Daya Listrik Arus Searah Analisa Kualitas Air Analisa Data

7

2.3 Rangkaian Sistem Sumber Daya Energi Surya

Pertama yang dirangkai adalah sumber energi tenaga surya karena memerlukan waktu yang cukup lama. Kemudian perlakuan pompa dengan sumber enerdi listrik PLN dilengkapi pemasangan adaptor. Masing-masing pompa DC dipasang rangkaian selang aerasi hingga mencapai wadah pemeliharaan vaname. Rangkaian penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut. Gambar 3. Rancangan sistem listrik tenaga surya tampak atas pada pemeliharaan postlarva vaname. Panel surya seperti yang tertera pada gambar 1 diatas, diletakkkan di luar ruangan penelitian agar dapat menangkap cahaya matahari dengan mudah. Satu rangkai panel surya dipasang sebanyak empat buah panel dan dipasang miring kebawah sebesar 15°. Setelah panel menangkap energi matahari kemudian diubah menjadi arus listrik dan dialirkan masuk ke baterai atau aki yang sebelumnya diatur pemasukan voltase sebesar 12 volt oleh charge controller 12 volt. Lampu hijau pada kontrol menunjukkan listrik solar siap digunakan ke pompa.

2.4 Daya Listrik Arus Searah

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan Internasional SI daya listrik adalah watt. Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja Harnovi, 2011. Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan listrik dalam arah tertentu. Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor Adaptor 8 adalah dari potensial tinggi ke potensial rendah berlawanan arah dengan gerak elektron. Arus searah DC merupakan arus listrik yang nilainya hanya positif atau hanya negatif saja tidak berubah dari positif kenegatif, atau sebaliknya. Rumus untuk menghitung daya listrik adalah sebagai berikut: P = V I Keterangan: P = daya listrik watt V = perbedaan potensial listrik volt I = kuat arus listrik ampere

2.5 Parameter yang Diukur

2.5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Survival Rate, SR

Tingkat kelangsungan hidup postlarva udang vaname atau sintasan SR menurut Effendi 2004 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: SR = Nt No x 100 Keterangan: SR = tingkat kelangsungan hidup Nt = jumlah postlarva udang hidup pada akhir pengamatan No = jumlah postlarva udang pada awal pengamatan

2.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Specific Growth Rate,SGR

Pertumbuhan bobot total diamati pada awal dan akhir penelitian. Menurut Effendi 2004 pertumbuhan bobot postlarva udang vaname dihitung berdasarkan pertambahan bobot berdasarkan rumus berikut : α = { - 1 x 100 } Keterangan: α = laju pertumbuhan spesifik postlarva udang t = lama waktu pemeliharaan postlarva udang hari 9 Wt = bobot rata-rata akhir postlarva udang mg Wo = bobot rata-rata awal postlarva udang mg

2.5.3 Laju Transfer Oksigen Oxygen Transfer Rate, OTR

Oxygen Transfer Rate OTR menggambarkan seberapa besar oksigen yang ditransfer dari udara ke dalam perairan melalui kinerja aerator. Eckenfelder and Ford 1968 dalam Boyd 1982 menyajikan persamaan berikut untuk menghitung koefisien transfer oksigen : K L a T = – x 1,024 T-20 1 Setelah penghitungan koefisien transfer oksigen, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan jumlah oksigen yang ditransfer persatuan waktu sebagai berikut : OTR T = K L a T x Cs x volume tangki liter : 10 6 mgkg 2 Keterangan : OTR T = oksigen yang ditransfer persatuan waktu pada suhu yang diinginkankg O 2 jam K L aα = koreksi oksigen transfer jam Cs = kejenuhan oksigen untuk suhu dan tekanan yang ada mgl C1 = konsentrasi oksigen awal mgl C2 = konsentrasi oksigen akhir mgl t1 = waktu awal aerasi jam t2 = waktu akhir aerasi jam T = suhu °C Penghitungan nilai laju transfer oksigen dalam penelitian dilakukan dengan cara antara lain menyiapkan wadah akuarium yang diisi air laut 52 liter sebanyak 3 buah akuarium untuk perlakuan pompa DC dengan SES dan pompa DC dengan SEP serta kontrol. Kontrol dimaksudkan sebagai faktor selisih dari 10 nilai laju transfer oksigen yang terukur pada kedua perlakuan. Penghitungan dilakukan dalam keadaan salinitas 32 ppt, suhu 26 °C, waktu 30 menit, serta penghitungan nilai konsentrasi oksigen terlarut jenuh sebesar 6,98 mgl Toonen, 2006. Disetiap wadah terlebih dahulu diukur nilai oksigen terlarutnya kemudian diberikan bahan kimia Natrium Sulfit Na 2 SO 3 dengan dosis 7,9 mgl untuk menghilangkan 1 mgl oksigen terlarut, untuk memastikan oksigen hilang sempurna umumnya ditambahkan 1,5-2 kali dari dosis Boyd, 1982. Setelah dimasukkan Natrium Sulfit, kemudian diukur kembali hingga nilai oksigen terlarutnya minimum. Setelah itu dilakukan aerasi selama 30 menit baru kemudian diukur kembali nilai oksigen terlarut akhirnya. Khusus wadah kontrol tidak dilakukan aerasi karena faktor difusi dari udara ke dalam air meningkat karena perbedaan tekanan dalam air dan udara setelah dilakukan pengurangan oksigen terlarut dalam air, oleh karena itu nilai laju transfer oksigen kontrol sebagai selisih dari nilai laju transfer oksigen terlarut yang sudah dihitung.

