Kelompok D memiliki daya hidup yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok ayam yang lain. Hal ini dikarenakan reaksi tubuh ayam yang
ditimbulkan setelah vaksinasi pada umur 14 hari sangat kecil, sedangkan umur ayam yang lebih muda khususnya umur 1 hari akan menimbulkan reaksi yang
semakin kuat pascavaksinasi. Reaksi yang ditimbulkan yaitu demam, penurunan produksi dan penurunan kesehatan. Selain itu vaksinasi yang diberikan pada saat
status maternal antibodi masih sangat tinggi akan menyebabkan imunosupresi yaitu tekanan terhadap immunity response yang menyebabkan tingginya kepekaan
terhadap penyakit Prabowo 2003. Persentase daya hidup dapat dikaitkan dengan penyebab kematian.
Kematian pada ayam dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kekerdilan, status pemeliharaan dan penurunan kekebalan tubuh. Dapat dikatakan ayam yang
berumur muda lebih peka terhadap kondisi lingkungan dan penyakit serta memiliki respon stres yang tinggi setelah vaksinasi. Menurut Williamson dan
Payne 1993, jumlah kematian ayam broiler tidak akan mencapai 4 atau tingkat hidup diatas 96 sampai umur 7 minggu pada pemeliharaan ayam yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok ayam yang divaksinasi pada umur 2 minggu memiliki tingkat hidup yang tinggi lebih dari 96, sedangkan
kelompok ayam yang divaksinasi pada umur muda kurang dari 2 minggu hasilnya lebih buruk kurang dari 96.
4.2. Konsumsi Pakan
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Konsumsi pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai bahan bagi
terbentuknya material jaringan dalam tubuh untuk pembentukan daging dan telur Suprijatna et al. 2008. Total konsumsi pakan ayam per minggu dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 . Total Konsumsi Pakan Ayam per Minggu
Kelompok Total konsumsi pakan ayam Kg pada minggu ke-
1 2
3 4
5 6
7 A
44.0 153.0
337.0 610.0
921.0 1261.0
1660.0 B
44.0 154.4
340.4 617.2
934.3 1228.8
1628.9 C
44.0 152.7
335.9 608.5
921.4 1211.4
1612.2 D
44.0 152.8
336.3 609.5
921.4 1210.8
1602.1 E
44.0 159.5
341.0 618.9
937.5 1227.5
1630.0 Keterangan : A= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-1
B= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-7 C= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-10
D= Kelompok ayam yang divaksin pada hari ke-14
E= Kelompok ayam yang tidak diberi vaksin
Rata-rata konsumsi pakan setiap minggunya dari masing-masing kelompok yang diperoleh semakin besar karena makin tua umur ayam maka
jumlah pakan yang dikonsumsi semakin meningkat, hal ini sesuai dengan pernyataan Anggoroardi 1976 bahwa konsumsi ayam broiler akan terus
mengalami peningkatan dari minggu pertama hingga minggu terakhir. Peningkatan atau penurunan konsumsi pakan dipengaruhi pula oleh umur, bobot
ayam, lingkungan dan kondisi ayam itu sendiri.
4.3. Bobot Badan Ayam Pedaging
Bobot badan ayam pedaging merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan komoditas utamanya. Nilai yang diperoleh pada saat
percobaan, ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 . Rata-rata Bobot Badan Ayam Broiler per Minggu
Kelompok Rata-rata Bobot badan kg pada minggu ke-
1 2
3 4
5 6
7 A
0.16 0.34
0.69 1.25
1.89 2.12
2.77
a
B 0.14
0.30 0.62
1.16 1.75
2.11 2.96
ab
C 0.15
0.29 0.67
1.27 1.75
2.12 2.94
ab
D 0.15
0.35 0.75
1.35 1.87
2.46 3.11
b
E 0.16
0.34 0.65
1.32 1.80
2.35 3.11
b
Keterangan: Perbedaan huruf superskrip diatas menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5
1 2
3 4
5 6
7
N il
ai rat
a -r
at a
bob ot
bad an
A B
C D
E
Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p=0.012. Berarti pada alpha 5 dapat disimpulkan ada perbedaan bobot badan ayam broiler diantara kelima
kelompok. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa terdapat persamaan antar kelompok A dengan kelompok B dan C, sedangkan kelompok A memiliki
perbedaan yang nyata dengan kelompok D dan E. Kelompok B, C dan D memiliki huruf superskrip yang sama dengan kelompok E. Hal ini menunjukkan
bahwa kelompok B, C dan D tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan kelompok E, yang artinya kelompok B, C dan D memiliki kualitas performa yang
hampir sama dengan kelompok E. Diantara kelompok B, C dan D, kelompok yang memiliki nilai yang relatif sama dengan kelompok E adalah kelompok D. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok D memiliki kualitas performa yang paling baik diantara ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa bobot badan ayam pada kelompok D menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan bobot
badan ayam pada kelompok A, B dan C. Bobot badan ayam terendah terjadi pada kelompok A. Hasil penelitian ini tersaji dalam grafik pada Gambar 4.
