Pembuatan Sensor kadar air tanah Pemasangan sensor dan pengukuran

III. METODOLOGI

3.1. Daerah Kajian Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 0 44’48.12” - 0 45’7.08” LU dan 100 27’29.2” - 100 28’28.8” BT. Lokasi perkebunan terletak dekat garis khatulistiwa dan berada pada ketinggian antara 80 m - 130 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata- rata selama lima tahun terakhir sebesar 3.042 mmtahun. Secara administrasi lokasi penelitian termasuk wilayah Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu, Propinsi Riau.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi dengan pengambilan data primer di perkebunan kelapa sawit P.T SAWIT ASAHAN INDAH. Waktu penelitian terdiri dari pembuatan sensor kadar air tanah di Workshop Instrumentasi Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB pada bulan April - Mei 2011. Pemasangan alat dan pengambilan data di blok 17 dan 18 P.T SAWIT ASAHAN INDAH, ASTRA GROUP pada bulan Juni – Agustus 2011. Penelitian ini dilanjutkan dengan pengolahhan data di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor sampai bulan Desember 2011.

3.2. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan alat ukur impedansi tanah dan lahan perkebunan kelapa sawit. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat berat excavator, bor tanah, kantong plastik, timbangan, label, oven, patok, toples, sensor kadar air tanah, baterai 9 volt, alat tulis, Digital Multimeter, GPS Global Positioning System, Surfer 8, Ms Office 2007.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran kadar air tanah menggunakan sensor impedansi listrik pada blok 18 perlakuan dan blok 17 kontrol. Penelitian ini merupakan bagian penelitian payung Manajemen Air Hujan yang dilakukan oleh PT Astra Agro Lestari, Tbk. di Riau dan Kalimantan Tengah pada areal sekitar 400 ha .

3.3.1 Pembuatan Sensor kadar air tanah

Sensor yang digunakan untuk mengukur kadar air tanah pada penelitian ini dibuat dari elektroda berbahan alumunium atau logam. Elektroda tersebut dirangkai pada sebuah PVC sebanyak sebelas titik sesuai dengan jumlah titik pengukuran 0-10, 10-20, 20-40, .... 180- 200 cm. Pada setiap titik terdapat 4 buah elektroda yang dirangkai dan tidak bersentuhan satu sama lain. Setiap titik yang memiliki 4 buah elektroda ini, didesain agar mendapatkan pengulangan data pada setiap titik pengukuran, sehingga setiap titik sensor didapatkan 6 kali pengukuran Gambar 1. Sensor ini dalam penggunaan di lapangan dirangkaikan dengan perangkat pendukung yang terdiri dari perangkat elektronik pengukur impedansi listrik, peraga digitaldigital multimeter dan catu daya baterai 9 volt. Gambar 1 Sensor kadar air tanah. 3.3.2. Perlakuan Teknik Konservasi Air Perlakuan dilakukan dengan pembuatan rorak berukuran panjang 9 meter, lebar 1 meter, dan kedalaman 1 meter volume 9 m 3 dengan menggunakan alat berat excavator pada blok perlakuan Gambar 2. Rorak dibuat mengikuti kontur lahan dan dibuatkan tali air atau laju air larian permukaan yang diarahkan, agar air hujan yang jatuh pada lahan dapat terkumpul ke dalam rorak tanpa banyak mengalami hambatan dan tertampung secara maksimal. Gambar 2 Rorak konservasi air. Jarak pembuatan rorak pada lahan adalah dua pokok tanaman sawit. Tanah dari penggalian dibuang dan ditimbun di dekat rorak mengikuti arah kemiringan lahan, sehingga air yang tertampung dalam rorak dapat tertahan apabila volume air yang mengisi rorak melebihi kapasitas volume maksimum.

3.3.3. Pemasangan sensor dan pengukuran

kadar air tanah Sensor sebanyak 25 buah dipasang pada setiap blok pengamatan Gambar 3. Pada blok perlakuan, sensor dipasang sejajar dengan jarak 1 meter setiap sensor di antara rorak perlakuan di area pertanaman kelapa sawit. Sedangkan pada blok kontrol, sensor dipasang serupa tanpa ada rorak Gambar 4. a b Gambar 3 Desain plot pemasangan sensor a kontrol, b Perlakuan. Keterangan : : Rorak : Sensor KAT X : Pokok Sawit Pemasangan sensor kadar air tanah dilakukan dengan terlebih dahulu menggali lubang sedalam dua meter pada titik-titik pengamatan dengan menggunakan bor tanah. Gambar 4 Skema sensor blok perlakuan. Tanah yang dibor pada setiap kedalaman pengamatan dipisahkan sesuai dengan kedalamanya 0-10, 10-20, 20-40, .... 180-200 cm. Sensor kemudian dimasukkan ke dalam lubang beserta tanah yang sudah dipisahkan sesuai dengan urutan kedalaman secara bertahap dan dipadatkan kembali. Setelah pemasangan sensor, pengukuran dilakukan setelah dua minggu pemasangan agar tanah dan elektroda dapat lebih menyatu sehingga data yang didapatkan lebih akurat. Pengukuran dilakkukan secara periodik satu kali setiap minggu pada blok kontrol dan perlakuan.

3.3.4. Kalibrasi data kadar air tanah