manajemen yang bekerjasama dengan PT. Pahala Kencana membuka usaha jasa penjuaan tiket dan jasa pengiriman barang.
4.3. Pasar dan Persaingan
Usaha pembiayaan sempat goyah saat krisis moneter, pada tahun 1997. Industri leasing ikut terkena dampaknya karena dinilai jadi
perpanjangan tangan dari pelanggaran BMPK [Batas Maksimum Pemberian Kredit]. Kondisi ini membaik semakin berkembang selama
2002. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia APPI pada tahun 2001 perusahaan pembiyaan meraup laba Rp1,84
triliun, melonjak dari posisi setahun sebelumnya yang desifit Rp118,963 miliar. Nilai kegiatan usaha pembiayaan dalam enam bulan pertama tahun
2002 diperkirakan mencapai Rp18 triliun-Rp20 triliun. Artinya, dana kelola sebanyak itu yang diperoleh pada tahun lalu. Dari segi prospek,
sejumlah kalangan menilai pembiayaan sepeda motor jauh lebih menarik dibandingkan mobil. Adira merupakan contoh sukses pembiyaan motor
yang kini mencapai Rp3 triliun. WOM Finance pun mendekati jumlah tersebut. Jika melihat tren yang ada, penjualan motor terus meningkat
sejak 1999. Dari sejumlah merek yang ada yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Vespa, dan lainnya, Honda menguasai 57 pangsa pasar pada 2002.
Artinya, dari penjualan motor sebanyak 2,3 juta unit, Honda mampu menjual mendekati 1.500 unit. Pemain utama di industri sepeda motor
nasional adalah FIF, Adira Finance, WOM Finance, PT Sasana Multi Artha Finance, PT Busan Finance, dan PT Indomobil Finance Indonesia
Subiantoro, 2003 Selain itu, juga termasuk pembiayaan kendaraan melalui Adira
Finance dan kredit pembiayaan perlengkapan rumah tangga dan elektronik melalui Adira Kredit. Pembiayaan untuk motor dan mobil naik Rp 1,48
triliun atau 9 menjadi Rp 17,95 triliun. Segmen pasar pembiayaan beragam, dari pembiayaan kartu kredit
hingga pembiayaan perumahan. Pembiayaan otomotif lebih dikenal masyarakat sebagai leasing, yaitu tempat untuk meminjamkan uang
dengan jaminan BPKB dan seiring akan tuntutan masyarakat akan kendaraan bermotor semakin banyak pula perusahaan-perusaaan leasing
yang berdiri. Karena keterbatasan data maka digunakan majalah infobank edisi Agustus 2007 yang melakukan rating terhadap perusahaan leasing
yang bergerak untuk pembiyaan kendaraan motor antara lain : Otomuliartha, Summit Oto Finance, Trihamas Finance, Dipo Star Finance,
Tunas Financido Sarana,U Finance Indonesia, Tiga Berlian Auto Finance, Astra Auto Finance dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan diatas yang memiliki segmentasi pasar yang sama dengan PT. Tamsan Dharma, akan terbentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 9. Perbandingan Kondisi PT. Tamsan Dharma dengan Perusahaan Leasing Sejenis Lainnya
Nama Perusahaan Aset total Pembiayaan
Kewajiban Modal disetor Modal sendiri Labarugi bersih
Rp juta Rp juta
Rp juta Rp juta
Rp juta Rp juta
Otomultiartha
9.866.963 7.341.280 7.872.849 396.599 1.994.014
405.088
Summit Oto Finance
6.871.001 4.974.860 4.869.122 945.179 2.001.879
81.081
Trihamas Finance
1.151.006 1.063.070 1.022.856 12.000
128.150 35.847
Dipo Star Finance
6.273.190 4.948.292 5.404.891 100.000
868.299 200.824
Tunas Financido Sarana
2.347.436 1.715.359 1.977.731 250.000
369.705 116.914
U Finance Indonesia
1.500.029 1.269.854 1.291.825 163.000
208.204 20.171
Tiga Berlian Auto Finance
722.663 645.674
296.600 100.000
426.063 53.846
Astra Auto Finance
723.219 609.529
587.803 25.000
135.416 36.673
PT. Tamsan Dharma
5.002 3.956
2.776 780
983 -427
Sumber : Majalah Infobank, Edisi Agustus 2007
Terlihat dari tabel diatas baik dari total aset hingga laba rugi bersih tahun yang sama, angka-angka yang dimiliki oleh PT. Tamsan Dharma
dibawah dari kondisi yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan leasing besar tersebut diatas. Namun terlihat juga bahwa semakin besar pembiayaan
yang diberikan semakin besar pula laba yang diperoleh tergantung dari kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan piutang. Hal ini juga
tentunya berhubungan dengan target yang dikejar PT. Tamsan Dharma
dimana nilai pembiayaan yang dberikan tergantung kepada jumlah modal ataupun dana yang dimiliki untuk disalurkan. PT. Tamsan Dharma tidak
memiliki target yang spesifik karena ketika dana segar datang dari pihak ketiga cair, perusahaan mampu menyalurkannya dalam waktu yang singkat.
Contohnya ketika mendapatkan dana dari bank “x” sebesar 2 Milyar rupiah sebanyak 1,8 Milyar langsung disalurkan kepada salah satu perusahaan
otomotif terbesar di Jakarta. Namun kesulitan terjadi pada tahun 2006, ketika salah satu nasabah besar PT. Tamsan Dharma kesulitan untuk
melakukan pembayaran angsuran dan ketika itu harga mobil sudah berada jauh di bawah nilai pembiayaannya. Pada akhirnya kendaraan ditarik dan
sebelum dijual kendaraan tersebut dioperasikan dan dikelola sendiri oleh PT. Tamsan Dharma, namun tidak berhasil sehingga menimbulkan kerugian
yang sangat besar dan juga menimbulkan ketidakpercayaan dari pihak bank untuk menambah pinjaman baru.
4.4. Kajian Strategi Perusahaan 4.4.1. Kajian Strategi Internal Perusahaan