. Menghadapi realitas tersebut, Presiden terpilih memandang dengan optimis, bahwa People Power pasti bergerak, rakyat pasti mengawasi dan mendukung jika kebijakan yang pro-rakyat di jegal oleh parlemen.

3.2.2. Dampak Manuver Politik terhadap Iklim Bisnis

Tidak berselang lama setelah Pemilihan pimpinan dan DPR diumumkan, pelaku bisnis meresponse hasil yang tidak populis tersebut dengan hengkangnya investor dari Indonesia, sebagaimana disampaikan Fauzi Ichsan (2014), “Pada dasarnya, sejak disahkan UU Pilkada


(26)

dan Ketua DPR, investor sudah mulai panik. Sehari bisa tiga sampai empat investor menarik dananya ke luar negeri”. Koalisi Indonesia Hebat yang hanya memiliki 20% bagian di parlemen, meninmbulkan kekhawatiran para investor mengenai ketidak pastian berbisnis di Indonesia. Kemampuan Jokowi dalam menjalankan kebijakan dikhawatirkan akan menghadapi rintangan yang berat. Menghadapi realitas tersebut, Presiden terpilih memandang dengan optimis, bahwa People Power pasti bergerak, rakyat pasti mengawasi dan mendukung jika kebijakan yang pro-rakyat di jegal oleh parlemen.

Pemilihan kedepan, akan dilakukan secara tidak langsung, dimana Pemilihan kepada daerah akan menjadi wewenang DPRD setempat. Hal ini secara tidak langsung memberikan pesan jika akan banyak perubahan terhadap peraturan-peraturan kususnya yang berhubungan langsung dengan bisnis teknis di lapangan, walaupun peraturan yang lebih strategis seperti pola investasi tetapi di kelola oleh pemerintah pusat.

Di Bali pada khususnya teknis operasional penyelenggaraan layanan menara selular di atur secara ketat melalui Perda No. 6 tahun 2013. Peraturan yang dibuat mengatur secara khusus persyaratan pembangunan menara, bentuk kerjasama yang diperkenankan setelah perijinan yang harus di siapkan oleh perusahaan.

Kepala Daerah yang nantinya akan di pilih oleh DPR dikhawatirkan menjadi tidak professional yang sarat kepentingan partai, dimana pada banyak kasus ditemukan praktek kolusi dan nepotisme antara kepala daerah pengusaha yang berani membayar hanya untuk mendapatkan perijinan. Lebih parahnya lagi aktivitas ini didukung oleh payung hukum. Contohnya pada perda No. 6 terdapat pasal yang mengatur mengenai perijinan pembangunan menara, Pasal 14 ayat 2 dan 4, yang menyatakan jika “Izin pengusahaan menara selular di keluarkan oleh Bupati” dan “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan izin pengusahaan menara telekomunikasi sebagaimana pada ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati”.

3.2.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Perubahan konstelasi politik di Indonesia menunjukkan arah yang positif, dimana perimbangan kekuasaan antara 2 kubu politik menciptakan oposisi sempurna oleh Koalisi Merah Putih, yang diharapkan dapat secara aktif mengawal jalannya pemerintahan. Sehingga


(27)

seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terealisasi dengan baik, yang kemudian memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis perusahaan, antara lain: Faktor-Faktor Peluang

Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Stabilitas politik di Indonesia akan menciptakan stabilitas keamanan dan kepastian hukum untuk investasi perusahaan di Indonesia. Sehingga memberikan fokus bagi Balitower untuk melakukan ekspansi ke daerah lain, khususnya di luar Bali.

Pengembangan bisnis melalui investasi,masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar.

Faktor-Faktor Ancaman

Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:

Munculnya pemain baru,pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.

Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.


(28)

3.3.Lingkungan Pemerintah

3.3.1. Kemudahan Berbisnis di Indonesia

Metronews.com pada tanggal 29 Oktober 2013 menampilkan artikel yang bertajuk Kemudahan Berbisnis di Indonesia Masih Tertinggal di Asean, artikel ini menyajikan ulasan mengenai posisi Indonesia dibanding dengan negara-negara tetangga dalam hal kemudahan berbisnis. Berada di peringkat 128, Indonesia masih jauh tertinggal oleh Negara Asean lainnya seperti Singapura (peringkat 1), Malaysia (peringkat 6), Thailand (peringkat 18), Vietnam (peringkat 99) dan Filipina (peringkat 108).

Kemudahan berbisnis di Indonesia, sangat ditentukan oleh keberhasilan pemerintahan Jokowi dalam mereformasi birokrasi diseluruh departemen, visi dan misi kabinet yang tengah di susun diharapkan mampu menciptakan terobosan – terobosan baru yang berpihak kepada pelaku usaha di Indonesia. Akan tetapi komposisi kabinet yang di umumkan oleh Jokowi tidak mendapatkan response yang positif dari kalangan ekonomi karena sebagian posisi pada kabinet akan di isi oleh professional partai yang dipercaya masih akan membawa pola yang sama, yaitu mengutamakan kepentingan partai dan golongan dibanding kepentingan publik.

Sehingga harapan masyarakat yang besar terhadap kemampuan Jokowi dalam merubah wajah perekonomian di Indonesia kearah yang lebih baik dengan percepatan yang signifikan seketika menjadi pupus.


(29)

Gbr. 4 Susunan kabinet Kerja 2014-2019

3.3.2. Rencana reformasi pemerintahan Presiden terpilih

Jokowi – JK dalam debat presiden menyampaikan bahwa kata kunci yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas 7% adalahReformasi Birokrasi. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi pada level tersebut dalam kondisi saat ini bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang mustahil. Kita memerlukan pembangunan infrastruktur yang massif yang ditunjang oleh penguatan sumber daya manusia yang tepat. Dan hal yang jauh lebih fundamental lagi adalah penguatan institusi birokrasi penyelenggara negara.

Untuk memastikan terwujudnya reformasi birokrasi tersebut Jokowi mencanangkan serangkaian program reformasi massif berupa: perubahan mekanisme rekruitmen pejabat


(30)

publik melalui sistem lelang terbuka, Jokowi sudah memulai menerapkan sistem lelang terbuka untuk lurah dan camat se-DKI Jakarta tahun 2013. Basuki Tjahaya Purnama menyatakan bahwa open recruitment yang pemerintah DKI Jakarta jalankan tahun 2013 berhasil mengubah 70 % wajah birokrasi di ibu kota. Selain itu, pemerintah kota juga berhasil mengidentifikasi 700 pegawai negeri yang memiliki skill tinggi yang sewaktu-waktu bisa menempati posisi-posisi penting mulai pada level tertinggi sampai pada birokrasi level lapangan (street-level bureaucracy) DKI Jakarta.

