Coastal Road BUKU LAPORAN SLHD 2014

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 I. 9 Gambar 1.6. RTBL, DED dan Skema Tematik Coastal Road Balikpapan Sumber : DTKP Kota Balikpapan, Tahun 2013 d. Perkiraan nilai investasi proyek coastal road Balikpapan diperkirakan mencapai Rp 5 triliun. Pada tahun 2014, telah dibuka lelang investasi dan memasuki tahap pengambilan dokumen pra kualifikasi investor yang berminat selama 2 dua bulan. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 I. 10 e. Pembangunan Coastal Road ini dari perspektif lingkungan dengan adanya kegiatan reklamasi pantai akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi, abrasi, sedimentasi pantai, kerusakan biota laut dan dampak sosial ekonomi lainnya. Selain itu, sumber material timbunan quarry untuk reklamasi pantai yang akan memerlukan volume yang besar dan penentuan lokasi sumber material timbunan menjadi permasalahan tersendiri dari kegiatan tersebut.

1.2. Banjir

a. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, sepanjang tahun 2014 terjadi bencana banjir luas total area terendam diperkirakan 49 Ha. Banjir terjadi pada kawasan yang memang saat curah hujan tinggi selalu terjadi banjir. b. Data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, selama periode Januari – Desember 2014 terjadi bencana banjir dengan luas total area terendam 49 Ha dengan total kerugian dihitung sebesar Rp. 1.000.000.000,- dengan prosentase area terendam meningkat sebanyak 72,5 . Titik banjir terbanyak berada di lokasi Kecamatan Balikpapan Selatan yaitu Sungai Nangka yang berada di daerah aliran

1.3. Tanah Longsor

 Kejadian longsor umumnya terjadi karena kondisi geografis Kota Balikpapan yang berbukit-bukit kurang lebih 85 dari luas wilayah dan struktur tanah podsolik merah kuning, alluvial pasir kwarsa yang merupakan jenis tanah mudah terjadi longsor dan curah hujan diatas normal dan cenderung eksrim. Berdasarkan Buku Laporan Pemetaan dan Penyusunan Rencana Penanganan Lahan Kritis, Rawan Longsor dan Titik GenanganBanjir Tahun 2012 Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, kawasan rawan bencana longsor Kota Balikpapan dengan luas mencapai 1,318,66 Ha dan tersebar 11 sebelas kelurahan yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Gunung Bahagia, Kelurahan Gunung Samarinda, Kelurahan Gunung Sari Ilir, Kelurahan Karang Joang, Kelurahan Kariangau, Kelurahan Klandasan Ulu, Kelurahan Lamaru, Kelurahan Sepinggan, Kelurahan Teritip dan Kelurahan Telaga Sari.  Kejadian tanah longsor pada tahun 2014 terjadi di lima kecamatan, kecuali Kecamatan Balikpapan Timur dengan perkiraan kerugian mencapai Rp. 950.000.000,00 atau meningkat 40 berdasarkan lokasi kejadian dengan jumlah korban jiwa mencapai 15 orang.  Kejadian tanah longsor terjadi saat curah hujan tertinggi di bulan Desember 2014, dimana lokasi kejadian bertambah yang pada tahun sebelumnya di dua kecamatan menjadi di tiga kecamatan. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2014 I. 11 ISU UTAMA – Krisis Air Bersih Alasan krisis air bersih dipilih menjadi isu utama sesuai kriteria dalam penetapan Isu Lingkungan Prioritas mendapatkan skore nilai penapisan tertinggi. Isu utama tersebut akan diulas dengan metode Tekanan, Status dan Respon atau PSR Pressure-State-Response sebagai berikut : Pressure Tekanan : Beberapa penyebab krisis air bersih di Kota Balikpapan diantaranya karena : 1. Volume air baku pada Waduk Manggar sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan yang turun, dimana penurunan volume air baku yang signifikan terjadi pada triwulan ketiga tahun 2014 ini, ditandai dengan curah hujan yang sangat minim dengan rata-rata sebesar 21,2 mm pada bulan September 2014 dan merupakan curah hujan terendah selama 4 empat tahun terakhir mengacu data dari BMKG Balikpapan. 2. Laju pertumbuhan penduduk yang belum seimbang dengan penyediaan infrastruktur air baku. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk dki tahun 2020, maka diprediksi kebutuhan air baku sebesar 3.26 literdetik atau meningkat 63,6 dari kapasitas produksi PDAM Kota Balikpapan. 3. Pengembangan infrastruktur sumber air baku yang belum terpenuhi. Pembangunan Waduk Teritip dan Wain yang seharusnya sudah selesai di tahun 2009 dan bisa beroperasional tahun 2010 yang belum bisa dioperasionalkan karena masalah pembebasan lahan. 4. Air baku yang diolah dari Waduk Manggar masih berkualitas air kelas III belum bisa memenuhi persyaratan mutu air klas I sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, pasal 8 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Berdasarkan hasil analisa status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran, diketahui Sungai Manggar Hulu sebagai sumber air baku termasuk dalam kategori Cemar Ringan untuk kategori Kelas II. Masih rendahnya kualitas air karena pengaruh tingginya tingkat pencemaran limbah yang berasal dari permukiman masyarakat di dalam DAS Manggar yaitu ± 10.000 m3 limbah. Laju sedimentasi di waduk karena pengaruh kerusakan hutan di hulu DAS, termasuk mengurangi kapasitas waduk. Kapasitas air yang buruk meningkatkan biaya operasional. 5. Kondisi topografi Kota Balikpapan yang berbukit membutuhkan investasi besar untuk pendistribusian air, tingginya tingkat kehilangan airkebocoran dalam pendistribusian air bersih. Selain itu, kurangnya pasokan energy listrik untuk operasional PDAM Kota Balikpapan dari pengambilan air baku hingga pendistribusian air ke konsumen yaitu 49,16 daru total kebutuhan 11.211 KVA, berpengaruh atas tidak maksimalnya pelayanan kepada masyarakat