Konsep Liberal Analisis Muatan Radikalisme Dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA

barat, terjadinya proses sekularisasi pendidikan Islam serta kebuntuan Islam dalam merespon berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. Qodir, 2010: 115 Berbeda dengan Qodir, menurut Khalimi, munculnya gerakan Islam liberal sebagai rekasi atas bangkitnya Islam radikal, fundamentalis, atau ekstrimis yang anti barat dan masih memegang teguh ajaran dakwah dan jihad. Khalimi, 2010: 213 Pembaharuan pemikiran Islam liberal terus berkembang termasuk di Indonesia, adapun beberapa nama intelektual Islam liberal di Indonesia yaitu Nurcholis Majid, Ulil Abshar Abdalla, Musdah Mulia, Ratna Megawangi dan lain- lain. Sebagai tokoh dan pemikir Islam, kehadiran mereka ikut memberikan kontribusi besar terhadap berkembangnya pemikiran Islam liberal di Indonesia. Adapun wacana-wacana yang mereka usung yaitu pluralisme, toleransi, kesetaraan gender dan lain-lain. Meski wacana yang mereka usung baik akan tetapi tidak sedikit yang menuduh mereka sebagai antek-antek barat hal ini disebabkan karena gerakan demokratisasi merupakan bagian dari kampanye Amerika kepada negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Qodir, 2010: 114-120 D.Toleransi dan Demokrasi Pada dasarnya, agama memuat esensi berupa tuntutan hidup damai secara komprehensif, termasuk kehidupan yang penuh toleransi dalam masyarakat yang plural. Dalam kaidah-kaidah kehidupan beragama, terdapat tuntutan hidup yang harmonis dalam realitas kehidupan yang plural. Dalam rangka membangun toleransi dan demokrasi di negara yang plural Rufaidah, 2008: 29 seperti ini, pemerintah dan seluruh praktisi pendidikan perlu memberikan perhatian penuh terhadap ajaran agama yang bisa mendorong tumbuhnya sikap tumbuhnya sikap toleran dalam diri siswa khususnya dalam materi pendidikan agama Islam dan kewarganegaraan. Pelajaran agama dalam masyarakat yang plural seperti bangsa Indonesia, hendaknya lebih menekankan kepada materi pelajaran kontekstual dan toleran untuk saling menghormati perbedaan. Menanamkan sikap toleransi dan saling menghargai antar umat beragama sangat mungkin dilakukan melalui materi pelajaran agama dan kewarganegaraan. Sebab, pintu gerbang pengajaran adalah sarana yang paling baik untuk menumbuhkan semangat toleransi. Dalam menanamkan semangat toleransi dalam diri siswa, setidaknya perlu digalangkan upaya dialog agama serta diupayakan penguatan materi toleransi beragama. Rufaidah, 2008: 29 Materi toleransi mutlak diperlukan dalam memberikan alternatif pemikiran dalam rangka menyiapkan relitas kemajemukan, baik dalam lingkup intra agama maupun antar agama. Paham keagamaan sejak dahulu merupakan paham yang bersifat dinamis dan sistesis. Hampir tidak ada paham keagamaan yang bersifat otoriter, karena itu, para ulama senantiasa mengakhiri pendapatnya dengan ungkapan wallahu a’lam bi al-shawab sebagai tanda sikap rendah hati dan asketis bahwa yang maha benar dan maha tahu hanyalah Allah. Misrawi, 2007: 226 Dalam skala yang lebih luas, materi toleransi beragama sejatinya dapat menyentuh tiga wilayah. Pertama; pada level diskursus keagamaan. Dalam hal ini, harus dimunculkan kesadaran massif bahwa hakikatnya agama membawa pesan toleransi, perdamaian dan anti kekerasan. Misrawi, 2007: 226 Pesan toleransi dalam Alqur’an diantaranya: 1. Adanya kebebasan beragama Allah Swt berfirman dalam Q.S al-Kahfi: 29 yang artinya: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir hendaklah ia kafir. Q.S al-Kahfi: 29 Q.S al-Kahfi: 29 mempunyai makna yang penting untuk membangun kesadaran tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi realitas keberagamaan dan ketidakberagamaan. Secara eksplisit Q.S al-Kahfi: 29 menggambarkan bagaimana keagungan sikap Allah dalam menyikapi realitas keberagamaan dan ketidakberagamaan makhluk ciptaanya. Sikap Allah inilah yang patut kita tiru sebagai hambanya. Bahwa manusia itu diberikan kebebasan beragama. Karena itu tidak heran jika kita menjumpai manusia dalam keragamaan keyakinan bahkan keragaman dalam kekufuran. Q.S al-Kahfi: 29 juga mengandung makna yang sangat penting bahwa Allah merupakan sumber kebenaran. Manusia tidak memiliki wewenangan mengatasnamakan dirinya sebagai sumber kebenaran dengan dalih dan cara apapun termasuk menganggap dirinya sebagai satu-satunya pemeluk kebenaran. Misrawi, 2007: 316-317 Satu hal yang perlu diketahui bahwa kebenaran sesungguhnya milik dan bersumber dari Allah. Karena itu, semua pihak harus berbesar hati bila terdapat perbedaan pendapat dalam menyikapi suatu persoalan. Misalnya dalam masalah demokrasi. Menurut Maududi, demokrasi adalah sistem kafir. Pernyataan ini tentunya menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan, terutama terkait penolakan terhadap sistem demokrasi. Karena, sebagian ilmuan Islam seperti Yusuf Qardhawi menilai bahwa nilai-nilai demokrasi tidaklah bertentang dengan Islam, menganggap bahwa demokrasi adalah sistem kafir adalah sesuatu yang salah. Misrawi, 2007: 317. 