Street-level bureaucracyadalah ujung tombak penyelenggaraan negara. Merekalah yang sesungguhnya secara langsung berhadapan dengan masyarakat. Mereka pula yang mengetahui detil persoalan. Para pemimpin yang terpilih melalui proses politik tidak akan bisa berbuat banyak jika birokrasi level lapangan ini tidak memiliki kualitas yang baik. Mungkin masih terlalu dini untuk menilai apakah open recruitment yang telah diterapkan di Jakarta menuai dampai positif pada performa birokrasi atau tidak. Kenyataan di lapangan adalah bahwa Jokowi-Ahok di Jakarta berhasil merevitalisasi sejumlah pasar dan waduk hanya dalam tempo kurang dari tiga tahun. Pelayanan pada level kecamatan dan kelurahan juga meningat tajam.

Sedangkan menjawab pertanyaan mengenai pengaruh faktor budaya terhadap persaingan bisnis, dan dampaknya terhadap biaya overhead dapat diilustrasikan pada beberapa kasus contohnya yang terjadi pada perusahaan pertambangan. Untuk dapat menyelesaikan masalah administrasi seperti perijinan dan lain-lain, seringkali perusahaan diminta biaya-biaya yang tidak seharusnya ada oleh oknum aparat yang duduk di pemerintahan. Seperti gayung bersambut, budaya memperkaya diri yang dimiliki oleh oknum aparat dan kebutuhan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya lebih cepat, memuluskan kegiatan tidak baik tersebut, tidak hanya melanggar norma namun juga melanggar aturan hukum yang berlaku. Perusahaan membungkus biaya-biaya siluman tersebut menjadi beragam bentuk biaya taktis, bahkan dimasukkan ke dalam biaya CSR. Dimana kerugian yang terjadi menciptakan efek domino dan berujung kepada kerugian negara karena hilangnya potensi pendapatan dari pajak.

Kendati tidak ada aturan yang tegas mengenai bagaimana seharusnya perusahaan mencatat biaya-biaya tersebut, namun perusahaan yang beretika seharusnya tidak mencatat pengeluaran untuk hal-hal yang melanggar tersebut kedalam bagian dari biaya operasional


(31)

3.3.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Perubahan konstelasi politik di Indonesia menunjukkan arah yang positif, dimana perimbangan kekuasaan antara 2 kubu politik menciptakan oposisi sempurna oleh Koalisi Merah Putih, yang diharapkan dapat secara aktif mengawal jalannya pemerintahan. Sehingga seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terealisasi dengan baik, yang kemudian memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis perusahaan, antara lain: Faktor-Faktor Peluang

Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan. Stabilitas politik di Indonesia akan menciptakan stabilitas keamanan dan kepastian hukum untuk investasi perusahaan di Indonesia. Sehingga memberikan fokus bagi Balitower untuk melakukan ekspansi ke daerah lain, khususnya di luar Bali.

Pengembangan bisnis melalui investasi,masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar.

Faktor-Faktor Ancaman

Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:

Munculnya pemain baru,pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.

Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.

3.4.Lingkungan Pembangunan Ekonomi

3.4.1. Business menara selular dan pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2013 meningkat sebesar 5,78 persen terhadap tahun 2012, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,19 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen. Pada tahun 2013, Sektor Industri Pengolahan memberikan


(32)

kontribusi terbesar terhadap total perekonomian sebesar 23,69 persen diikuti Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,43 persen dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,33 persen

Gbr. 5 Laju pertumbuhan PDB Q1-2013 s.d Q2-2014

Besaran PDB Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp9.084,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.770,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,71 persen.


(33)

Gbr. 6 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 (dalam persen)

Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. Pada tahun 2013, dari sisi pengeluaran, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 55,82 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi Fisik 31,66 persen, Konsumsi Pemerintah 9,11 persen, danEkspor 23,74 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari Impor sebesar 25,73 persen.

3.4.2. Kualitas Institusi

Pengembangan ekonomi juga di ikuti oleh perbaikan aspek pemerintahan, dimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, kebebasan berpendapat dan partisipasi masyarakat terhadap Pemilihan wakil mereka tumbuh sebesar 0.03. Namun Indonesia masih memiliki tantangan yang besar dari beberapa indicator pemerintah yang masih sangat lemah yaitu stabilitas politik masih -0,57, Efektivitas pemerintah -0.29, kualitas regulasi -0.28, ketaatan hukum -0.06, dan kontrol terhadap korupsi -0.66. Angka di atas diharapkan semakin membaik sejalan dengan adanya pergantian presiden dan perubahan susunan kabinet yang akan di mulai pada bulan oktober 2014 nanti.

3.4.3. Rating Investasi dan Kepercayaan Institusi Internasional

Kemampuan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis global, menumbuhkan kepercayaan dari berbagai lembaga pemeringkat dan institusi internasional, hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa review positif dari lembaga internasional seperti :

Credit Rating BBB- dari Fitch Ratings, Fitch menilai ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang kuat dan sustainable, tersedianya kebijakan untuk pengelolaan ekonomi, pengelolaan fiskal yang prudent dan public sector debt yang berada pada kondisi aman.

Credit Rating BBB-dariRating and Investment Information, inc,karena : kapasitas Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan, manajemen fiskal yang konservatif, hutang pemerintah dan perbankan yang berada pada level rendah.

Foreign Currency long-term senior debt BBB- dan Local Currency long-term senior debt BBBdariJapan Credit Rating Agency, ltd,senada dengan R&I, JCR melihat kemampuan pertumbuhan perekonomian yang baik, kehati-hatian dalam


(34)

pengelolaan fiskal dan kemampuan Indonesia untuk keluar dari krisis ekonomi internasional.

Credit Rating BB+ untuk long term dan B untuk short term,dimana S&P melihat pelemahan pada lingkungan kebijakan dan keseimbangan atas tekanan eskternal dan prospek pertumbuhan yang kuat.

Bond Ratings Baa3dariMoodys,dimana Moody’s melihat metric keuangan pemerintah akan sejalan dengan Baa peers, kemampuan perekonomian Indonesia melawan tekanan external yang luas, hadirnya kebijakan buffers dan perangkat yang mengakomodasi permasalahan keuangan dan kondisi kesehatan perbankan.

Gbr. 7 Credit ratings Indonesia 2013

3.4.4. Aliran Masuk Investasi Langsung

Aliran investasi langsung baik dari domestic maupun dari luar menunjukkan trend menanjak, hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi disaat menurunnya tingkat export. Nilai investasi langsung yang masuk sampai dengan Q3 2013 sebesar US$ 30.2bn, hanya tumbuh 18.3% dibanding 2012 yang mencapai US$ 34.8bn.

Dalam hal negara tujuan investasi, Indonesia masuk kedalam peringkat ke 3 dibawah China dan India, dengan total realisasi investasi pada Q3-2013 sebear Rp. 293.3 trilliun yang terdiri atas Rp.199.2 trilliun untuk FDI (foreign direct investment) dan Rp. 94.1 trilliun untuk DDI (domestic direct investment). Angka ini tumbuh 27.6% (yoy) dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp. 229.9 trilliun. Distribusi lokasi project dari January sampai dengan


(35)

September 2013 untuk area di luar Jawa adalah Rp. 124.7 trilliun atau 42.5% dari total realisasi investasi.

Gbr. 8 Pertumbuhan FDI dan komposisinya

Negara asal investasi langsung adalah Jepang sebesar US$ 1,331mn atau 19% dari total investasi, Singapura US$ 1,146mn atau 16%, Amerika US$ 640.9mn atau 9% dan diikuti oleh negara-negara lainnya.


(36)

Gbr. 9 Komposisi FDI berdasarkan sektor industri

3.4.5. Pertumbuhan PDB dan Pendapatan Perkapita

Pada tahun 2013, Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total perekonomian sebesar 23,69 persen diikuti Sektor Pertanian. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,71 persen. Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen.


(37)

Table 9 Laju pertumbuhan dan distribusi PDB menurut lapangan usaha

Dalam kurun waktu 2009–2013 PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp23,9 juta (US$2.346,6), tahun 2010 sebesar Rp27,0 juta (US$3.003,9), tahun 2011 sebesar Rp30,7 juta (US$3.3.525,2), pada tahun 2012 mencapai Rp33,5 juta (US$3.583,2), dan pada tahun 2013 mencapai Rp36,5 juta (US$3.499,9).

Table 10 PDB dan PNB perkapita tahun 2009-2013

3.4.6. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang (11,25 persen), berkurang 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada


(38)

September 2013 yang sebanyak 28,60 juta orang (11,46 persen). Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang lebih banyak dibanding berkurangnya penduduk miskin di daerah perdesaan. Selama periode September 2013–Maret 2014, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 170 ribu orang, sementara di daerah perdesaan berkurang sekitar 150 ribu orang.

Gbr. 10 Perkembangan persentase penduduk miskin menurut daerah September 2013-Maret 2014


(39)

3.4.7. Pengembangan Pasar Domestik

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 5,70 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Februari 2014 sebesar 69,17 persen mengalami kenaikan sebesar 2,40 persen jika dibandingkan dengan TPAK Agustus 2013 sebesar 66,77 persen.

Table 12 Penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan

Pada Februari 2014 terdapat 10,57 juta orang (8,94 persen) penduduk bekerja berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

Jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2014 sebesar 5,70 persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Pada Februari 2014, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati


(40)

sebesar 7,44 persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD kebawah, yaitu sebesar 3,69 persen.

Table 13 Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yg ditanatmakn

3.4.8. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor pembangunan ekonomi Indonesia yang mampu; menciptakan kondisi ekonomi yang kuat, stabil dan bertumbuh secara berkesinambungan, adanya response positive dari institusi internasional dengan memberikan rating credit baik, sehingga mampu menarik minat investor untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Dan dengan didukung oleh kondisi komposisi angkatan siap kerja yang dibekali oleh pendidikan dan keterampilan yang kompetitif. Pertumbuhan bisnis pada sektor transportasi dan komunikasi yang masih meyakinkan telah menciptakan peluang dan ancaman pada perusahaan antara lain:

Faktor-Faktor Peluang

Peningkatan Demand terhadap layanan penyewaan menara selular, tumbuhnya peningkatan pelanggan telekomunikasi, akan memicu penambahan kapasitas dan jumlah BTS dari operator telekomunikasi.

Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan.Penyebaran penduduk dan peningkatan jumlah pendapatan pada masyarakat dipedesaan akan menciptakan pelanggan-pelanggan baru (entry user), yang membuka peluang bagi perusahaan


(41)

untuk melakukan ekspansi layanan di area baru baik di pulau Bali maupun di pulau lain.

Pengembangan bisnis melalui investasi,masuknya modal asing memberikan peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dana segar guna memperbaharui mesin produksi, sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan pasar.

Perkembangan teknologi baru,teknologi telekomunikasi terus berkembang, dimana perkembangan tersebut membawa beberapa keuntungan seperti penambahan kapasitas, reliabitas dan harga perangkat yang semakin rendah.

Faktor-Faktor Ancaman

Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:

Munculnya pemain baru,pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.

Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.

Rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, perangkat mesin produksi yang umumnya di import dari luar menyebabkan biaya investasi menjadi lebih tinggi akibat stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara produsen.

Perubahan Tren Teknologi,teknologi komunikasi yang terus berkembang mensyaratkan perusahaan untuk terus memperbaharui sistem yang ada, sehingga waktu penggunaan perangkat yang sudah dipasang menjadi lebih singkat lagi.


(42)

3.5.Lingkungan Ekonomi Regional

3.5.1. Business Menara Selular dan Ekonomi Regional

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2013 meningkat sebesar 5,78 persen terhadap tahun 2012, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,19 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen. Pada tahun 2013, Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total perekonomian sebesar 23,69 persen diikuti Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,43 persen dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,33 persen

Gbr. 11 Laju pertumbuhan PDB Q1-2013 s/d Q2-2014

Besaran PDB Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp9.084,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.770,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,78 persen, terjadi pada Ekspor Barang dan Jasa sebesar 5,30 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,28 persen,


(43)

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 4,87 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,71 persen.

