Ketinggian Tempat Suhu, Kelembaban Udara dan Angin Ketersedian Air Tanaman

tidak bercabang dan berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm, tinggi batang dalam pembudidayaan kurang lebih 15-18 m dan tergantung pada keadaan lingkungan Mansjur 1980. Tanaman kelapa sawit berdaun majemuk dengan panjang pelepah daun mencapai 9 m dengan panjang helai daun mencapai 1,2 m berjumlah 100-160 pasang Siregar 1998. Pertumbuhan pelepah daun untuk tanaman dewasa berumur 8-14 tahun berkisar 20-25 pelepah, sedangkan jumlah pelepah yang dipertahankan dalam budidaya kelapa sawit sekitar 40-56 pelepah Hartley 1977 dalam Siregar 1998 . Buah sawit matang 5-6 bulan setelah penyerbukan, tergantung pada umur bibit ditanam, kesuburan tanah, iklim dan teknik budidaya selama proses pertumbuhan dan perkembangan Pahan 2010. Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah. Buah muda kelapa sawit berwarna hijau berubah menjadi merah jingga sewaktu buah telah matang dan pemanenan dapat dilakukan apabila lebih dari 10 buah matang telah berjatuhan dari tandan Fauzi et al. 2002. 2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.2.1. Curah Hujan Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada wilayah iklim tropis 15 LU – 15 LS dengan curah hujan paling sedikit 150 mmbulan atau berkisar 1700-3000 mmtahun atau sebesar 5-6 mmhari Tui 2004 dalam Murtilaksono et al. 2007. Periode kering tanpa hujan selama 3 bulan berturut-turut mempengaruhi produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur dapat gagal masak Sastrosayono 2006. Berdasarkan penelitian Harahap dan Latif 1998, apabila tidak terjadi hujan selama tiga dan enam bulan mengakibatkan penurunan hasil produksi dari produksi normal secara berurutan sebesar 8- 9 dan 21-23. 2.2.2. Radiasi Matahari Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas radiasi matahari yang cukup tinggi. Menurut Setyamidjaya 1991 kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari yang cukup, pertumbuhan dan produksi bunga betina akan mengalami penurunan. Radiasi matahari diperlukan untuk produksi karbohidrat dalam proses asimilasi dan pemicu pembentukan bunga dan buah Fauzi et al. 2002. Menurut Pahan 2010, produksi Tandan Buah Segar TBS per tahun dipengaruhi oleh lama penyinaran matahari. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jamhari dengan kondisi kelembaban udara 80 Fauzi et al. 2002.

2.2.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 0-500 meter di atas permukaan laut Setyamidjaja 1991. Pahan 2010 mengatakan pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, di daerah sekitar garis khatulistiwa tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah.

2.2.4. Suhu, Kelembaban Udara dan Angin

Suhu, kelembaban udara dan angin adalah faktor cuaca yang berperan penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit Setyamidjaja 1991. Secara umum kelapa sawit menghendaki suhu optimum sekitar 28 C pada masa pertumbuhan, sedangkan produksi TBS yang tertinggi didapatkan dari daerah dengan rata-rata suhu tahunan berkisar 25-27 C Pahan 2010. Kelembaban udara yang optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit berkisar 80-90, kelembaban udara dibutuhkan tanaman sawit untuk mengurangi penguapan Tim Penulis PS, 1999. Kelembaban udara juga memiliki peranan penting dalam pendugaan tingkat serangan hama dan penyakit tanaman Handoko 1994. Fauzi et al. 2002 menambahkan, disamping suhu dan kelembaban udara, peranan angin sangat dibutuhkan untuk proses penyerbukan alamiah dan kecepatan angin sebesar 5-6 kmjam sangat baik untuk membantu penyerbukan pada tanaman kelapa sawit.

2.2.5. Ketersedian Air Tanaman

Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe perakaran dangkal sehingga tidak toleran terhadap cekaman kekeringan yang akan membatasi pertumbuhan dan produksi Mathius et al. 2001. Jumlah air yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit paling sedikit 5-6 mmhari Murtilaksono et al. 2007. Apabila terjadi kekeringan dapat menyebabkan penurunan laju fotosinetis dan distribusi asimilat terganggu sehingga berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif Balitklimat 2007. Kekurangan ketersediaan air pada tanaman sawit tidak hanya berpengaruh negatif terhadap produksi pada tahun di saat terjadi kekeringan, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap produksi di tahun setelah kekeringan Marni 2009. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan relatif lama sampai mencapai keadaan normal Sitanggang 2010. Oleh karena itu, ketersediaan air sepanjang tahun pada tanaman kelapa sawit harus tetap terjaga sehingga proses pertumbuhan serta produksi tidak terganggu. 2.3. Teknik Konservasi Air Prinsip teknik konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran yang tepat, sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan dan terdapat cukup air pada musim kemarau Arsyad 2000. Agus dan Ruijter 2004 menambahkan, penerapan teknik konservasi baik dilakukan pada daerah yang memiliki; 1 daya serap atau infiltrasi rendah, 2 bulan kering lebih dari tiga bulan berturut-turut, 3 curah hujan sangat tinggi pada musim dan 4 memiliki kemiringan lahan yang besar. Penerapan teknik konservasi air yang umum diterapkan pada perkebunan kelapa sawit adalah dengan pembuatan rorak. Menurut Agus dan Ruijter 2004, rorak adalah parit kecil yang digunakan untuk menampung sebagian aliran permukaan dan curah hujan. Air yang masuk kedalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap kedalam tanah sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi. Teknik konservasi air ini dirancang untuk meningkatkan air yang masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi dan pengisian kantong- kantong air di daerah cekungan serta mengurangi kehilangan air melalui limpasan. Untuk mencapai kedua hal tersebut upaya- upaya konservasi air yang dapat diterapkan adalah teknik pemanenan air water harvesting dengan pembutan rorak dan teknik pengelolaan kelengasan tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman Subagyono et al. 2004.

2.4. Air dan Tanah