2. Larangan menebar kebencian dan kerusakan Menebar kebencian dan kekerasan adalah perbuatan yang di larang oleh Allah sebagaimana firman-Nya dalam Q. S al-Hujurat: 11 dan Q.S. al-Qashahsh: 77 yang artinya: “Wahai orang yang beriman, hendaklah suatu kaum tidak menghina kaum y ang lain” Q. S al-Hujurat: 11 “ Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Q.S. al-Qashahsh: 77 Secara implisit, kedua ayat ini menegaskan adanya larangan menebar kebencian dan kerusakan. Dalam tataran sosial, paham dan sikap mengaggap diri sebagai pihak yang benar dan orang lain salah adalah perkara yang tidak bisa dihindari. Sikap seperti ini seringkali menyebabkan seseorang menafikkan keberadaan orang lain, menghina bahkan melakukan berbagai tindak kekerasan. Fenomena sekarang ini menunjukkan adanya sekelompok masyarakat yang senantiasa melakukan upaya mendiskreditkan kelompok lain dengan berbagai ungkapan yang tidak pantas. Seolah-olah, kelompoknya merupakan kelompok yang paling benar. Misrawi, 2007: 324- 325. Q.S al-Hujurat: 11 dan Q.S. al-Qashahsh: 77 merupakan dua ayat yang sangat penting sebagai upaya membangun etika sosial. Sejatinya dalam ranah sosial, harus dibangun kehidupan sosial yang harmonis baik antara pemeluk agama yang satu maupun yang lainnya, antara kelompok yang satu maupun yang lainnya, serta antara mazhab yang satu dengan mazhab yang lainnya. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan, karenanya perbedaan harus dibangun di atas persaudaraan dan kebersamaan bukan sebaliknya di bangun di atas kebencian karena hal ini akan menjuruskan kepada konflik. Kedua; pada level legal formal. Harus disadari bahwa toleransi bukanlah konsep kosong, melainkan sebuah konsep yang meniscayakan persatuan dan perdamaian. Sebagai contoh, dalam rangka mengukuhkan misi toleransi, Nabi Muhammad senantiasa melakukan kesepakatan perjanjian yang dibangun atas dasar prinsip toleransi. Piagam Madinah dan perjanjian Hudaibiyah adalah dua contoh perjanjian yang dibangun Rasulullah atas dasar prinsip toleransi. Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah memilih toleransi sebagai upaya membangun masyarakat madinah. Misrawi, 2007: 226-227. Toleransi berasal dari bahasa latin, yaitu tolerantia yang berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Misrawi, 2007: 181 Sedangkan menurut Istilah, toleransi adalah sikap toleran bersikap menenggang, menghargai, membiarkan, membolehkan pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. KBBI, 1995: 1065 Menurut Rufaidah, toleransi adalah kerukunan sesama warga negara dengan saling menenggang berbagai perbedaan yang ada diantara mereka baik perbedaan ras, suku, bahasa, budaya maupun agama. Rufaidah, 2008, 29 Misrawi membagi toleransi menjadi dua model. Pertama: Model toleransi pasif. Dalam toleransi pasif, yang menonjol adalah sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang faktual. Sebab, setiap manusia berbeda, baik dari segi pemikiran maupun tindakan, maka tidak ada pilihan lain kecuali setiap kelompok bersikap toleran terhadap kelompok yang lain. Kedua: Model toleransi aktif. Dalam toleransi aktif, ada kemajuan dari sekedar toleransi pasif. Sikap aktif ditunjukkan dengan cara melibatkan diri ditengah-tengah kelompok yang berbeda dan beragama. Misrawi, 2007: 186 Menurut Michael Walzer sebagaimana dikutip Misrawi bahwa ada lima hal yang menjadi subtansi toleransi yaitu: Pertama, menerima perbedaan untuk hidup damai. Kedua, menjadikan keseragaman menuju perbedaaan artinya membiarkan segala kelompok berbeda dan eksis dalam dunia. Ketiga, membangun moral stoisisme, yaitu menerima bahwa orang lain mempunyai hak, kendatipun dalam prakteknya haknya kurang menarik simpati orang lain. Keempat, mengeskpresikan keterbukaan terhadap yang lain, ingin tahu, menghargai, ingin belajar dari orang lain. Kelima, dukungan yang antusias terhadap perbedaan serta menekankan aspek otonomi. Misrawi, 2007: 181 Demokrasi menurut bahasa, berasal dari dua kata Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan. Sedangkan menurut istilah, Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakukan yang sama bagi semua warga negara. KBBI, 1995: 220 Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana