Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara :
1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal.
53,57
2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting dalam proses perlekatan bakteri.
Fathilah dan Rahim 2003 melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri Minimal Inhibitory Concentrasion
adalah 0,216-0,469gr100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh bakteri Minimal Bactericidal Concentration adalah 0,521- 1,042 gr100ml. Nalina
dan Rahim 2006 melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas glucosyltansferase GTF yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri
Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi.
57
Praja HA 2009 melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.
24
2.6 Candida albicans
2.6.1 Karakteristik Makroskopik
Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37ºC dalam kondisi aerob dan anaerob.
30,57
Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit
dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37ºC. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.
57
2.6.2 Karakteristik Mikroskopik
Pada media Sabouraud’s Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 µm.
Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah dibedakan melalui bentuk pseudomycelium bentuk filamen. Pada pseudomycelium
terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau intercalary.
57
Gambar 3
Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA
2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel
Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan adhesi. Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting
dalam kolonisasi dan penyerangan invasi ke sel inang. Bagian pertama dari Candida
Universitas Sumatera Utara
albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer,
mannoprotein, β-glucan, β-glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma.
Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi spesifik interaksi antara ligand dan reseptor dan nonspesifik kutub elektrostatik dan
ikatan van der walls yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke berbagai jenis permukaan jaringan Cotter Dan Kavanagh, 2000.
Menurut Hosteter 1994 ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi lectin-
like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida
pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium
atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat misalnya
sel epitelium, mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans
Kennedy, 1990.
58
Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya mengaktivasi mitogen activated protein kinase Map-kinase. Protein kinase tersebut
merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel
58
Universitas Sumatera Utara
tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak. Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm Kumamoto,
2005 pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans, dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel
inang. Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa
Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir Javatilake, et al., 2005.
Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan
berkembang menjadi hifa Jong et al., 2001. Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase.
Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya Nikawa et al,
1997. Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke dalam bentuk hifa filamen. Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans selama proses invasi Brown dan Gow, 1999.
58
Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang.
Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang
patogen dapat membentuk germ tube dan hifa intraseluler Jong et al., 2001. Bentuk
57-58
Universitas Sumatera Utara
khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan
penetrasi ke tubuh inang Sherwood et al., 1992. Bentuk hifa terdiri dari bagian– bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan
untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di sekitarnya sifat thigmotropisme. Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses
infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan
pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara
isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa Ha dan White, 1999.
59
2.7 Denture Stomatitis