4.3.1 Distribusi Kawasan Rawan Tanah Longsor pada Peruntukan Ruang Permukiman
Dinamika Kabupaten Bogor yang akan mencapai jumlah penduduk diatas 5 juta jiwa pada tahun-tahun mendatang tentu membawa konsekuensi terhadap
pemenuhan sarana prasarana dasar, infrastruktur, dan jenis kegiatan baru lainnya. Salah satu kebutuhan ruang yang paling mendasar yaitu permukiman. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah Kabupaten Bogor mengalokasikan 107512,9 Ha atau 35,9 dari luas wilayah Kabupaten Bogor sebagai kawasan
permukiman yang dirumuskan didalam RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025. Dimana kawasan permukiman dibagi menjadi lima pola ruang yaitu Kawasan
Permukiman Perdesaan Hunian Jarang, Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Rendah, Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Padat, Kawasan
Permukiman Perkotaan Hunian Rendah dan Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Sedang. Kawasan Permukiman Perdesaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sedangkan Kawasan Permukiman Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi Perda Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008. Namun, dari hasil analisis overlay antara Peta RTRW dan Penutupan
Lahan kabupaten Bogor dengan Peta Kerawanan Tanah Longsor, menunjukkan bahwa beberapa kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman
berada pada daerah dengan kerawanan longsor tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 17 dan Gambar 11. Selain itu pada kawasan yang diperuntukkan sebagai
kawasan permukiman tersebut dapat diidentifikasi penutupan lahannya antara lain berupa kebun, hutan, permukiman, sawah, ladang dan tegalan. Artinya, akan ada
hutan dan kebun yang dikonversi menjadi permukiman, hal ini tentu saja merupakan suatu kebijakan yang salah mengingat kawaan tersebut berada pada
daerah dengan kerawanan longsor tinggi, dimana hutan dan kebun sangat vital perannya dalam menjaga lingkungan sekitar dari bahaya tanah longsor.
Tabel 17 Kawasan permukiman yang berada pada kerawanan longsor tinggi
Pola Ruang Lokasi Kecamatan
Kerawanan Penutupan Lahan
Rekomendasi Kawasan
Permukiman Perdesaan
Hunian Jarang
Babakan Madang, Caringin, Cariu, Ciawi,
Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Cisarua,
Citeureup, Jasinga, Jonggol, Leuwisadeng,
Megamendung, Nanggung, Pamijahan,
Sukajaya, Sukamakmur, Sukaraja, Tamansari,
Tanjungsari Tinggi
Kebun Revisi RTRWK
Hutan Revisi RTRWK
Permukiman Insert upaya mitigasi
dalam RTRWK Sawah
Insert upaya mitigasi dalam RTRWK
Ladang Insert upaya mitigasi
dalam RTRWK Tegalan
Insert upaya mitigasi dalam RTRWK
Kawasan Permukiman
Perdesaan Hunian
Rendah Babakan Madang,
Caringin, Cariu, Ciampea, Cibungbulang,
Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Ciomas, Cisarua,
Dramaga, Jonggol, Leuwiliang,
Leuwisadeng, Megamendung,
Nanggung, Pamijahan, Sukajaya, Sukamakmur,
Sukaraja, Tamansari, Tanjungsari, Tenjolaya
Tinggi Kebun
Revisi RTRWK Hutan
Revisi RTRWK Permukiman
Insert upaya mitigasi dalam RTRWK
Sawah Insert upaya mitigasi
dalam RTRWK Ladang
Insert upaya mitigasi dalam RTRWK
Tegalan Insert upaya mitigasi
dalam RTRWK
Kawasan Permukiman
Perkotaan Hunian
Padat Leuwiliang, Leuwisadeng
Tinggi Kebun
Revisi RTRWK Hutan
Revisi RTRWK Permukiman
Revisi RTRWK, Insert upaya mitigasi dalam
RTRWK Sawah
Revisi RTRWK Ladang
Revisi RTRWK Tegalan
Revisi RTRWK Kawasan
Permukiman Perkotaan
Hunian Rendah
Babakan Madang, Caringin, Cariu, Ciawi,
Cigudeg, Cijeruk, Cisarua, Jonggol,
Leuwiliang, Leuwisadeng,
Megamendung, Nanggung, Rumpin,
Sukamakmur, Sukaraja, Tanjungsari.