2.5.4 Efektivitas Alat Aerasi E

Efektivitas dari sebuah aerator bisa digunakan sebagai indikator yang menunjukkan seberapa besar gas yang ditransfer dari udara ke dalam sebuah perairan atau pengurangan jumlah gas yang berlebih dalam air supersaturated. Efektivitas aerator juga bisa digunakan untuk membandingkan berbagai tipe aerator, tetapi harus diuji dalam sistem dan kondisi yang sama. Rumus dari efektivitas aerator menurut Lekang 2007 adalah sebagai berikut : E = [C out – C in C sat – C in ] x 100 Keterangan : E = efektivitas aerator C out = konsentrasi gas terlarut yang keluar dari sebuah sistem mgl C in = konsentrasi gas terlarut yang masuk ke dalam sebuah sistem mgl C sat = konsentrasi gas terlarut dalam keadaan jenuh saturasi mgl 11

2.6 Analisa Kualitas Air

Analisa kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali dengan parameter berupa pH, total amoniak nitrogen TAN, CO 2 , dan salinitas. Sedangkan pengukuran DO dan suhu dilakukan tiap 8 jam sekali setiap harinya. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan alat dan metode yang digunakan dalam analisa kualitas air. Tabel 1. Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter fisika dan kimia air Parameter Satuan AlatMetode Suhu o C DO meter pH - pH meter DO mgl DO meter TAN mgl Spektrofotometer CO 2 mgl Titrasi Salinitas gl Refraktometer

2.7 Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0, yang meliputi Analisis Ragam ANOVA dan uji F pada selang kepercayaan 95. Program tersebut digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan spesifik udang vaname yang digunakan pada penelitian. 48

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kestabilan Sumber Energi

Kestabilan sumber energi surya SES dan sumber enrgi PLN SEP dapat dilihat dari kestabilan arus dan voltase listrik. Arus listrik dari dua sumber energi listrik yang berbeda ditunjukkan oleh Gambar 4. Gambar 4. Grafik kestabilan arus listrik searah pada pompa DC menggunakan sumber energi yang berbeda selama 20 hari pemeliharaan postlarva udang vaname. Berdasarkan grafik kestabilan arus listrik searah pada pompa DC menggunakan sumber energi yang berbeda selama 20 hari pemeliharaan postlarva udang vaname dapat diketahui bahwa arus listrik searah pada SES hari ke-1 hingga hari ke-17 berkisar 1,177 A hingga 7,474 A. Kemudian pompa DC mati dikarenakan listrik yang tersimpan dalam baterai habis dari hari ke-5 sampai hari ke-9 dan dari hari ke-17 hingga hari ke-20 arus 0 Ampere. Sedangkan arus perlakuan SEP stabil dikarenakan adanya pemakaian adaptor dengan nilai arus 5 A. Kuat arus listrik pada perlakuan pompa DC dengan SES dan pompa DC dengan SEP setiap 5 hari selama 20 hari pemeliharaan ditunjukkan oleh Gambar 5. berikut.