Tanah pada Group Tektonik Struktural

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 7 2. Warna merah hingga kuning 3. Tekstur : Aneka, liat maxima atau meningkat 4. Struktur : Gumpal di bawah, makin ke bawah manin pejal 5. Konsistensi :Teguh sampai gembur, makin ke bawah makin teguh, agregat berselaput liat  Sifat 1. Kemasaman : Masam hingga amat masam 2. Kejenuhan basa : Rendah 20 3. Daya adsorpsi : Rendah hingga tinggi tergantung dari tektur dan mineral liat 4. Unsur hara : Rendah terutama Ca, P, N dan K. Dari tuf vulkan relatif lebih baik dari batuan bahan sedimen 5. Permeabilitas : Tergantung dari tekstur bahan induk lambat hingga sedang 6. Kepekaan erosi besar  Pemakaian 1. Hutan, Ladang, Alang-alang, Karet Kondisi kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, erosi dan drainase di Kota Balikpapan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman efektif tanah menggambarkan ketebalan tanah dan sejauh mana akar tanaman dapat berkembang.Besarnya diukur dari permukaan tanah sampai dengan lapisan di mana akar tanaman tidak dapat lagi menembusnya.Lapisan tersebut biasanya berupa penghalang fisik yang berupa batuan atau lapisan kedap akar.Pada keadaan tertentu lapisan tersebut dapat berupa suatu lapisan yang secara kimia mengandung racun yang mematikan akar tanaman. Kedalaman efektif tanah di Kota Balikpapan dikelompokkan dalam 2 dua kelas yaitu : 1. Kedalaman efektif tanah antara 30 cm – 60 cm 2. Kedalaman efektif tanah 90 cm 2 Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah kasar halusnya bahan padat organik tanah berdasarkan perbandingan fraksi pasir, lempung debu dan air. Tekstur ini akan berpengaruh terhadap pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di tanah tersebut. Tekstur tanah bahkan turut menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan oleh air tanah. Apabila tekstur tanah halus, maka tanah tersebut sulit untuk meluluskan air dan apabila tekstur tanah tersebut kasar akan mudah meluluskan air. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 8 Sebagian besar wilayah Kota Balikpapan tersusun oleh jenis tanah podsolik merah kuning dan pasir kuarsa dengan daya kohesi yang rendah, mudah tererosi dan jenuh air karena halus. Tanah seperti ini terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan induk yang berumur muda Miosen seperti dalam peta geologi yang sangat dipengaruhi oleh topografi, umur, iklim dann vegetasi. Beberapa jenis tanah sebagai penyusun wilayah Kota Balikpapan adalah : 1. Alluvial, meliputi 5 wilayah yang terdiri dari sedimen pasir, lempung dan Lumpur yang terbentuk di lingkungan sungai dan pantai, kurang subur karena unsur hara sangat sedikit. 2. Podsolik merah kuning, penyebarannya mencapai 80 wilayah Kota Balikpapan, dengan tekstur halus, liat, porositas jelek dan mudah larut. 3. Tanah pasir, menempati 15 dari luas wilayah. Mengandung kuarsa, lempung, serpih dengan sisipan napal dan batubara, berwarna kecoklatan agak kelabu, porositas baik dan tingkat erosi sangat tinggi. Karakter hutan di Kota Balikpapan hampir sama dengan karakter hutan pada umumnya di Kalimantan, hal ini karena pembentukan lahannya berdasarkan proses geologi dan geomorfologi yang sama. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Balikpapan tahun 1994 yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi, Wilayah Kota Balikpapan termasuk dalam cekungan Pasir dengan formasi penyusun dari muda ke tua adalah: Alluvium, Lapisan batubara, Formasi Kampungbaru Miosen Atas, Formasi Balikpapan Miosen Tengah dan Formasi Pulubalang Miosen Bawah. Formasi Pulubalang terdiri dari perselingan batulempung, batupasir dengan sisipan batugamping mengandung Foram. Formasi Balikpapan tersusun oleh batupasir, lempung, kadang-kadang terdapat sisipan napal dan batugamping. Formasi Kampungbaru terdiri dari pasir, lempung dengan sisipan batubara mengandung Foraminifera kecil. Batuan termuda adalah endapan Alluvial yang terdiri dari kerikil, pasisr, lempung dan lumpur yang tersebar di sepanjang pantai dan Teluk Balikpapan Laporan akhir SID dan Amdal Bendungan Sungai Wain Kota Balikpapan, 2006. