Analisis Daya Cerna Protein Metode Hsu et al. 1977 Uji Kelarutan AOAC 1995

18

2. Analisis Daya Cerna Protein Metode Hsu et al. 1977

Sampel yang digunakan untuk menguji ripitabilitas adalah isolat protein kedelai, kedelai yang ditambah dekstrin, dan kacang kedelai. Terlebih dahulu dibuat larutan multi-enzim dalam air destilata. Larutan multienzim terdiri dari campuran 1.6 mg tripsin, 3.1 mg kimotripsin, dan 1.3 mg peptidase per ml akuades. Larutan enzim ini ditepatkan pH-nya menjadi pH 8.00 menggunakan NaOH 0.1 N atau HCl 0.1 N. Larutan multi-enzim selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin. Sejumlah sampel disuspensikan dalam akuades sampai konsentrasi 6.25 mg proteinml. Sebanyak 25 ml suspensi sampel ditaruh dalam gelas piala kecil, kemudian diatur pH-nya menjadi pH 8.00 dengan menambahkan NaOH 0.1 N atau HCl 0.1 N. Selanjutnya sampel dimasukkan dalam penangas air 37 C selama 5 menit sambil diaduk. Sebanyak 2.5 ml larutan multienzim ditambahkan saat penambahan enzim dicatat sebagai waktu ke nol ke dalam suspensi sampel sambil tetap diaduk dalam penangas air 37 C. Nilai pH suspensi sampel dicatat pada tepat menit ke-10. Daya cerna protein dinyatakan dengan rumus 6.1. Y = 210.464 – 18.103x 6.1 Keterangan : Y = daya cerna protein x = pH pada menit ke-10 Pada pengujian ripitabilitas dilakukan pengulangan repeat tujuh kali terhadap larutan sampel yang dibuat sesuai prosedur yang diukur pada hari yang sama, dengan alat yang sama, oleh orang yang sama, dan di tempat yang sama. Data yang diperoleh kemudian dihitung rata-ratanya, SD, dan RSD-nya. Metode bisa dikatakan valid jika nilai RSD analisis RSD a lebih kecil dibanding RSD Horwitz RSD h. RSD a dan RSD h dapat dihitung menggunakan rumus 7.1 dan 7.2. RSD a = SD x 100 X 7.1 RSD Horwitz = 7.2 Keterangan : SD = Standar deviasi X = nilai rata-rata C = nilai rata-rata konsentrasi analat

3. Uji Kelarutan AOAC 1995

Pengukuran kelarutan dihitung berdasarkan berat residu yang tidak dapat melalui kertas saring Whatman 42. Sejumlah sampel ditimbang sekitar 0.75 gram lalu dilarutkan dalam 100 ml air destilata dan disaring dengan penyaring vakum. Kertas saring sebelum digunakan dikeringkan terlebih dulu dalam oven sekirat 30 menit lalu ditimbang. Setelah penyaringan, kertas saring beserta residu kemudian dikeringkan dalam oven 100 C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang. Kelarutan dapat dihitung berdasarkan rumus 8.1. 19 8.1 Keterangan : a = berat kertas saring + residu gram b = berat kertas saring gram c = berat contoh yang digunakan gram Ka = kadar air contoh yang digunakan bb 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Sampel

Tahap mendata sebanyak-banyaknya minuman bubuk berbasis kedelai yang dijual di pasaran di seluruh Indonesia dilakukan dengan mencari data produk melalui internet dan mendatangi supermarket serta apotek di daerah Bogor, Semarang, dan Jakarta. Dari tahap tersebut didapat 33 sampel. Tahap selanjutnya adalah mensurvei keberadaan produk-produk tersebut di pasaran. Survei dilakukan di supermarket dan apotek di wilayah Bogor, Semarang, dan Jakarta. Tiga belas sampel akhirnya tidak dipilih karena sulit dijumpai di pasaran pembelian harus melalui pemesanan terlebih dahulu sehingga akhirnya tersisa dua puluh sampel yang digunakan pada penelitian. Kedua puluh sampel tersebut kemudian digolongkan berdasarkan kadar protein yang tercantum pada nutrition fact kadar protein kurang dari 25 = 11 sampel; kadar protein 25-50 = 5 sampel; dan kadar protein lebih dari 50 = 2 sampel. Dua produk tidak mencantumkan nutrition fact pada kemasannya. Penggolongan selanjutnya adalah berdasarkan usia konsumen, yaitu sesuai usia tahap perkembangan konsumen. Pada awalnya sampel digolongkan menjadi sampel untuk konsumen berusia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 1-3 tahun, dan di atas 3 tahun. Oleh karena sampel untuk usia 1-6 bulan hanya ada satu buah, penggolongan akhir sampel berdasarkan usia adalah: sampel yang ditujukan untuk konsumen 0-1 tahun, 1-3 tahun, dan di atas 3 tahun. Setelah dilakukan analisis kadar proximat dan daya cerna protein, kedua puluh sampel ini dikelompokkan menjadi sampel yang ditujukan untuk konsumen berusia 0-1 tahun = 5 sampel, 1-3 tahun = 2 sampel, dan di atas 3 tahun dewasa = 13 sampel. Tiga belas sampel yang ditujukan untuk usia 3 tahun ke atas dibagi lagi menjadi sampel minuman untuk konsumen golongan khusus = 5 sampel dan konsumen biasa = 8 sampel. Penggolongan menjadi konsumen golongan khusus dan konsumen biasa didasarkan pada hasil proximat sampel, ingredient bahan, dan pernyataan pada label yang menyatakan bahwa produk memang ditujukan untuk konsumen golongan khusus. Konsumen golongan khusus pada penelitian ini adalah orang yang sedang berdiet = 4 sampel dan balita yang sedang dalam masa pertumbuhan = 1 sampel. Daftar ingredient kedua puluh sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari empat sampel yang dipilih untuk digolongkan menjadi sampel untuk golongan khusus orang yang sedang berdiet, tiga sampel mencantumkan keterangan bahwa sampel memang ditujukan untuk konsumen yang sedang berdiet. Satu sampel lainnya dipilih berdasarkan analisis proximat. Sampel yang memiliki kadar protein tinggi tetapi kadar lemaknya rendah dianggap sebagai minuman untuk orang yang sedang berdiet.

B. Ripitabilitas Daya Cerna Protein Metode Hsu et al. 1977

1. Hasil Analisis Proximat

Hasil analisis proximat sampel yang digunakan pada pengukuran ripitabilitas daya cerna protein metode Hsu et al. 1977 dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar air isolat protein kedelai 3.46 bb dan kedelai yang ditambahkan dekstrin 3.08 bb lebih kecil dibanding kedelai 8.83 bb karena isolat protein kedelai dan kedelai yang ditambahkan dekstrin tersebut berbentuk bubuk yang telah mengalami proses pengeringan dan pembubukkan sehingga kadar airnya rendah. Kedelai umumnya hanya melalui proses pengeringan saja untuk menghindari tumbuhnya kapang pada saat penyimpanan. Kadar protein isolat kedelai sangat tinggi yaitu 70.18 bb karena isolat