Gbr. 12 Laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha Q2-2014 (%)

Sementara itu komponen Impor juga tumbuh sebesar 1,21 persen. Pada tahun 2013, dari sisi pengeluaran, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar 55,82 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi Fisik 31,66 persen, Konsumsi Pemerintah 9,11 persen, danEkspor 23,74 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari Impor sebesar 25,73 persen.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,70 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,74 persen, Pulau Kalimantan 8,31 persen, Pulau Sulawesi 4,84 persen, dan sisanya 4,41 persen di pulau-pulau lainnya


(44)

Gbr. 13 Peranan wilayah/pulau dalam pembentukan PDB nasional triwulan II-2014

Pertumbuhan ekonomi secara spasial pada triwulan II-2014 menurut kelompok provinsi, dipengaruhi oleh empat provinsi penyumbang terbesar dengan total kontribusi sebesar 54,63 persen. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, dengan pertumbuhan y-on-y masingmasingsebesar 6,11 persen, 5,94 persen, 5,63 persen, dan 5,21 persen.


(45)

Tabel. Pertumbuhan dan struktur perekonomian Indonesia secara spasial triwulan II-2014Table 14 Pertumbuhan dan struktur perekonomian Indonesia

secara spasial triwulan II-2014 Table 15 Pertumbuhan dan struktur perekonomian

3.5.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Pulau Bali sebagai area operasional perusahaan memiliki luas daratan 5780 km2 atau 0.3% terhadap luas Indonesia, luas daratan pulau Bali bertambah seluas 332 km2 jika dibandingkan dengan luas daratan pada tahun 2007. Jumlah penduduk Bali pada tahun 2010 tercatat sebanyak 3,9 juta jiwa atau 1.64% terhadap total penduduk Indonesia. jumlah penduduk tersebut diluar jumlah wisatawan yang datang dan berlibur di pulau bali, dimana total wisatawan yang datang ke Bali dengan rata-rata kunjungan sebanyak 185,000 wisatawan tiap bulan. Tingginya jumlah penduduk dipulau tersebut menyebabkan kepadatan penduduk sebanyak 673 orang per-km2 . Tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi memberikan tantangan yang sangat besar bagi BTS dalam mewujudkan rencana perusahaan dalam pembangunan menara telekomunikasi baru. Kendati demikian ancaman tersebut menjadi


(46)

sebuah peluang bagi BTS, hubungan baik yang sudah terjalin antara BTS (sebagai perusahaan lokal Bali) dengan masyarakat setempat, memberikan keuntungan bagi perusahaan. Berbanding terbalik dengan kompetitor BTS baik sesama penyelanggara menara telekomunikasi ataupun operator telekomunikasi yang memiliki kesulitan untuk mencari lahan dan membangum menara telekomunikasi baru. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh BTS sebagai keunggulan kompetiti dibanding pesaing.

3.5.3. Pertumbuhan Populasi

Pertumbuhan penduduk Indonesia pada rentang tahun 2010-2014 sebesar 1,40%, jika dibanding dengan periode 1971-1980 (2,33%) dan 1980-1990 (1,97%), 1990-2000 (1,44 persen) dan 2000-2010 (1,49%) dapat dikatakan jika laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 2010 – 2014 mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk terbesar menurut pulau adalah sebagai berikut: Kalimantan sebesar (2,09%), Maluku dan Papua (2.07%) Sumatera (1,70%) Bali dan Nusa Tenggara (1,46%).

Kendati secara nasional terjadi penurunan jumlah penduduk, namun Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami laju positif, yang akan memicu pertumbuhan konsumsi khususnya pada sektor telekomunikasi. Pertumbuhan ini akan memaksa operator selular untuk melakukan penambahan base station agar dapat melayani permintaan komunikasi pelanggan. Hal ini memberikan peluang pertumbuhan bisnis bagi pengelola menara selular seperti BTS dan juga memberikan ancaman ramainya kompetisi layanan sejenis di Pulau tersebut.

3.5.4. Stuktur Populasi

Jumlah Penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 252.164,8 ribu orang, dimana komposisi penduduk laki-laki dan perempuan 126.715,2 ribu orang (laki-laki) dan 124.449,6 ribu orang (perempuan), dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 101 artinya diantara 100 perempuan terdapat 101 laki-laki

Rasio ketergantungan penduduk Indonesia (Rasio ketergantuan merupakan perbandingan antara usia penduduk non produktif (usia 0-14 tahun dan 64 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun)) pada tahun 2014 sebesar 48,9% angka ini menyiratkan bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung kehidupan penduduk usia non produktif


(47)

Demografi Penduduk Indonesia, 2014

Table 16 Demokrasi penduduk Indonesia (2014

sebanyak 48 orang. Lebih spesifik lagi rasio ketergantungan penduduk di pulau Bali dan Nusa Tenggara berada pada posisi tertinggi yaitu 56%. Jika kita bandingkan rasio ketergantungan antara tahun 1971 (86.8%) terhadap 2014 (48.9%) telah terjadi peningkatan, dan dapat dikatakan jika Indonesia telah memasuki era bonus demografi, dimana kelebihan usia produktif bisa dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan.

Komposisi penduduk dengan usia produktif terbesar memberikan harapan, tumbuh pesatnya perekonomian Indonesia dan Bali pada khususnya. Komunikasi sebagai kebutuhan dasar manusia menjadi poin penting bagi penduduk usia produktif dalam setiap aktifitas


(48)

keseharian mereka. Kemampuan mereka untuk membeli layanan telekomunikasi memicu operator telekomunikasi untuk memberikan beragam inovasi layanan, yang pada akhirnya akan berujung kepada kebutuhan penambahan kapasitas jaringan dan base station yang untuk kemudian menciptakan peluang sekaligus ancaman bagi BTS. Perusahaan harus menciptakan produk dan layanan yang relefan dan kompetitif dari sisi harga agar mampu bersaing dengan kompetitor.

3.5.5. Kesenjangan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi daerah bervariasi menurut provinsi, dimana pada beberapa provinsi khususnya yang memiliki kekayaan sumber daya seperti Papua, Sumater dan Sulawesi memiliki pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran rata-rata. Sedangkan untuk provinsi dengan kepadatan penduduk yang tinggi dengan fasilitas infrastruktur seperti Airport / Pelabuhan laut, mengalami pertumbuan lebih cepat dari pada rata-rata nasional, seperti Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.

