Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan
aksi pemberontakan yang dilakukan oleh tentara Islam Indonesia di bawah Kartosuwiryo ataupun aksi pemberontakan yang dilakukan oleh tentara GAM di
Aceh sebagai bentuk tuntutan agar pemerintah mengganti sistem demokrasi Pancasila dan menerapkan syari
’at Islam di Indonesia. Dalam bukunya Radical Islam: Medieval Theology and Modern Politics,
Emmanuel Sivan menggunakan istilah Radical Islam untuk menggambarkan kelompok Islam ekstrim. Sivan, 1985 Istilah Islam radikal juga digunakan oleh
Wildan untuk menggambarkan kelompok garis keras yang menggunakan isu-isu agama untuk memperjuangkan ideologinya. Wildan, 2013
Kelompok Islam radikal adalah sebuah gerakan politik ekstrim yang berusaha membentuk negara Islam melalui perjuangan bersenjata. Di mana terdapat
doktrin-doktrin pada kelompok untuk membenarkan tindakan kekerasan untuk menghilangkan rezim di dunia yang dianggap kafir saat ini. Cavatorta, 2005:11
Contohnya: ISIS. ISIS merupakan sebuah kelompok radikal yang ingin membentuk daulah Islamiyah di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuannya, ISIS berusaha
menduduki wilayah-wilayah di bagian Timur Tengah melalui perjuangan bersenjata. Tidak sampai disitu, ISIS juga melakukan teror bom pada rezim kafir melalui
anggota-anggotanya yang menjadi calon pengantin pelaku pengeboman.
Berbeda dengan Cavatorta, menurut Mubarok, Gerakan kelompok Islam radikal dapat diartikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh kelompok
Islam radikal, baik berupa aksi, reaksi maupun tanggapan yang dilandasi oleh ideologi yang dianutnya. Adapun bentuk dari gerakan kelompok ini yaitu bersifat
kolektif dan terorganisir dengan tujuan untuk melakukan perubahan tatanan lama yang bersifat sekular menjadi bersifat islami. Mubarok, 2008: 53 Dalam mencapai
tujuan, kelompok ini melakukan proses rekruitmen anggota mulai dari tingkat sekolah hingga universitas. Umumnya proses indoktrinasi ini dilakukan melalui
kegiatan ekstrakurikuler agama yang ada di sekolah maupun perguruan tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti lebih cenderung pada pendapat Simon Tormey dan Yusuf Qardhawy bahwa
radikalisme adalah suatu ideologi yang berangkat dari sikap fanatisme berlebihan dan intoleransi yang memiliki kecenderungan untuk menolak dan menggugat
kondisi maupun sistem yang sudah mapan dan menjadi pandangan umum.
Dalam sejumlah literatur, istilah Islam radikal sering kali diganti dengan istilah Islam fundamentalis dan Islam ekstrim.Untuk memberikan penjelasan yang
mendalam mengenai alasan mengapa kedua istilah tersebut sering kali digunakan secara bergantian, maka penulis merasa perlu menguaraikan berbagai makna dari
istilah-istilah Islam fundamentalisme dan Islam ekstrim. a
Islam Fundamentalisme Istilah fundamentalisme merupakan istilah kedua yang paling sering
disematkan terhadap kelompok Islam yang memperjuangkan ideologi mereka dengan jalan kekerasan. Menurut bahasa, fundamentalisme merupakan gabungan
dua kata yaitu fundamental dan isme. Fundamental berarti bersifat dasar pokok. Sementara itu, isme berarti paham. Dengan demikian, maka fundamentalisme
dapat diartikan sebagai paham yang mendasar. Sedangkan menurut istilah, fundamentalisme berarti paham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu
secara radikal. KBBI: 1995: 281. Oleh karena itu, berdasarkan arti kata, fundamental dan radikal memiliki makna yang sama yaitu dasar.
Istilah fundamentalis pada dasarnya disematkan kepada gerakan Protestan yang tumbuh di Amerika pada abad 19 M yang menafsirkan melakukan
penafsiran secara harfiah terhadap kitab injil dan teks-teks agama. Sedangkan dalam kacamata Islam, istilah fundamentalis disamakan dengan kata ussuliyah.
