PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan pangan asal hewan sebagai sumber protein hewani juga mengalami
peningkatan. Peningkatan kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan peningkatan penyediaan sumber protein hewani yang meliputi daging, telur dan susu. Salah
satu bahan pangan yang penting adalah daging. Daging yang sering dikosumsi oleh masyarakat adalah daging ayam, hal ini dikarenakan daging ayam memiliki
kualitas protein yang tinggi dan rendah lemak Scanes et al. 1992. Harga daging ayampun relatif terjangkau dibandingkan dengan daging lainnya dan daging ayam
cukup mudah diolah menjadi produk olahan bernilai tinggi. Selain itu daging ayam dapat dikonsumsi oleh semua jenis golongan budaya dan agama, seperti
India yang mengharamkan mengkonsumsi daging sapi serta agama Islam dan Yahudi yang mengharamkan mengkonsumsi daging babi Scanes et al. 1992.
Peningkatan permintaan daging ayam di masyarakat ini membuat para ahli genetik menciptakan ayam yang pertumbuhannya cepat dan mempunyai konversi
pakan yang cukup efisien Amrullah 2004. Ayam ras pedaging yang merupakan hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan sekelompok ayam dalam satu
keluarga. Keturunan ayam yang memiliki pertumbuhan cepat dipilih untuk dilakukan seleksi lagi, lalu ayam yang telah diseleksi tersebut dikawinkan
sesamanya dan demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh yang disebut ayam pedaging. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging
atau lebih hanya dalam waktu 30 hari Amrullah 2004. Namun di sisi lain, rekayasa genetik tersebut menyebabkan ayam menjadi lebih mudah stres dan
mudah terserang penyakit. Usaha pencegahan, pengobatan penyakit, dan peningkatan kekebalan tubuh untuk stimulasi pembentukan antibodi sangat
diperlukan sehingga dapat meningkatkan kesehatan ayam. Timbulnya penyakit dapat meningkatkan biaya manajemen dan dapat
menjadi penyebab utama penurunan produksi ternak. Salah satu penyakit yang merugikan peternakan khususnya peternakan unggas adalah penyakit Avian
influenza AI atau sering disebut dengan Flu burung. Flu burung adalah penyakit
menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtype H5N1. Virus AI termasuk dalam famili orthomyxoviridae dan merupakan virus
segmented negatif-sense RNA. Virus ini dikelompokkan menjadi 5 genera, yaitu influenza tipe A, B, C, Isavirus, dan Thogotovirus. Virus influenza tipe A sangat
penting dalam menginfeksi unggas dan mamalia dibandingkan dengan virus influenza tipe yang lainnya Suarez dan David 2008. Virus AI dapat menginfeksi
spesies unggas domestik dan liar termasuk kedalamnya yaitu ayam, kalkun, bebek dan burung merak.
Manifestasi klinis pada ayam dimulai dari infeksi yang bersifat asimptomatik sampai yang bersifat fatal. Virus AI yang termasuk Highly
Pathogenic memiliki kemampuan virulensi yang tinggi dan seringkali menyebabkan kematian hingga 100 pada kandang yang terinfeksi CIDRAP
2008. Hal ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi para peternak. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif untuk mencegah adanya
kerugian. Langkah utama peternak untuk meredam wabah tersebut adalah dengan
menerapkan sembilan strategi pencegahan yang dikenal dengan sembilan strategi. Kesembilan strategi tersebut meliputi peningkatan biosekuriti, program vaksinasi,
depopulasi pemusnahan terbatas di daerah tertular, pengendalian lalu lintas unggas, produk dan limbahnya, surveillance dan penelusuran penyebaran AI,
pengisian kandang kembali, stamping out pemusnahan menyeluruh di daerah tertular, monitoring dan evaluasi. Program vaksinasi dilakukan atas dasar
pertimbangan tingkat kejadian penyakit atau untuk mengantisipasi mengganasnya agen penyebab penyakit tertentu di suatu lokasi peternakan. Selain itu diperlukan
biosekuriti yang ketat serta tata laksana peternakan yang tepat untuk mencegah serangan virus AI
Ditjenak 2006 .
Vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme dan parasit yang sifat patogenitasnya telah dihilangkan terlebih dahulu dan digunakan untuk
merangsang pembentukan sistem kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Program vaksinasi ayam pedaging biasanya diberikan berdasarkan pada status
kekebalan ayam umur tertentu untuk menghindari ternetralisasinya antibodi anak
ayam asal induk dengan antigen dalam vaksin Weaver 2002. Vaksinasi yang digunakan pada pencegahan penyakit AI yaitu vaksin inaktif.
Jumlah konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan menjadi tolok ukur keberhasilan peternakan. Tingkat konversi pakan yang rendah berarti
mencerminkan keberhasilan peternakan itu, dan sebaliknya feed conversion ratio FCRrasio konversi pakan RKP yang tinggi berarti keberhasilannya rendah
Jahja et al. 2000. Konversi pakan mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum yang berkualitas terhadap pertumbuhan bobot badan.
Selain RKP, parameter lain yang dapat mengukur keberhasilan peternakan yaitu indeks performa IP. Besaran IP dipengaruhi oleh bobot badan, persentase daya
hidup, RKP dan umur panen rata-rata Fadilah 2009. Pemberian vaksin atau pemasukan agen patogen yang dilemahkan mampu
memberikan pengaruh stres bagi hewan yang divaksinasi. Efek respon stres dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan pada ayam karena respon stres ini akan
meningkatkan suhu tubuh ayam sehingga panas yang dibutuhkan untuk menjaga panas tubuh berkurang dan ayam akan mengurangi konsumsi pakannya Amrullah
2004. Kondisi ini dapat mempengaruhi nilai IP yang menunjukkan baik atau buruknya performa ayam pada saat dipanen.
Waktu pemberian vaksin dapat mempengaruhi kondisi ayam broiler dan dapat mempengaruhi keberhasilan tingkat produksi pada masa panen. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui waktu yang terbaik untuk melakukan vaksinasi khususnya AI pada ayam broiler.
1.2. Tujuan Penelitian