Hal ini membuktikan jika konsentrasi kegiatan ekonomi di Indonesia sangat spasial di Jawa dan pulau Sumatera. Jawa mengkontribusi PDB sebesar 58.70% terhadap total PDB 2014, diikuti oleh Sumatera. Sedangkan Bali sebagai pulau dimana PT Bali Sentra Towerindo beroperasi hanya mengkontribusi sebesar 1.24% dari dari PDB Indonesia.

3.5.6. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor pembangunan ekonomi regional Indonesia yang mampu menciptakan kondisi ekonomi yang kuat, stabil dan bertumbuh secara berkesinambungan, adanya response positive dari institusi internasional dengan memberikan rating credit baik, sehingga mampu menarik minat investor untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Dan dengan didukung oleh kondisi komposisi angkatan siap kerja yang dibekali oleh pendidikan dan keterampilan yang kompetitif. Pertumbuhan bisnis pada sektor transportasi dan komunikasi yang masih meyakinkan telah menciptakan peluang dan ancaman pada perusahaan antara lain:

Faktor-Faktor Peluang

Opportunity yang dapat dieksploitasi oleh perusahaan adalah :

Peningkatan Demand terhadap layanan penyewaan menara selular, tumbuhnya peningkatan pelanggan telekomunikasi, akan memicu penambahan kapasitas dan jumlah BTS dari operator telekomunikasi.


(49)

Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan.Penyebaran penduduk dan peningkatan jumlah pendapatan pada masyarakat dipedesaan akan menciptakan pelanggan-pelanggan baru (entry user), yang membuka peluang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi layanan di area baru baik di pulau Bali maupun di pulau lain.

Perkembangan teknologi baru,teknologi telekomunikasi terus berkembang, dimana perkembangan tersebut membawa beberapa keuntungan seperti penambahan kapasitas, reliabitas dan harga perangkat yang semakin rendah.

Faktor-Faktor Ancaman

Pembangunan ekonomi juga mampu menciptakan ancaman kepada perusahaan:

Munculnya pemain baru,pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.

Kesulitan perijinan dari pemerintah daerah,kemungkinan sulitnya mendapatkan ijin pembangunan menara selular

Penolakan dari masyarakat sekitar, tingkat kepadatan penduduk pada satu luas wilayah tertentu menyebabkan banyak menara di bangun diantara pemukiman penduduk, dan menyebabkan banyak permasalahan sosial.


(50)

3.6.Lingkungan Sosial

Semua perusahaan memiliki kesamaan tujuan yaitu mendapatkan pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainability). Dan untuk mencapai tujuan tersebut, institusi bisnis sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan tersebut untuk memahami dan memanfaatkan semua informasi yang ada disekitarnya. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat baik dalam tataran lokal maupun internasional memberikan pengaruh kepada kegiatan bisnis. Dimana pengaruh tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, tegantung pada skala bisnis perusahaan tersebut.

Lingkungan Sosial Bisnis adalah satu kesatuan dari kekuatan Politik, Sosial dan Budaya yang secara luas berada di luar kontrol perusahaan namun memiliki pengaruh yang kuat ke dalam. Pengaruh lingkungan sosial ini menimbulkan dampak positif maupun juga negatif terhadap bisnis perusahaan. Pengaruh yang muncul biasanya akan mempengaruhi aktivitas sumber daya manusia pada perusahaan.

3.6.1. Stakeholder pada Bisnis Menara Selular

Stakeholder adalah para pihak yang memiliki kepentingan pada bisnis perusahaan, antara lain:

Pemegang Saham,pihak yang menanamkan modal untuk operasional bisnis perusahaan.

Pemilik/ Manajemen,yaitu jajaran management PT Bali Towerindo Sentra, entity ini adalah pihak yang paling berkepentingan akan keberlangsungan bisnis dan pendapatan perusahaan ke depan.

Karyawan,entity yang menjalankan operasional perusahaan, memastikan seluruh rangkaian proses bisnis berjalan.

Supplier,pihak yang menyediakan mesin produksi dan sistem pendukung bisnis perusahaan.

Operator Telekomunikasi,pelanggan yang menggunakan produk dan layanan perusahaan secara langsung.


(51)

Regulator,pihak pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan seluruh instrumentnnya yang mengatur kebijakan dan peraturan terkait bisnis dan teknik operasional pada bisnis menara selular

Komunitas, masyarakat sekitar baik pelanggan operator telekomunikasi, yang menggunakan layanan perusahaan maupun masyarakat yang tinggal disekitar bangunan menara selular tersebut berdiri.

Perusahaan Penyewaan menara selular,kompetitor perusahaan yang bermain pada industri dan bidang usaha yang sama.

3.6.2. Dampak Pembanngunan Ekonomi dan Perubahan Dinamika Sosial

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 meningkat sebesar 5.78% terhadap 2012, pertumbuhan ini didukung oleh beragam kebijakan pemerintah baik kebijakan moneter maupun fiskal, yang terbukti cukup baik dalam mengawal perekonomian Indonesia melewati krisis keuangan internasional pada beberapa tahun ini. Kinerja positif ini diresponse cukup baik oleh institusi internasional, yang berujung kepada penilaian investment grade positif kepada Indonesia, sehingga mampu menarik minat investor untuk menamkan modal dan mengembangkan bisnis di tanah air.

Pertumbuhan ini pada akhirnya mempengeruhi seluruh komponen politik, ekonomi dan sosial, antara lain:

Politik,Pemerintah menelurkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk akselerasi pembangunan, kebijakan yang sebelumnya dipegang oleh pemerintah pusat, kemudian banyak yang diserahkan pengelolaannya ke pemerintah daerah. Sebagai contoh, Pemerintah Bali menerbitkan Perda No.6 tahun 2013 tentang, Penataan, Pembangunan, Pengoperasian menara telekomunikasi di Kabupaten Bangli. Dimana pada aturan ini proses perijinan menjadi wewenang penuh Bupati.