Ushuliyyah berasal dari kata al-ashl yang berarti paling dasar dari suatu bilanganhitungan. Adapun jamak dari kata al-ashl yaitu ushul. Istilah ushul
sendiri banyak digunakan dalam istilah bidang ilmu agama seperti ushul ad-din, ushul fiqh. Imarah, 1998: 67-71
Lanjut Imarah, pada dasarnya istilah fundamentalis yang dipahami oleh barat dan Islam tidaklah sama. Jika dalam pengertian Kristen, istilah
fundamentalisme disematkan pada kaum yang statis dan didominasi oleh sikap taklid yang memusuhi ilmu pengetahuan, teks alegoris,
ta’wil, penalaran akal, menarik diri dari modernitas, serta berpegang pada penafsiran harfiah terhadap
teks-teks agama. Maka dalam Islam, istilah ushuliyyah disematkan kepada para ulama ushul fiqh yang mewakili bidang kajian ilmu-ilmu akal, menggunakan
dalil melalui isyarat teks agama istidlal, ijtihad dan pembaruan tajdid. Imarah, 1998: 71 dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa
fundamentalisme Islam memiliki makna yang lebih baik dari fundamentalisme Kristen. Pendapat Imarah akan sulit dipahami apabila istilah fundamentalisme
Islam disematkan kepada gerakan Islam politik, karena sebagaimana dipahami bahwa mayoritas gerakan mereka kerap diwarnai oleh kekerasan dan aksi teror.
Syu’aibi, 2004: 167 Menurut Misrawi, ada dua karakteristik fundamentalisme agama yaitu:
fundamentalisme positif dan fundamentalisme negatif. Fundamentalisme positif yaitu fundamentalisme yang menjadikan teks dan tradisi keagamaan sebagai
sumber moral dan etika kemaslahatan publik. Fundamentalisme positif mempunyai visi dan misi untuk menjadikan doktrin keagamaan sebagai elan vital
bagi etika sosial dan pemberdayaan masyarakat. Sementara itu, fundamentalisme negatif adalah fundamentalisme yang menjadikan teks dan tradisi sebagai sumber
dan justifikasi atas kekerasan. Misrawi, 2007: 189-190
b Islam Ekstrim
Kata ekstrim sebenarnya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata extreme yang berarti perbedaan yang besar, berbuat keterlaluan, pergi dari ujung
ke ujung, berbalik memutar, mengambil tindakanjalan sebaliknya. Kementerian Agama RI, 2012: 14 Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia KBBI
edisi kedua, ekstrem berarti sangat keras dan fanatik. KBBI, 1995: 225 Dalam bahasa arab, ekstrem disebut dengan istilah tatharruf yang berarti berdiri di tepi,
jauh dari tengah. Dengan demikian, sikap, pemikiran maupun tindakan yang dikategorikan ekstrim selalu bermakna negatif. Kementerian Agama, 2012: 14
Di dalam bahasa arab, setidaknya ada dua term yang digunakan untuk menyebutkan istilah ekstrem yaitu al-guluw dan tatharruf. Ghuluw berasal dari
kata gala-yaglu yang berarti melampaui batas. Kementerian agama, 2012: 14- 15 Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Q.S An-Nisa:171 yang berbunyi:
Artinya: “Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan yang
diciptakan dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: Tuhan itu tiga, berhentilah dari Ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha
Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cu
kuplah Allah menjadi Pemelihara” Q.S.An-Nisa:171 Menurut Quraish Shihab dalam bukunya tafsir Al-Misbah bahwa kata
la taglu di atas meski secara eksplisit ditujukan bagi kaum Nabi Isa agar tidak berlebih-lebihan dalam beragama, akan tetapi secara implisit mengandung
sebuah pelajaran bagi umat Islam untuk tidak berbuat serupa yakni berlebih- lebihan dalam agama. Lebih lanjut Quraish Shihab menyatakan bahwa al-ghuluw
mengandung makna melampaui batas dalam kepercayaan, ucapan ataupun perbuatan. Shihab, 2000: 646 Sedangkan menurut Buya Hamka dalam tafsir al-
Azhar, ghuluw mengandung makna berlebih-lebihan atau keterlaluan. Kata ghuluw dalam ayat di atas, ditujukan kepada orang Nasrani yang berlebih-lebihan
dalam memuliakan Nabi Isa alaihissalam, Isa bahkan dikatakan sebagai Tuhan dan disebut dengan nama Tuhan Yesus. Hamka, 1984:81
Dalam bukunya al-Shahwah al-Islamiyah Bain al-Juhud Wa al Tatharruf, Yusuf Qardhawi menggunakan istilah Islam ekstrim sebagai lawan
dari Islam moderat. Qardhawi, 2001:12 Selaras dengan Yusuf Qardhawi, Muhammad Abid Al-Jabiri juga menggunakan istilah Islam ekstrim untuk
menggambarkan kelompok Islam yang menjadi musuh dari kelompok moderat. Selain Qardhawi dan Al-Jabiri, istilah ekstrimisme juga digunakan oleh
Muhammad Sa’id Al-Asymawi untuk menggambarkan gerakan suatu kelompok untuk merebut kekuasaan dengan menunggangi isu-isu agama. Rahmat, 2005:
xvii Contohnya yaitu DITII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa istilah radikal memiliki makna yang sejalan dengan istilah fundamentalisme maupun ekstrimisme.
Karena itu, tidak heran jika ketiga istilah tersebut sering digunakan secara bergantian.