Cadangan Karbon Non-hutan Biomassa dan Cadangan Karbon Tersimpan di Berbagai Tipe Penutupan Lahan

perambahan hutan atau kebakaran hutan lebih cepat diterima oleh polisi hutan Polhut yang berada di dekat area yang diduga terjadi aktivitas pencurian. Mangrove di TNMB memiliki nilai cadangan karbon sebesar 67,06 Mg.ha -1 atau memiliki persentase 55,45. Persentase ini sebenarnya bisa lebih besar dengan asumsi kondisi mangrove di lokasi ini pada masa lalu lebih baik daripada kondisi mangrove pada saat pengukuran dilakukan. Pada tahun 1994, tsunami menerjang di sepanjang garis pantai kawasan TNMB sehingga merusak vegetasi mangrove dan sebagian hutan pantai. Rusaknya vegetasi mangrove menyebabkan penurunan kemampuan penyerapan karbon di mangrove tersebut. Nilai cadangan karbon yang tersimpan, baik dalam hutan primer, hutan sekunder di TNMB cukup kecil dibandingkan dengan jumlah cadangan karbon di beberapa lokasi dengan tipe hutan yang sama. Hasil pengukuran cadangan karbon di hutan primer dan hutan sekunder di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur oleh Lusiana et al. 2005 menunjukkan cadangan karbon sebesar 230,10 Mg.ha -1 dan 212,90 Mg.ha -1 .

5.3.2 Cadangan Karbon Non-hutan

Tipe penutupan lahan non-hutan yaitu semak belukar, padang rumput dan alang-alang, kebun campuran, areal pertanian, dan perkebunan karet, kakao, kopi, dan sengon. Konversi hutan menjadi areal pertanian, kebun campuran, dan perkebunan terjadi di kawasan ini. Sejarah tentang keberadaan beberapa padang rumput dan alang-alang serta semak belukar sudah alami terbentuk berdasarkan informasi dari citra Landsat 5 TM tahun 1989. Nilai cadangan karbon pada areal pertanian lebih rendah 8,59 daripada kebun campuran. Persentase ini dapat diasumsikan tidak terlalu jauh berbeda, karena areal pertanian yang ada di TNMB berada di zona rehabilitasi. Pada zona rehabilitasi, di sela pematang sawah ditanami pohon-pohon buah maupun bahan baku obat yang wajib ditanam dari pengelola taman nasional. Areal pertanian di dalam kawasan TNMB selama lebih dari 20 tahun, namun rehabilitasi baru dilakukan sejak tahun 1997, sehingga potensi penyerapan karbon masih relatif sedikit. Kebun campuran yang ada di TNMB umumnya berada di zona rehabilitasi dan di dalam areal perkebunan. Kebun campuran yang sering dijumpai menggunakan teknik tumpangsari. Pohon-pohon buah ditanam berselingan dengan tanaman hortikultura seperti Pisang dan Kacang, atau dengan pohon komersil seperti Jati, Mahoni, dan Sengon. Pengukuran cadangan karbon secara langsung yang dilakukan di areal perkebunan hanya dilakukan di areal perkebunan Karet. Pengukuran cadangan karbon untuk areal Kakao, Kopi, dan Sengon tidak dilakukan secara langsung, namun menggunakan data sekunder. Pengukuran cadangan karbon di perkebunan karet memiliki persentase sebesar 79,35 atau bila dibandingkan dengan hutan primer memiliki perbedaan sebesar 24,97 Mg.ha -1 . Hal ini disebabkan oleh pengelolaan areal kebun Karet oleh pihak perkebunan. Jarak tanam yang dekat dan ukuran diameter tiap pohon yang hampir seragam mampu menyimpan karbon lebih besar daripada areal perkebunan dengan sistem tumpangsari kebun campuran.

5.4 Perubahan Cadangan Karbon Tersimpan dalam Skala Lanskap TNMB