Pendekatan Sistem KERANGKA TEORI

5. Kegiatan Rujukan Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih lengkap.

2.4. Pendekatan Sistem

Masyarakat merupakan salah satu bentuk dari sistem yang ada. Menurut Parson di dalam Poloma 1987 : 181 terdapat fungsi-fungsi atau kebutuhan- kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh sistem yang hidup demi kelestariannya. Dua pokok penting yang termasuk kebutuhan fungsional tersebut yaitu pertama, yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya sumbu internal-eksternal. Kedua, yang berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan tersebut sumbu instrumental-consummatory. Berdasarkan penjelasan di atas di dalam bukunya Ritzer 2008 : 121, Parson menciptakan empat kebutuhan fungsional yang biasa dikenal dengan konsep AGIL yaitu : 1. Adaptation atau adaptasi A yaitu Sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. kemampuan sistem menjamin apa yang dibutuhkannya dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut ke dalam seluruh sistem. Universitas Sumatera Utara 2. Goal attainment atau pencapaian tujuan G yaitu pemenuhan tujuan sistem dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan di dalam sistem atau sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration atau integrasi I yaitu sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting A,G,L. Dalam hal ini, kondisi serta kesesuaian bagian-bagian dari sistem seluruhnya haurs menjadi fungsional. 4. Latency atau pemeliharaan pola L yaitu sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Atau dengan kata lain, bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai dengan beberapa aturan atau norma-norma. Keempat prasyarat fungsional itu berkaitan dengan hubungan sistem dan lingkungannya serta sarana-sarana dimana penyelesaiannya ini harus dipenuhi. Setiap masing-masing sistem tersebut saling ketergantungan. Di dalam sistem sosial, latensi L sangat dipengaruhi oleh keadaan dari sistem kebudayaan, kebutuhan integrasi I dipenuhi melalui komunitas sosial, adaptasi A melalui sistem ekonomi dan goal attainment G melalui sistem politik. Sistem organisme perilaku memenuhi kebutuhan yang bersifat penyesuaian A. Dalam hal ini Parson menghubungakan organisme perilaku dengan sistem-bertindak di dalam bukunya Poloma 1987, Parson menjelaskan tingkat teori bertindak secara umum yaitu bahwa perilaku cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis Universitas Sumatera Utara yaitu 1 pencarian pemuasan psikis, 2 kepentingan dalam menguraikan pengertian- pengertian simbolis, 3 kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis- fisis, dan 4 usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya. Dari uraian di atas terlihat bahwa kehidupan masyarakat tidak terlepas dari hubungannya dengan sistem-sistem lain yang hidup di masyarakat. Sistem-sistem ini terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat. Kebutuhan- kebutuhan inilah yang nantinya akan menimbulkan lembaga-lembaga masyarakat ataupun pranata sosial yang ada di masyarakat. Suatu lembaga di dalam bukunya Soekanto 2006:173 pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat dalam menghadapi masalah dalam masyarakat itu sendiri, terutama menyangkut kebutuhan pokok. 2. Menjaga keutuhan masyarakat. 3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat. Fungsi lembaga di atas menjelaskan bahwa suatu keberadaan lembaga di dalam masyarakat sangatlah penting. Di dalam penelitian ini sangat erat kaitannya dengan lembaga-lembaga yang menyangkut terhadap perawatan lanjut usia. Salah satu lembaga yang paling primer dalam menangani perawatan terhadap lansia yaitu lembaga keluarga. Sebagai salah satu lembaga keluarga fungsi yang dijalankannya yaitu memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik secara fisik maupun bersifat kejiwaan. Selain dari lembaga keluarga, masih ada lembaga yang berperan dalam menangani masalah lanjut usia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun Universitas Sumatera Utara 1998. Di dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 secara ekplisit menyebutkan bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, dimana hal tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan, keluarga, kelompok masyarakat,organisasi sosial danatau organisasi kemasyarakatan http:ajruniwulandestiesocialworker.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Maret pada pukul 15.10 Wib. Di dalam sebuah sistem sosial, posyandu usila merupakan salah satu sistem yang dibentuk pemerintah, dimana posyandu usila muncul dikarenakan terdapat adanya kebutuhan dari masyarakat dan juga lembaga keluarga dalam memberikan pelayanan dan pemenuhan kepedulian terhadap para anggotanya yaitu salah satunya lansia. Dalam memenuhi kebutuhan akan hidup untuk dapat menikmati hidup sehat dan mandiri dalam suatu masyarakat, lansia membutuhkan sarana khusus untuk memberdayakan mereka. Lansia di pedesaan pada umumnya memiliki penghasilan yang rendah dan untuk mencapai tujuannya lansia membutuhkan sarana kesehatan yang murah, efektif dan efisien untuk mencapai kebutuhan kesehatan mereka. Selain itu, adanya dorongan dan motivasi dari keluarga dan juga masyarakat akan sangat membantu lansia dalam mengontrol kesehatan mereka. Posyandu usila yang ada di Kecamatan Aek Ledong ini memberikan sarana yang dibutuhkan oleh para lansia agar tetap dapat menjadi sehat dan mandiri dalam menjalani kehidupan yang bahagia kedepannya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol. Peneliti memulai subjek yang jelas dan mengadakan penelitian atas populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya secara akurat Silalahi, 2009: 28. Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian dengan cara membuat gambaran terhadap persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan Posyandu Usila pasca pemekaran Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan Kecamatan Aek Ledong merupakan Kecamatan yang sedang giat melakukan pembangunan terutama terhadap pembangunan kesehatan terhadap lansia pasca pemekaran kecamatan Aek Ledong, sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila yang ditujukan terhadap peningkatan kualitas kesehatan lansia yang terjadi di Kecamatan Aek Ledong. Selain itu, Kecamatan Aek Ledong Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Persepsi Keluarga Lansia Tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia

4 86 100

Persepsi Lansia tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Puskesmas Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

9 136 100

Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir)

14 176 85

Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010

1 44 94

Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014

0 8 113

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DAN KELUHAN FISIK TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DALAM Hubungan Antara Persepsi Kegiatan Posyandu Lansia Dan Keluhan Fisik Terhadap Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Lengking Kecamatan B

0 3 20

SKRIPSI Hubungan Antara Persepsi Kegiatan Posyandu Lansia Dan Keluhan Fisik Terhadap Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Kegiatan Posyandu Lansia Dan Keluhan Fisik Terhadap Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Lengking Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 5 7

HUBUNGAN PERSEPSI KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA Kesehatan Dan Dukungan Sosial Dengan Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura.

0 1 19

Persepsi Lansia tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Puskesmas Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

0 0 38