khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan
penetrasi ke tubuh inang Sherwood et al., 1992. Bentuk hifa terdiri dari bagian– bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan
untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya sifat thigmotropisme. Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses
infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan
pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara
isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa Ha dan White, 1999.
59
2.7 Denture Stomatitis
2.7.1 Pengertian
Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis
gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi
berkisar antara 25-67, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur.
9,60-1
2.7.2 Gambaran Klinis
Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan, ketika tanda dan gejala
Universitas Sumatera Utara
timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis, perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan
angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis hiperplastik kronis.
Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi Newton, yaitu :
29,59,60
1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae bintik merah yang terlokalisir atau
60-2
tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan. 2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah
mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. Gambar 4
Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan
3. Tipe 3 : Hiperplasia papila dengan eritema difus. Gambar 5
` Gambar 5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental Laboratoris
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran 10x10x1mm.
63
Gambar 6
Gambar 6. Sampel Lempeng Uji
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :
64
t-1 r-1 ≥ 15
Keterangan : t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan Pada penelitian perlakuan diberikan pada bahan basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas yang direndam masing-masing dalam ekstrak
Universitas Sumatera Utara