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 9 Gambar 2.4. Peta Jenis Tanah Sumber : Bappeda Kota Balikpapan, Tahun 2014 Berdasarkan masterplan drainase, lahantanah di Kota Balikpapan umumnya tidak tergenang air kecuali Sungai Manggar Besar dan Sungai Wain yang tergenang secara periodik. Potensi erosi pasti dijumpai pada setiap lahantanah. Jenis erosi yang terjadi di Kota Balikpapan umumnya adalah ringan. Bahkan daerah sekitar Sungai Manggar Besar, Sungai Wain dan sepanjang pantai timur tidak berpotensi erosi. Lahan Kritis BPDAS Departemen Kehutanan mendefinisikan lahan kritis merupakan lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Kriteria lahan kritis dikelompokkan untuk kawasan hutan lindung, kawasan budidaya usaha pertanian dan kawasan hutan diluar hutan lindung. Kriteria lahan kritis yang digunakan berdasarkan kriteria tertentu maka disini hanya dibahas berdasarkan kriteria lahan kritis yang diterbitkan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BP DAS Departemen Kehutanan. BPDAS membagi kriteria lahan menjadi tiga kelompok utama yaitu kriteria lahan kritis kawasan Hutan Lindung, kawasan hutan di luar hutan lindung dan kawasan budidaya untuk usaha pertanian. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 10 Berdasarkan Tabel SD-5, diketahui bahwa luas lahan kritis mengalami penurunan sebesar 4,83 dari tahun sebelumnya yang mencai 17.970,19 Ha. Luasan lahan kritis terbesar di Kecamatan Balikpapan Barat yaitu seluas 8.593 Ha dan terendah adalah 519,91 Ha yang tersebar di Kecamatan Balikpapan Timur Sesuai tabel tambahan SD-5A, lahan kritis di Hutan Lindung Sungai Wain dan Hutan Lindung Sungai Manggar dibahas berdasarkan tutupan lahan, kelerengan, dan management karena belum ada penghitungan tingkat erosi .Data kelerengan berdasarkan peta kemiringan lereng dan peta tutupan lahan berdasarkan foto udara tahun 2005 dengan kondisi tutupan lahan di Hutan Lindung Sungai Wain masuk kategori sangat baik dan Hutan Lindung Sungai Manggar masuk kategori buruk. Pada tahun 2014, Kota Balikpapan belum melakukan evaluasi kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi air, dan kerusakan tanah di lahan basah sesuai tabel SD-6 dan SD-8 Buku Data SLHD. Evaluasi kerusakan tanah di lahan kering di Kota Balikpapan dilakukan pada 4 empat Kecamatan saja dan dilakukan secara purposive ditentuan pada tanah yang diduga terdegradasi di lahan yang digunakan untuk kegiatan biomassa. Pengamatan dilakukan pada satuan lahan dengan kemiringan lereng yaitu3 – 8, 9 – 15, 16–25 dan 26 – 45.Jenis penggunaan lahan yang diamati adalah penggunaan lahan hutan, ladang, perkebunan, kebun campuran dan tanah terbuka. Berdasarkan prinsip dan konsep biomassa jenis penggunaan lahan yang ada di Kota Balikpapanmaka jenis-jenis penggunaan lahan yang ada dapat dikelompokkan pada lahan yang digunakan untuk produksi biomassa. Di bawah ini dapat dilihat penggolongan penggunaan lahan berdasarkan produksi biomassa Tabel 2.1 Tabel 2.1.Luas Lahan Biomassa Kota Balikpapan. Penggunaan Lahan Biomassa Hektar Hutan Mangrove 2.352,35 Hutan Tanaman 185,47 Ladang 390,46 Perkebunan 1.566,84 Rumput 3.573,10 Sawah 79,09 Semak Belukar 20.909,44 TegalanLadang 4.583,57 Total 33.640,33 Sumber : BLH Kota Balikpapan, Tahun 2014 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 11 Gambar 2.5. Peta Biomassa Sumber : BLH Kota Balikpapan 2014 a . Kecamatan Balikpapan Timur Titik sampel 1 Kecamatan Balikpapan Timur ini banyak ditemukan potensi kerusakan tanah, hal ini karena pembangunan di daerah ini dalam tahap berkembang, sehingga alih fungsi lahan semakin cepat Gambar 2.6.Dokumentasi Hasil Surveidi Kecamatan Balikpapan Timur Semak Kebun Karet Erosi Guuly Sumber : BLH Kota Balikpapan, Tahun 2014 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 12