Tinggi Kebun
Revisi RTRWK Hutan
Revisi RTRWK Permukiman
Revisi RTRWK, Insert upaya mitigasi dalam
RTRWK Sawah
Revisi RTRWK Ladang
Revisi RTRWK Tegalan
Revisi RTRWK Kawasan
Permukiman Perkotaan
Hunian Sedang
Babakan Madang, Caringin, Cariu, Ciawi,
Ciampea, Cibungbulang, Cigombong, Cijeruk,
Ciomas, Cisarua, Dramaga, Jonggol,
Leuwiliang, Tanjungsari Megamendung,
Nanggung, Sukamakmur, Sukaraja, Tamansari.
Tinggi Kebun
Revisi RTRWK Hutan
Revisi RTRWK Permukiman
Revisi RTRWK, Insert upaya mitigasi dalam
RTRWK Sawah
Revisi RTRWK Ladang
Revisi RTRWK Tegalan
Revisi RTRWK
Sumber : Peta Distribusi Kawasan Rawan Tanah Longsor Pada Peruntukan Ruang Permukiman
Gambar 11 Peta Distribusi Kawasan Rawan Tanah Longsor Pada Peruntukan Ruang Permukiman.
Kawasan permukiman pada daerah dengan kerawanan longsor tinggi masih memungkinkan untuk pola ruang Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian
Jarang dan Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Rendah yang mempunyai kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam dimana pada
kawasan tersebut intensitas dan skala pemanfaatan ruang juga relatif rendah. Namun, pada kawasan dengan penutupan lahan berupa hutan dan kebun,
sebaiknya tidak dijadikan permukiman karena kawasan tersebut sangat vital fungsinya untuk menjaga lingkungan disekitarnya dari tanah longsor. Sehingga
pada penutupan lahan demikian perlu adanya revisi dalam RTRW. Selain itu, pada kawasan ini juga diperlukan upaya-upaya mitigasi bencana tanah longsor di dalam
RTRW. Sebaliknya, kawasan permukiman pada daerah dengan kerawanan longsor
tinggi tidak memungkinkan Untuk pola ruang Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Padat, Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Rendah dan Kawasan
Permukiman Perkotaan Hunian Sedang yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dimana pada kawasan tersenbut intensitas dan skala pemanfaatan ruang
relatif tinggi. Pada kawasan ini diperlukan revisi dalam RTRW berterkaitan dengan pola ruang. Mengingat bahwa kawasan ini berada pada daerah dengan
kerawanan longsor tinggi, maka sebaiknya pemanfaatan lahan dilakukan secara non intensif. Sehingga pola ruang kawasan ini sebaiknya direvisi menjadi
Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Jarang dan Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Rendah. Sedangkan pada permukiman yang sudah berdiri,
selin diperlukan revisi pola ruang, juga diperlukan upaya-upaya mitigasi bencana tanah longsor di dalam RTRW.
Upaya-upaya mitigasi bencana tanah longsor sangat diperlukan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kawasan dari ancaman bencana longsor.
Menurut Dardak 2008, Upaya-upaya mitigasi bencana tanah longsor secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni hard engineering dan soft
engineering. a.
Hard engineering adalah pembangunan struktur buatan seperti tembok penahan gerakan tanah retaining wall, saluran drainase untuk
mengurangi tingkat kejenuhan air dalam tanah, terasering lahan untuk
mengurangi erosi tanah, penanaman pohon dengan perakaran kuat pada lereng-lereng curam, dan sebagainya.
b. Sementara soft engineering adalah upaya-upaya untuk merekayasa pola
pikir masyarakat agar memiliki kesadaran yang tinggi dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pemanfaatan ruang. Upaya ini antara
lain dapat dilakukan melalui penyuluhan, penyebarluasan informasi, pelatihan, dan sebagainya.
4.3.2 Distribusi Kawasan Rawan Tanah Longsor pada Peruntukan Ruang Kawasan Konservasi Lindung