Kesimpulan Daya cerna protein in vitro dua puluh minuman bubuk komersial berbasis kedelai di indonesia

37 D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengukuran daya cerna protein secara in vitro dengan menggunakan metode Hsu et al. 1977 terhadap dua puluh minuman bubuk komersial berbasis kedelai menunjukkan bahwa daya cerna protein produk yang ditujukan untuk konsumen berusia 0-1 tahun dan 1-3 tahun cenderung lebih tinggi 85.55 - 87.73 dibanding daya cerna protein produk untuk konsumen berusia lebih dari 3 tahun golongan konsumen biasa 75.82 - 85.33 . Daya cerna protein sampel yang ditujukan untuk golongan khusus juga relatif lebih tinggi 85.73 - 89.04 dibanding untuk konsumen biasa 75.82 - 85.33 . Hasil analisis dengan ANOVA menunjukkan bahwa antar kelompok sampel berbeda nyata pada taraf α = 0.05 untuk parameter kadar protein, daya cerna protein dan kelarutan. Namun lebih lanjut lagi menurut uji lanjut Duncan pada kadar protein, kelompok sampel untuk usia 0-1 tahun dan 1-3 tahun tidak saling memiliki perbedaan yang signifikan. Antar kelompok sampel untuk usia di atas 3 tahun konsumen biasa dan di atas 3 tahun golongan khusus juga tidak saling memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil uji lanjut Duncan untuk daya cerna protein menunjukkan bahwa kelompok sampel untuk usia 0-1 tahun, 1-3 tahun, dan di atas 3 tahun golongan khusus tidak saling memiliki perbedaan yang signifikan. Namun kelompok sampel untuk usia di atas 3 tahun konsumen biasa memiliki perbedaan signifikan terhadap kelompok sampel lainnya. Sedangkan untuk kelarutan, menurut uji lanjut Duncan, kelompok sampel untuk usia 0-1 tahun, 1-3 tahun, dan di atas 3 tahun golongan khusus tidak saling memiliki perbedaan yang signifikan. Namun kelompok sampel untuk usia di atas 3 tahun konsumen biasa memiliki perbedaan signifikan terhadap kelompok sampel lainnya. Penelitian juga memperlihatkan bahwa ingredient dan sumber protein turut berpengaruh terhadap kadar protein, daya cerna protein, dan kelarutan sampel. Sampel yang sumber proteinnya dari isolat protein kedelai atau yang difortifikasi dengan sumber protein hewani memiliki kadar protein yang lebih rendah dibanding sampel yang bersumber protein dari kedelai saja. Namun daya cerna protein dan kelarutan sampel yang sumber proteinnya dari isolat protein kedelai atau yang difortifikasi dengan sumber protein hewani lebih tinggi dibanding sampel yang sumber proteinnya dari kedelai saja. Secara umum, daya cerna yang tinggi sangat diperlukan untuk produk yang ditujukan bagi golongan khusus seperti bayi, orang yang sedang sakit, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang berdiet, dan sebagainya karena golongan khusus tersebut umumnya memiliki kerja organ yang kurang sempurna atau membutuhkan banyak nutrisi. Pangan dengan daya cerna yang rendah dapat mengakibatkan malnutrisi bagi konsumen-konsumen tersebut.

B. Saran