Ekonomi,Pertumbuhan ekonomi yang stabil meningkatkan daya beli masyarakat, hal ini ditambah dengan komposisi penduduk Indonesia yang gemuk di segment menengah, yang akhirnya membntuk market size yang besar, peningkatan masyarakat kelas menengah (Emerging Middle Class)ini mendorong perubahan gaya hidup terbukti dari tumbuhnya rumah tangga yang memiliki HP dari 78.96% di 2011 menjadi 83,52% pada tahun 2012. Perangkat Selular yang dahulu menjadi kebutuhan sekunder sekarang sudah berubah menjadi kebutuhan primer. Yang pada akhirnya telah menciptakan demand yang cukup besar akan layanan telekomunikasi ke depan.


(52)

Pertumbuhan ekonomi ini juga di sadari oleh pelaku bisnis, melihat ceruk pasar yang sedemikian besar, menarik minat para pengusaha untuk ikut bermain di industri penyewaan menara selular ini, munculnya pemain baru di industri ini menebarkan ancaman kompetisi yang dapat mengganggu market share perusahaan.

Sosial, Pertumbuhan ekonomi ternyata menimbulkan permasalahan sosial baru, antara lain: proses mobilisasi penduduk dari desa perkotaan menyebabkan permasalahan terhadap distribusi dan kepadatan penduduk menjadi tidak merata. Meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat, menciptakan friksi antara komunitas dan perusahaan, keberadaan menara selular ditengah pemukiman masyarakat memiliki dampak negatif mulai disadari oleh penduduk seperti, potensi bahaya tertimpa menara selular yang memiliki ketinggian hampir 35 meter, menyebabkan rumah dengan radius tersebut memiliki ancaman yang sama.Bahaya lain adalah adanya gangguan elektromagnetis pada perangkat elektronik penduduk sekitar, ketinggian menara yang melebihi bangunan yang ada disekitar mengundang sambaran petir, arus listrik yang dihasilkan oleh petir ini jika tidak di tangani dengan baik dapat memberikan dampak kerusakan. Ada beberapa kasus perangkat elektronik seperti Televisi, Radio, Lampu rusak akibat sambaran petir pada menara tidak dialirkan ke grounding dengan baik.

Distribusi penduduk yang tidak merata juga menciptakan kesulitan perusahaan untuk ekspansi bisnis, dimana pembangunan BTS baru dihadapkan pada kendala keterbatasan lahan. Sehingga seringkali BTS dibangun di lahan cagar budaya yang berujung pada penolakan penduduk sekitar.

3.6.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal tersebut, dapat ditemu kenali peluang dan ancaman bagi perusahaan, sebagai berikut:

Faktor – Faktor Peluang

Peningkatan Demand terhadap layanan penyewaan menara selular, tumbuhnya peningkatan pelanggan telekomunikasi, akan memicu penambahan kapasitas dan jumlah BTS dari operator telekomunikasi.

Terbukanya kesempatan untuk ekspansi layanan.Penyebaran penduduk dan peningkatan jumlah pendapatan pada masyarakat dipedesaan akan menciptakan


(53)

untuk melakukan ekspansi layanan di area baru baik di pulau Bali maupun di pulau lain.

Perkembangan teknologi baru,teknologi telekomunikasi terus berkembang sejalan dengan perubahan gaya hidup dan kebutuhan komunikasi masyarakat yang semakin maju. Perkembangan tersebut membawa beberapa keuntungan seperti penambahan kapasitas, reliabitas dan harga perangkat yang semakin rendah.

Faktor-Faktor Ancaman

Lingkungan Sosial juga mampu menciptakan ancamana kepada perusahaan:

Munculnya pemain baru,pertumbuhan bisnis penyewaan menara selular yang pesat menarik minat pemain-pemain baru untuk ikut berkompetisi dan memperebutkan market share yang masih cukup besar.

Peraturan perijinan yang bersifat desentralisasi, tiap-tiap daerah menerbitkan peraturan perundangan sendiri yang mengatur teknis perijinan dan pengoperasian menara selular yang cendrung menyulitkan perusahaan.


(54)

3.7.Lingkungan Alam

3.7.1. Lingkungan Alam dan Menara Selular

Didalam operasional perusahaan, banyak penolakan yang timbul dari masyarakat terhadap pembangunan menara selular, penolakan tersebut timbul karena adanya isu terkait dengan kesehatan, keselamatan, estetika dan isu-isu sosial lainnya.

Untuk menciptakan pembangunan yang berkesinambungan, entitas business harus mempertimbangkan keseimbangan alam. Hubungan keduanya harus bersifat reciprocal relationship. Dalam konteks ekonomi, menara selular merupakan salah satu komponen penting pendukung berjalannya sistem telekomunikasi, yang kemudian menjadi tumpuan bagi seluruh masyarakat dalam berkomunikasi satu sama lain.

Peranan menara selular yang penting tersebut, kemudian menjadi pertimbangan penyedia layanan untuk melakukan pembangunan, dan dengan semua keterbatasan teknologi saat ini, untuk mampu menyambungkan komunikasi pelanggan, operator telekomunikasi harus melakukan pembangunan menara selular dengan jarak 2-3 km antara BTS yang satu dan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberadaan akses komunikasi bagi seluruh pengguna.

Ditengah tingginya permintaan, penyedia layanan melakukan pemenuhan permintaan tersebut dengan menggelar pembangunan menara selular secara massif, menara-menara BTS kemudian bermunculan yang dibangun baik diarea terbuka maupun di area yang sangat rapat dengan pemukiman penduduk. Selain manfaat positif yang dirasakan oleh masyarakat, efek negatif pun mulai bermunculan, hutan-hutan menara yang tumbuh tidak beraturan menciptakan polusi estetika, dimana banyak menara selular dibangun di atas lahan cagar budaya, selain itu dampak kesehatan yang menimpa baik manusia maupun hewan mulai muncul dilapangan.

3.7.2. Dampak Menara Selular Terhadap Kesehatan

Medan gelombang radio elektromagnetik yang dipancarkan dari menara telekomunikasi mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan manusia baik fisik maupun psikis Beberapa penelitian menunjukkan:


(55)

A. Dampak Pada Hewan

Merujuk kepada hasil penelitian medan listrik EFL oleh Soesanto (1996), binatang kecil yang terpapar medan listrik sampai dengan 100 kV/m mempengaruhi komponen sistem saraf pusat. Dan penelitian lain oleh Yunardi (2000) menunjukkan adanya pengaruh medan listrik atau medan magnet terhadap fungsi reproduksi. Hasil ini mengungkap bahwa selain menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah kematian pada keturunan, ternyata medan listrik juga menyebabkan produk telur menurun secara nyata.

