Manfaat Penelitian Kerangka Konseptual

dari tiga penerbit yang berbeda yaitu Erlangga, Yudistira dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang sempat menuai kecaman di kalangan masyarakat karena dianggap melakukan pembodohan publik dan menanamkan radikalisme, intoleransi dan kekerasan. 11

BAB II TIPOLOGI PEMIKIRAN ISLAM, TOLERANSI DAN DEMOKRASI

A. Tipologi Pemikiran Islam 1. Islam Radikal

a. Konsep Islam Radikal

Dalam kamus bahasa Indonesia, radikalisme berasal dari dua kata yakni radikal dan isme. Radikal berarti akar, pangkal dan dasar. KBBI, 1995: 808 Sedangkan isme berarti paham. Dengan demikian, maka radikal dapat diartikan paham yang mendasar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; serta sikap ekstrim dalam aliran politik. KBBI, 1995: 808 Radikalisme dalam bahasa arab, disebut tatharruf yang artinya tidak ada keseimbangan karena tindakan melebih-lebihkan atau mengurangi. Disamping kata tatharruf, radikalisme sering pula disebut ghuluw. Ghuluw dalam beragama berarti sikap kasar dan kaku dalam melewati batasan yang diperintahkan dan ditentukan dalam syari’at.Yusuf Qardhawy, 2001: 11 Menurut Azyumardi Azra, radikal adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perubahan sosial maupun politik dengan cepat dan menyeluruh dengan menggunakan cara-cara kekerasan dan tanpa kompromi. Azra, 2002: 112 Sedangkan menurut Agus SB, radikalisme merupakan paham politik yang menghendaki perubahan ekstrim sesuai dengan pengejawantahan ideologi yang mereka anut. Agus SB, 2016: 47 Melihat perkembangan radikalisme saat ini, maka dapat dikatakan bahwa pendapat Azra dan Agus tidak sepenuhnya benar. Radikalisme tidak sepenuhnya dapat diartikan sebagai paham yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perubahan sosial maupun politik dengan cepat dan menyeluruh, ataupun dikatakan sebagai paham yang menggunakan cara-cara kekerasan. Karena dalam perkembangannya, kelompok radikal memilih cara-cara lain seperti melalui jalur dakwah ataupun jalur politik untuk menanamkan ideologinya. Perubahan-perubahan yang terjadipun tidak cepat dan menyeluruh akan tetapi bertahap. Menurut Simon Tormey sebagaimana dikutip Najib Azca, radikalisme adalah ideologi yang mempersoalkan atau menggugat sesuatu atau segala sesuatu yang dianggap mapan, diterima, atau menjadi pandangan umum. Azca, 2012: 24- 25. Seperti mempersoalkan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara karena dipandang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Padahal jika ditelisik lebih jauh tidak satupun isi dari Pancasila yang bisa dianggap bertentangan dengan syari’at Islam. Menurut Penulis, Pancasila jelas merupakan cerminan dari syari’at Islam. Pendapat penulis sejalan dengan pendapat Soetrino Hadi bahwa Pancasila sejalan dengan syari’at Islam. Kesesuaian Pancasila dengan syari’at Islam dapat dilihat dari sila pertama yang mencerminkan aqidah Islam. Sedangkan sila kedua hingga sila kelima adalah cerminan dari akhlak dan syari’ah. Dengan demikian, kita tidak perlu memilih untuk menggunakan atau meninggalkan salah satu dari keduanya karena keduanya sejalan satu sama lain. Hadi, 2014: 231 Adapun yang dimaksud dengan radikalisasi yaitu proses perubahan di mana kelompok mengalami transformasi ideologi atau perilaku yang mengarah pada penolakan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara menuntut untuk dilakukannya revolusi di bidang politik dengan jalan kekerasan. Anshour, 2009: 6 Contohnya: