BAB BAHAN DAN METODELOGI
3.1. Waktu dan tempat
Kegiatan penelitian ini berlangsung selama 9 bulan dari bulan Mei 2011 hingga bulan Januari 2012. Pelaksanaan penelitian berlangsung di kandang
peternakan milik Mitra Maju yang beralamat di Jl. Manungal Baru No.1, desa Tegalwaru, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan USG, timbangan, tambang, selotip, dan marker. Sementara itu, bahan-bahan yang digunakan adalah
domba betina berjumlah 9 ekor, jamu veteriner, hormon PGF2 alpha dinoprost dan tromethamin, vitamin B kompleks, anthelmintik, antibiotik dan selang penanda.
3.3. Kandang, Pakan, dan Minum
Kandang yang digunakan ialah kandang model panggung. Ketinggian kandang kira-kira 50 cm. Desain ini dimaksudkan agar kebersihan kandang relatif
lebih terjaga, menekan pertumbuhan mikroorganisme, dan mengurangi paparan gas amoniak. Selanjutnya, pakan diberikan 3 kali dalam sehari, yaitu hijauan pada pagi
dan siang hari, serta singkong pada siang hari. Air minum diberikan sacara ad
libitum. 3.4. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan 9 ekor domba betina yang tidak bunting dengan bobot badan berkisar antara 17-25 kg. Domba-domba tersebut diaklimatisasi selama 2
minggu dan diberikan anthelmintik, vitamin B kompleks, dan antibiotik. Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi domba oleh parasit dan bakteri. Selanjutnya,
domba dikelompokan dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor domba. Kelompok pertama bertindak sebagai kontrol tanpa perlakuan.
Kelompok kedua diberi formula jamu veteriner dosis 15 mLekor, dan kelompok ketiga formula jamu veteriner 30 mLekor.
3.5. Tahap Perlakuan
Tahap awal perlakuan pada domba adalah sinkronisasi berahi induk domba. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan anak domba dengan umur lahir yang seragam.
Agen sinkronisasi yang digunakan adalah PGF2 alpha konsentrasi 5 mgmL sebanyak 7,5 mgekor. Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali dengan interval waktu 11 hari.
Perkawinan induk domba dilakukan sekitar 24-36 jam setelah penyuntikan. Domba yang telah menunjukan gejala estrus, berupa vulva yang terlihat merah,
bengkak, dan berlendir. Perkawinan dilakukan dengan perbandingan 2:1. Setiap dua ekor domba betina dikawinkan dengan satu ekor penjantan. Perkawinan dibiarkan
terjadi secara alami dalam waktu 48 jam. Setelah dikawinkan, induk domba dipisahkan dari pejantan dan dipelihara dalam kandang secara kelompok sesuai
dengan perlakuan. Diagnosis kebuntingan menggunakan peralatan USG dilakukan 40 hari pasca perkawinan. Selanjutnya, pencekokan formula jamu veteriner dilakukan
sekali setiap minggu hingga mencapai masa partus.
3.6. Pengukuran Bobot Badan Anak Domba