Penelitian menggunakan medan listrik statis memberikan pemajanan pada tikus jantan dan terlihat bahwa pada tingkat pancaran 6 kV/10cm dan 7kV/10cm selama 1 jam per hari, 30 hari terus menerus, menimbulkan penyusutan berat testis, kerusakan sel tubulus seminiferus dan terjadinya kelainan kongenital pada anak seperti mikroftalmia, bulu kasar di sekitar kepala, penyempitan gelang panggul dan kelainan preputium like-testis (Mansyur, 1998), selain itu menghambat proses spermatogenesis mencit (Qadrijati dan Puspita, 2007).

Berdasarkan penelitian oleh Marino, et al. Tahun 1976 dalam Yunardi (2000), pancaran gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan, penurunan berat badan dan meningkatnya laju kematian pada keturunan tikus kenaikan berat badan tikus (Somer, 2004), penurunan jumlah telur dan berat testis pada tikus (Yunardi, 2000), peningkatan stres oksidatif pada telur ayam, burung laut, dan eritrosit manusia (Torres-duran, et al., 2007). Hasil penelitian mengenai pengaruh medan ELF pada kompetensi kekebalan pada binatang tampaknya negatif (Soesanto, 1996).

Tetapi di lain pihak pancaran tunggal dari gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah (ELF-EMF) (60 Hz, 20 mT) dalam jangka waktu 2 jam dapat meningkatkan kadar serum HDL-C, kandungan lipoperoksidase pada hati dan menurunkan kadar kolesterol total pada hati (Torres-Durran, 2007). Tetapi penelitian Qadrijati dan Indrayana (2008) menunjukkan bahwa pancaran gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah (ELF-EMF) (50 Hz, 2,4 mT) selama 2 jam dapat memberikan pengaruh berupa penurunan kadar HDL-C dan kolesterol pada


(56)

serum tikus. Perubahan tebesar terjadi 24 jam setelah pancaran, meskipun secara uji statistik tidak ada perbedaan bermakna. Mekanisme penurunan kadar kolesterol dan HDL-C dimungkinkan akibat dari stres fisik yang diakibatkan pembentukkan radikal bebas yang dapat merusak atau menurunkan aktivitas enzim metabolisme lipid di hati, tetapi mekanisme secara pasti pengaruh elektromagnetik terhadap metabolisme lipid masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pancaran radiasi elektromagnet dalam jangka panjang berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko kardiovaskuler akibat adanya peningkatan yang signifikan dari kolesterol total dan kadar LDL-C (Low Density Lipoprotein-Cholesterol) (Israel et al., 2007).

Penelitian terhadap kelinci juga menunjukkan penurunan kadar asam lemak bebas dan trigliserida (Bellosi, 1996. Harakawa, 2004). Pada penelitian lain yang juga kelinci didapatkan bahwa kadar kolesterol dan trigliserida menurun secara signifikan dan kadar HDL meningkat secara signifikan juga (Luo, 2004).

B. Dampak Pada Manusia

Pada tahun 1979, Kouwenhoven dan kawan-kawan dari John Hopkins Hospital melakukan penelitian pada 11 orang tenaga kerja yang bekerja selama 3,5 tahun pada sistem transmisi 345 kV. Dilaporkan bahwa tidak ditemukan gangguan kesehatan serta tidak dijumpai adanya proses keganasan, namun dari hasil analisis sperma, ditemukan penurunan jumlah sperma (Anies, 2003b).

Loboff menunjukkan peningkatan sintesis DNA sebesar 2,5 x 10-5 dengan pemajanan medan elektromagnetik 15 Tesla. Penelitian Cadossi, berupa peningkatan proliferasi limfosit diduga sejalan dengan peningkatan sintesis DNA dan bila tidak terkendali akan mengarah pada timbulnya keganasan (Anies, 2003b).

Penelitian pada manusia menunjukkan peningkatan 2 kali faktor risiko terkena leukimia pada anak yang terpajan medan elektromagnetik (Ahlbom, 2004), dan faktor risiko terjadinya kanker payudara (Anies, 2003). Selain itu juga timbul gejala yang


(57)

tidak spesifik yaitu berupa gangguan tidur, tinitus, dan gangguan kecemasan (Husss dan Roosli, 2006) atau berupa keluhan : sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan keletihan menahun (chronic fatigue syndrome) (Anies, 2003)

Pada umumnya, perubahan gambar darah termasuk penyimpangan kecil dari norma individual, tetapi nilai umumnya masih dalam norma fisiologis. Sedangkan penelitian Qadrijati (2002) tentang pancaran SUTET pada penduduk yang bermukim di bawahnya menunjukkan adanya perubahan jumlah lekosit dan gambaran limfosit meskipun secara statistik tidak bermakna.

Kajian Akademik Raperda Kota Metro Tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi di Kota Metro, 2011. Memberikan gambaran mengenai Efek Radiasi Gelombang Radio yaitu:

 Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel.

 Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).

 Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.

 Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.


(58)

 Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.

 Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan.

 Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.

 Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran.

 Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.

 Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.

 Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.

 Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.


(59)

 Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.

Pada kajian tersebut juga diinformasikan updaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pancaran radiasi elektromagnetik yaitu:

 Meminimalkan waktu pancaran, misalnya dengan tidak menggunakan handphone kalau tidak perlu sekali, sebisa mungkin memanfaatkan layanan SMS dibanding telephone, tidak mendekatkan handphone ke telinga sebelum panggilan tersambung, persingkat percakapan, dan tidak menggunakan handphone sewaktu sinyal lemah.

 Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi misalnya dengan menjauhkan handphone dari kepala, menggunakan headset atau handsfree seefektif mungkin, dan tidak menyimpan handphone di saku celana pada saat handphone dalam kondisi on.

 Mengurangi radiasi itu sendiri, ditempuh dengan memilih handphone dengan level SAR (Spesific Absorption Rate) yang rendah. Level SAR ini biasanya dicantumkan dalam buku manual. ICNIRP (International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection) memberikan batas maksimal sebesar 2,0 W/kg. Sekedar contoh, handphone Esia seri Fu memiliki level SAR 1,18 W/kg, sedangkan Nokia seri N70 levelnya 0,95 W/kg. Atau dengan meminimalisir pemakaian handphone di ruang tertutup dengan bahan logam atau baja, misalnya di dalam mobil.

 Mengkonsumsi Antioksidan, radikal bebas bisa memicu terbentuknya kanker, melalui sifatnya yang dapat menyebabkan kerusakan DNA. Antioksidan bisa berupa mineral (mangan, seng, tembaga, selenium), beta karoten, vitamin C dan vitamin E dari sayuran dan buah segar bersifat oposisi dengan radiasi elektromagnetik dan juga asam dari softdrinks.

3.7.3. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal tersebut, dapat ditemu kenali peluang dan ancaman bagi perusahaan, sebagai berikut:


(1)

yang lebih rendah. Disisi lain meningkatnya jumlah tenaga kerja pada industri komunikasi dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang tepat, berkualitas dengan biaya yang lebih kompetitif. Sehingga perusahaan mampu menciptakan inovasi-inovasi pada produk dan layanan untuk pelanggan perusahaan. Kemampuan menciptakan produk dan layanan yang


(2)

(3)

(4)

3.9.5. Peluang dan Ancaman Bisnis

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal tersebut, dapat ditemu kenali peluang dan ancaman bagi perusahaan, sebagai berikut:

Faktor-Faktor Peluang

Peluang bisnis yang timbul adanya perubahan lingkungan demografis, dimana variable demografi seperti :jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk, struktur populasi dan ketenaga kerjaan menunjukkan nilai yang positif, yang diprediksi mampu:

 Menumbuhkan angka permintaan sambungan komunikasi penduduk, Peningkatan daya beli dan, pertumbuhan tingkat pendapatan penyedia telekomunikasi, yang akan memicu terjadinya pertumbuhan bisnis telekomunikasi di pulau bali, meningkatkan jumlah investasi pembangunan menara BTS sebagai upaya pemenuhan kapasitas jaringan oleh penyedia layanan yang pada akhirnya meningkatkan jumlah permintaan penggunaan menara selular perusahaan telekomunikasi kepada PT Bali Towersentra. Faktor-Faktor Ancaman

Perubahan demografi pada variable di atas berpotensi untuk:

Menciptakan ancaman keterbatasan lahan untuk pembangunan menara selular, rapatnya rumah penduduk dengan menara selular menciptakan rasa tidak nyaman dan aman penduduk sekitar akibat ketinggian menara selular,

Ancaman gangguan elektrik karena petir yang pada akhirnya akan menciptakan penolakan masyarakat sekitar terhadap menara selular.

Resiko terbesar adalah kemungkinan pembongkaran menara selular oleh masyarakat sekitar.


(5)

Bab IV Kesimpulan dan Saran 4.1.Kesimpulan

(1) Faktor lingkungan eksternal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bisnis Balitower, faktor-faktor seperti pembangunan ekonomi, lingkungan politik dan pemerintahaan serta perkembangan teknologi Telekomunikasi yang cukup pesat, menuntut perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efektif.

(2) Pengaruh lingkungan tersebut juga dirasakan oleh para pesaing preusahaan, sehingga menuntut Balitower untuk senantiasa menciptakan inovasi baru sehingga dapat diterima dengan baik oleh para pelanggannya.

(3) Dinamika politik dan trend ekonomi memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan diversifikasibisnis dengan memaksimalkan potensi pserusahaan yang dimiliki saat ini.

4.2.Saran

(1) Melakukan perbaikan dan peningkatan performa operasional untuk menciptakan produk M2M yang simple dan relevant sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dengan detail program sebagai berikut:

• Efisiensi beban operasional perusahaan dengan cara evaluasi berkelanjutan terhadap biaya dan metode operasional

• Implementasi design infrastructure yang low maintenance

• Opsi pengalihan tenant Indoor/shelter ke outdoor/shelterless

(2) Terus melakukan pengembangan tower telekomunikasi melalui Implementasi teknologi baru yang meningkatkan rasio kolokasi menara Peningkatan kapasitas jaringan telekomunikasi Meminimalisasi harga produk dan meningkatkan jaminan garansi layanan


(6)

Daftar Pustaka

Kuncoro, Mudradjat (2009).Ekonomika Indonesia, Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Bali Towerido Sentra (2009).Prospektus Penawaran Umum Perdana Saham PT Bali Towerindo Sentra TBK Tahun 2014.

Bali Towerindo Sentra (2013). Annual Report, Bali: Bali Towerido Sentra Tbk

Thompson, et al (2014). Crafting Executing Strategy, the quest for competitive advantage concepts and cases, Mc Grawhill, 19E. p94-p97

Badan Pusat Statistic (2014).Laporan Bulanan, Data Sosial Ekonomi, Katalog BPS:9199017, Edisi 52.

Simbar, Veronika(2013).Optimalisasi Strategi Bisnis Tower Sharing.Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Vol. 4, No.2., Incom Tech.

Earl J. Lum (2010),The Evolution of the BTS market: Towards 4G Technology,EJL Wireless Research LLC

The World Bank (2013).Slower growth;high risks,Indonesia Economic Quaterly, December 2013

Bank Indonesia (2014), Recent Economic Development, BI Investor Relations Unit Report. Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2007, Analisis Kebijakan, Jakarta, Elex Media Komputindo

(dan referensi di dalamnya).

Kajian Akademik Raperda Kota Metro TentangRetribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi di Kota Metro, 2011.

Djoko Suryo (2014).Cultural Environment and Business. MM UGM: GBE material: Cultural Environment.

FEB UGM (2014). Sylabus General Business Environment. MM UGM.

Budi Prasetya (2014),Dampak Menara Telekomunikasi Dan Radiasi Gelombang Elektromagnetik. Retrieved from http://publicanonyme.wordpress.com/2014/05/15/ dampak-menara-telekomunikasi-dan-radiasi-gelombang-elektromagnetik/

P e m i l u . c o m ( 2 0 1 4 ) ,P o l o s p e n y e b a b k e k a l a h a n K I H. Retrieved from http://www.pemilu.com/berita/2014/10/polos-penyebab-kekalahan-kih/

DW Akademie (2014), Jowoki dan Reformasi Birokrasi. Retrieved from http://www.dw.de/jokowi-dan-reformasi-birokrasi/a-17801427

Metrotvnews (2014),Kemudahan Berbisnis di Indonesia Masih Tertinggal di Asean. R e t r i e v e d f r o m h t t p : / / m i c r o s i t e . m e t r o t v n e w s . c o m /