Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Keluhan Gangguan

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan karakterisitik responden umur, pendidikan dan pekerjaan, karakteristik bermukim responden lokasi bermukim, jarak bermukim, lama bermukim dan lama berada di rumah setiap harinya berada di rumah dan kualitas udara ambien SO 2 dan Partikel Debu terhadap keluhan gangguan pernapasan. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada masa giling saja yang ada mana merupakan kualitas udara agak berbeda daripada masa bukan giling terhadap keluhan gangguan pernapasan.

5.1. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Keluhan Gangguan

Pernapasan . Untuk karakteristik responden tidak ada yang variabel berhubungan dengan keluhan gangguan pernapasan yaitu : umur, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa responden paling banyak berumur ≤ 34 tahun yaitu sebanyak 38 orang dengan yang memiliki gangguan pernafasan sebanyak 17 orang 44,7 sedangkan tidak memiliki gangguan pernafasan sebanyak 21 orang 55,3. Umur tidak memiliki hubungan dengan keluhan gangguan pernafasan pada masyarakat di sekitar PGSS dengan hasil OR 0,971 dan nilai p = 0,957 p0.05. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya, yang menyatakan ada hubungan yang bermakna secara statik antara umur dengan gejala pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya faktor umur dengan potensi kemungkinan untuk terpapar tehadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologi berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang Surya, 1990. Pada kelompok 40 tahun telah melewati pertumbuhan paru sehingga beresiko terhadap terjadinya gangguan pernapasan. Umur 18 – 20 adalah saat dimana pertumbuhan paru sedang mencapai tingkat yang sangat baik Mukono. 2008. Usia dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau tidak langsung secara bersamaan dengan variabel lain sehingga menyebabkan perbedaan diantara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat atau kelompok masyarakat Chandra, 2008 Pendidikan responden paling banyak yang pendidikan tinggi SMP yaitu sebanyak 43 orang dengan yang memiliki gangguan pernafasan sebanyak 21 orang 48,8 sedang yang tidak memiliki gangguan pernafasan sebanyak 22 orang 51,2. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan pendidikan dengan keluhan gangguan pernafasan dengan hasil OR 0,571 dan nilai p = 0.342 0.05. Sebagian besar tingkat pendidikan responden sudah cukup baik, karena sudah banyak menerima pengetahuan sehingga responden akan lebih mudah menerima informasi. Universitas Sumatera Utara Perbedaan tingkat pendidikan dapat menyebabkan perbedaan pola berpikir seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula pola berpikirnya. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat Notoatmodjo, 2003. Menurut Chandra 2008, membaiknya tingkat pendidikan formal pada masyarakat secara tidak langsung akan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Rata – rata responden banyak yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 41 orang dengan yang memiliki gangguan pernafasan sebanyak 18 orang 43,9 sedang yang tidak memiliki gangguan pernafasan sebanyak 23 orang 56.1. Pada penelitian ini, pekerjaan responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan gangguan pernafasan dengan hasil OR 1,150 dan nilai p = 0.802 p.0.05

5.2. Hubungan Karakteristik Rumah Tinggal Responden Terhadap Keluhan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

4 98 152

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 1 18

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

1 2 6

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

2 4 50

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 6

f. Pendidikan - Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Definisi Pencemaran Udara - Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Ser

0 0 43

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 17