Delapan Jalur Pemerataan Gambaran Politik Pembangunan Soeharto

perkapita penduduk Indonesia naik 3 kalilipat dan pendapatan nasional rata-rata naik 8 persentahun. Jelas program ini mendorong penyusunan strategi dan sasaran pembangunan baik secara konsep pemikiran maupun konsep-konsep proyeknya. Adanya sasaran yang lengkap dengan cara pencapaiannya jelas sangat menolong penyusunan perencanaan tahunan. Maka Soeharto segera mengumpulkan para tehnokrat baik dari kalangan perguruan tinggi khususnya dari Universitas Indonesia Prof Widjojo cs yang dikenal sebagai CSIS Centre For Strategic and Internasional Studies, dimana Ali Mortopo ikut memimpinnya Sub program yang terpenting adalah program pembangunan lima tahun PELITA, tiap usai pembentukan kabinet baru maka disusunlah Rencana Pelita Repelita yang dirinci dalam rencana pembangunan tahunan sesuai dengan RAPBN Rencana Anggaran Pembangunan Dan Belanja Negara. Repelita dan RAPBN disamping menghasilkan proyek-proyek yang bermanfaat namun juga menumbuhkan jaringan korupsi dan kolusi dalam pengajuan DUP Daftar Usulan proyek dan DIP Daftar Isian Proyek yang diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilaksanakan di daerahnya. Sistem Repelita ini berhasil mengamankan proyek, kalau jaman Orde Lama yang dikorupsikan seluruh batang tubuh proyek sehinggah proyek gagal atau setelah beberapa bulan ambruk, maka pada jaman Repelita orang tidak berani merusak proyek artinya yang dikorupsikan sebagian dana proyek saja supaya proyek-proyek yang direncanakan dalam 5 tahun berlangsung terus menerus. 38

II.2.4 Delapan Jalur Pemerataan

Kebijaksanaan politik pemerintah dalam masalah keadilan sosial dilihat menurut perspektif peranan negara dalam kehidupan masyarakat, meliputi aspek- 38 M.J. Kasiyanto. 1999. Mengapa Orde Baru Gagal?. Jakarta: Yayasan Tri Mawar. Hal. 14 Universitas Sumatera Utara aspek hakekat, sifat, tujuan dan lapangan , tugas negara dalam teori dan praktek, serta kegiatan-kegiatan pemerintah untuk mencapai tujuannya. Hal ini jelas tersurat dan tersirat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “ Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”. Perhatian pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial dalam pembangunan, ditekakan dalam Repelita IV yang dijelaskan oleh Soeharto: “Secara keseluruhan, maka keadilan sosial akan mendapat tempat utama dalam Repelita IV dengan melanjutkan, memperluas dan memberi kedalaman-kedalaman pada pelaksanaan 8 delapan jalur pemerataan yang selama ini telah kita tempuh” Adapun delapan jalur pemerataan yang dimaksud oleh Soeharto adalah: 1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sadang, pangan dan perumahan. 2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan 3. Pemerataan pembagian pendapatan 4. Pemerataan pembagian kesempatan kerja 5. Pemerataan kesempatan berusaha 6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita 7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air 8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan Dari sini sangat jelas keberpihakan Soeharto pada rakyat melalui 8 delapan jalur pemerataan yang dimaksud. Artinya semua memang untuk kepentingan rakyat. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi kemudian, 8 Jalur pemerataan itu dirubah karena dalam keadaan bangsa Indonesia yang masih miskin, berbagai usaha pemerataan memang sulit terwujud. Ibarat membagi kue, apa yang mau dibagi? Karena memang kuenya tidak ada. Pada waktu itu Bung Hatta berpendapat, sebaiknya memang membuat kue lebih dahulu. Sesudah kue itu ada baru kemudian dibagi. Usaha membuat kue, dilanjutkan dengan membangun industri, pembagian kue-nya adalah pembagian lapangan pekerjaan. Untuk membagi kue yang besar diperlukan ketenangan kerja. Maka tumbuh lah Trilogi Pembagunan. Dahulu Trilogi pembangunan pertama diutamakan pada pemerataan, baru kemudian pembangunan dan stabil. Namun, Trilogi terakhir yang diutamakan adalah stabilitas nasional dimana dalam membangun diperlukan stabilitas politik dan keamanan agar investor dalam dan luar negeri memperoleh ketenangan kemudian pembangunan dan terkahir pemerataan. Karena itu, stabilitas menjadi kunci bagi langkah pembangunan dan pemerat dari hasil pembangunan itu. 39

II.3 Bidang Politik