kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin maka pengenceran dan pencemaran polutan dan sumber emisi di atmosfer semakin besar. Adanya
bangunan – bangunan yang tinggi di dalam kota mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan arah angin berubah.
2.1.5. Baku Mutu Udara Ambien BMUA
Menurut Fardiaz 2003 untuk menghindari pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien dan
baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan dan atau benda. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikelluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.
Baku mutu udara dapat dibagi dalam baku mutu yang ditujukan pada sumbernya dan baku mutu yang ditujukan pada akibatnya. Baku mutu udara yang
ditujukan pada sumbernya merupakan persyaratan – persyaratan yang berhubungan dengan perbuatan yang yang mempunyai potensi pencemaran udara. Baku mutu
yang ditujukan pada sumbernya kerapkali dinamakan “ baku mutu emisi. Baku mutu udara yang ditujukan pada akibatnya adalah persyaratan – persyaratan mengenai
kualitas bagian – bagian elementer dari udara. Baku yang udara yang ditujukan pada pada akibatnya disebut baku mutu ambien yang berlaku bagi emisi yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak Drupsteen, Th, G dan L. Woltgens,1996.
Menurut Kristanto 2013, Fungsi Baku Mutu Ambien di dalam pencemaran udara :
1. Sebagai indikator untuk secara dini mengetahui bahwa suatu udara sudah mulai dicemari oleh suatu bahanzat yang dinyatakan melalui Baku Mutu Ambien.
2. Sebagai parameter untuk menyatakan sampai batasan berupa suatu zat akan mulai berubah sifatnya dari suatu kontaminan menjadi suatu polutan.
3. Baku mutu ambien digunakan sebagai pedoman di dalam program pengendalian masalah pencemaran udara.
4. Digunakan untuk perlindungan bagi kesehatan masyarakat. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan BMUA meliputi :
a. Reseptor sensitif. b. Kelakuan Polutan di atmosfir.
c. Kelakuan Polutan di lingkungan. d. Level natural dan fluktuasi, level konsentrasi dan fluktuasi pencemar yang terjadi
secara alami atau masuk ke dalam atmosfir dari sumber pencemar yang tidak terkontrol atau sumber natural.
e. Teknologi, biaya dan ketersediaan teknologi untuk mengontrol atau mengurangi emisi.
Sumber emisi adalah setiap usaha danatau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, maupun
Universitas Sumatera Utara
sumber tidak bergerak spesifik. Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.Sumber
tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum danatau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien. Contoh sumber emisi tidak bergerak yang digunakan dalam usaha danatau
kegiatan tersebut terutama kegiatan industri adalah turbin gas gas turbine, alat kompresi gas gas compressor, boiler dan incinerator. Adapun alat yang digunakan
sebagai sarana pembuangan emisi adalah cerobong chimney dan flare suar pembakar.
Penentuan baku mutu udara ambien tidak sama bagi setiap negara, berbagai pertimbangan akan bermacam kepentingan ikut mendasari. Biasanya aspek – aspek
yang digunakan untuk pertimbangan dalam penentuan adalah sebagai berikut : 1. Aspek proteksi bagi kesehatan masyarakat.
2. Aspek proteksi bagi kepentingan ekonomi pertumbuhan industry nasional. 3. Aspek kemampuan teknologi dalam hubungannya dengan monitoring masalah
pencemaran itu sendiri. 4. Aspek proteksi lingkungan yang dikaitkan dengan dengan prospek perlindungan
sumber daya hayati dan lain – lain Kristanto, 2013 Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Baku Mutu Udara
Ambien BMUA di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalilan Pecemaran Udara PP No. 41 Tahun 1999. Baku mutu ini memiliki 9 parameter yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
untuk menilai kondisi udara ambient secara umum dan 4 parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara ambient di kawasan industri kimia
dasar.Kemenlh, 2007. Adapun 9 parameter tersebut adalah SO
2
, CO, NO
2
,O
3
HC, PM
10
Pada saat ini sesuai dengan perkembangan pengetahuan mengenai kesehatan, WHO juga telah menetapkan panduan baku mutu ambien yang lebih ketat dibanding
waktu lalu dengan lebih memperhatikan segmen masyarakat yang mengidap penyakit kronis terkait dengan ISPA maupun penyakit dalam lainnya. Pada Tabel 2.5 di
jelaskan Baku Mutu Udara Ambien untuk 9 Parameter diatas berdasarkan WHO, National Ambient Air Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999.
, PM 2,5, Debu, Timah Hitam Pb dan Dust FallDebu Jatuh.
Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Berdasarkan WHO, National Ambient Air
Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
1 PM 2,5
WHO 24 jam
1 Tahun 25
10
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 1 Tahun
65 15
2 PM 10
WHO 24 jam
1 Tahun 50
20
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
Universitas Sumatera Utara
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 150
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
1 PM 2,5
WHO 24 jam
1 Tahun 25
10
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 1 Tahun
65 15
2 PM 10
WHO 24 jam
1 Tahun 50
20
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 150
3 Oksidan
Fotokimia Ozon O
3
WHO 1 jam
100
Chemilu- minescent
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
1 jam 235
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 1 Tahun
235 50
4 Nitrogen
Dioksida NO
2
WHO 1 jam
1 Tahun 200
40 Saltzman
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality 1 Tahun
100
Universitas Sumatera Utara
Standars –
USEPA PP No. 41
Tahun 1999 1 jam
24 jam 1 Tahun
400 150
100
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
5 Sulfur
Dioksida SO
2
WHO 10 menit
24 jam 500
20
Paranosa- nilin
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
365 80
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 24 jam
1 Tahun 900
365 60
6 Karbon
Monoksida CO
WHO 1 jam
8 jam 24 jam
70.000 10.000
35.000
NDIR NDIR
Analyzer National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA 1 jam
8 jam 40.000
10.000
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 24 jam
30.000 10.000
7 Timah Hitam
Pb WHO
1 Tahun 0.25
Gravimetri Ekstratif
Pengabuan Hi – Vol
AAS National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA Tahunan
24 jam 1,5
1 PP No. 41
Tahun 1999 24 jam
1 Tahun 2
1
8. Debu TSP
WHO -
- Gravime-
tric Spektrofo-
tometer National
Ambient Air Quality
Standars –
- -
Universitas Sumatera Utara
USEPA PP No. 41
Tahun 1999 1 jam
24 jam 1 Tahun
- 230
90
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
9. Dust Fall
Debu Jatuh WHO
- -
Gravime- tric
Cannister National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA -
-
PP No. 41 Tahun 1999
30 hari 10
Tonkm
2
bulan Permuki
man 20
Tonkm
2
bulan industry
Sumber : Peraturan MenLH No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
2.2. Gangguan Saluran Pernapasan