Gambar 4 . Grafik Bobot Badan Ayam Broiler selama Tujuh Minggu.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok D memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ayam yang lain terutama
kelompok A. Kelompok D memiliki kondisi fisiologis ayam yang baik, sedangkan pada kelompok A menunjukkan hasil yang buruk. Hal ini dikarenakan pada
kelompok A yaitu ayam umur 1 hari mengalami kondisi stres yang akan mengakibatkan peningkatan sekresi adeno-corticotropic hormone ACTH oleh
kelenjar pituitari. Efek utama dari peningkatan ACTH adalah menurunnya laju metabolisme secara umum, termasuk menurunnya penyerapan kuning telur akan
memberikan akibat buruk pada perkembangan ayam selanjutnya, yaitu gangguan kecukupan nutrisi pada awal kehidupan yang akan menyebabkan keterlambatan
tumbuh pada ayam Unandar 2009. Rata-rata bobot badan pada kelompok B dan C menunjukan hasil yang baik karena pada umur ayam setelah 7 hari maternal
antibodi rendah sehingga pada saat diberikan vaksinasi, reaksi yang ditimbulkan pasca vaksinasi tidak terlalu mempengaruhi konversi pakan.
Vaksin diberikan berdasar pada status kekebalan umur ayam untuk menghindari ternetralisasinya antibodi anak ayam asal induk dengan antigen
dalam vaksin Weaver 2002. Anak ayam yang baru menetas memiliki antibodi maternal yang diturunkan dari induknya. Antibodi pada anak ayam diberikan
induk melalui transmisi lewat telur. Antibodi yang tinggi pada ayam yaitu Imunoglobulin Y IgY Larsson et al. 1993. Penghambatan antibodi maternal
berlangsung sampai antibodinya habis yaitu sekitar 10-20 hari setelah menetas Tizard 1987.
Keberhasilan vaksin ditentukan oleh empat faktor, yaitu kesehatan unggas, status nutrisi unggas, sanitasi lingkungan dan sistem perkandangan yang
baik, serta ketepatan program pemberian vaksin. Kegagalan vaksin dapat terjadi karena hal-hal berikut ini: anak ayam masih memiliki kekebalan yang berasal dari
induk umur 0-3 hari, anak ayam yang mengidap penyakit gumboro sehingga organ kekebalannya tidak berfungsi, dan faktor keturunan Suprijatna et al. 2005.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok ayam yang berumur satu hari masih memiliki maternal antibodi yang akan mempengaruhi kegagalan pemberian
vaksin. Ayam dengan antibodi asal induk maternal antibodi yang cukup tinggi jika divaksin tidak akan membentuk antibodi pasca vaksinasi yang tinggi. Hal ini
terjadi karena vaksin yang diberikan secara cepat akan dinetralisir oleh maternal antibodi. Selain itu kondisi stres juga sangat mempengaruhi kesehatan unggas
yang dapat mempengaruhi pula pada status keberhasilan vaksin. Stres ini
ditimbulkan salah satunya pada saat pengangkutan atau transportasi dari tempat asal menuju kandang percobaan serta penempatan di kandang yang baru.
Cara pemberian vaksin juga berpengaruh pada keadaan fisiologis ayam. Vaksinasi yang digunakan adalah vaksinasi inaktif yang diberikan melalui rute
sub cutan, hal ini bertujuan agar vaksin dan adjuvant dapat disimpan pada jaringan lemak yang banyak terdapat di sub cutan sehingga dapat dilepaskan
sedikit demi sedikit dan memberikan kekebalan yang lebih lama. Aspek positif dari vaksin inaktif berdasarkan pengalaman kasus di Hongkong adalah proteksi
klinis luas yaitu dapat digunakan untuk semua spesies unggas, aman, standar vaksin mudah dikontrol serta tidak direkomendasikan untuk ayam sebelum
berumur 8-10 hari. Aspek negatifnya, konsentrasi virusnya tidak distandarisasi, berisiko bila menggunakan vaksin high pathogenic, diperlukan booster dan
monitoring lebih kompleks dengan antibody berbeda-beda untuk AGPT, HA dan ELISA Rahardjo 2004. Alasan lain dipilih rute sub cutan yaitu struktur sub
cutan yang banyak mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe sehingga dapat mempercepat reaksi respon imun.
4.4. Rasio Konversi Pakan RKP