b. Kecamatan Balikpapan Selatan Titik sampel 2

Kecamatan Balikpapan Selatan ini sebagian besar penggunaan lahan terbangun, mulai dari permukiman sampai industri dan sebagian kecil ladang dan hutan sekunder.Sampel yang diambil mewakili dari penggunaan ladang dan semak belukar, namun dilihat dari potensi kerusakan tanahnya. Gambar 2.7. Dokumentasi Hasil Survei di Kecamatan Balikpapan Selatan Singkong Singkong Hutan sekunder Sumber : BLH Kota Balikpapan 2014

c. Kecamatan Balikpapan Utara Titik sampel 4

Daerah Kecamatan Balikpapan Utara ini penggunaan lahan sebagian besar hutan primer dan hutan sekunder, namun di daerah ini terdapat proyek jalan tol yang berimbas pada rusaknya lahan disekitar proyek tersebut, banyaknya tanah terbuka yang dibiarkan merupakan potensi peningkatan kerusakan tanah. Sumber : BLH Kota Balikpapan 2014 d. Kecamatan Balikpapan Barat Daerah Sungai Wain Titik Sampel 5 Daerah Sungai Wain ternyata masuk dalam wilayah Kecamatan Balikpapan Utara. Di daerah tersebut terdapat taman hutan raya balikpapan dan hutan konservasi milik Pertamina tepat di sekitar aliran sungai di daerah sungai wein. Sampel diambil di lahan kebun rakyat yang tidak dipelihara berada di antara taman hutan raya dan hutan konservasi. Gambar 2.8.Dokomentasi Hasil Survei Di Kecamatan Balikpapan Utara LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 II. 13 Gambar 2.9. Dokumentasi Hasil Survei di Kecamatan Balikpapan Barat Sumber : BLH Kota Balikpapan 2014 Ciri utama lahan yang telah rusak adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu- batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam. Tingkat produktivitas rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat kemasaman tanah, kekahatan hara P, K, C dan Mg, rendahnya kapasitas tukar kation KTK, kejenuhan basa KB dan kandungan bahan organikC, tingginya kadar Al dan Mn, yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu, pada umumnya kerusakan lahan ditandai dengan vegetasi alang-alang yang mendominasinya dengan sifat-sifat lahan padang alang-alang memiliki pH tanah relatif rendah sekitar 4,8-5,0 mengalami pencucian tanah tinggi, ditemukan rizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman, terdapat reaksi alelopati dari akar rimpang alang-alang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada lahan tersebut. Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah tersebut relatif miskin sedikit kesempatan untuk memperoleh income, yang disebabkan pemberdayaan tanah kritis tersebut berhubungan erat dengan masalah kemiskinan penduduknya, tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Penyebab kerusakan tanah terdiri atas : 1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik didaerah perakaran. 2. Terkumpulnya garam-garam di daerah perakaran salinisasi, terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang beracun bagi tumbuhan. 3. Penjenuhan tanah oleh air 4. Erosi. Berdasarkan pada tabel SD.7 Buku Data SLHD, Kecamatan Balikpapan Barat dengan parameter derajat pelulusan air memiliki nilai diatas ambang kritis yakni 0.88 sehingga status nya tidak rusak jika dibanding dengan Balikpapan Timur, Balikpapan Selatan dan Balikpapan Utara yang melebihi ambang kritis. Ini disebabkan karenapermeabilitas nya, lebih cepat jika dibandingkan dengan Balikpapan Barat yang jenis tanahnya tertutup hutan lebat lebih besar. Pada parameter pH Kemasaman Tanah di setiap titik sampel pengamatan menunjukkan melebihi ambang kritis dikarenakan hasil pengamatan di laboratorium dibawah 4,5 : 8,5.