Beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan antara paparan polutan partikulat terespirasi dengan beberapa kejadian penyakit saluran pernafasan. Seperti
yang dilakukan oleh Mutius et al. di Jerman Timur, bahwa peningkatan konsentrasi partikulat, SO
2
2.1.3.2. Sulfur Dioksida SO
, NOx, serta kombinasi antara ketiganya di udara ambien berhubungan dengan peningkatan risiko anak-anak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian
atas dan asma.
2
a. Sifat dan Karakteristik
Sufur Dioksida adalah salah satu spesies dari gas – gas oksida sulfur SO
x
.
Sulfur Dioksida SO
2
merupakan gas yang sangat mudah terlarut dalam air, gas tidak berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat dan tidak mudah terbakar.Sebagaimana
O
3
, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO
2
SO seperti partikel sulfat dapat
berpindah dan terdeposisi jauh dari sumbernya Pusarpedal, 2011.
2
dan gas – gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir
semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara dan bijih – bijih yang mengandung metal seperti aluminium, tembaga, seng, timbale dan besi.
Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama adalah kegaitan pembangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan batu bara ataupun minyak sebagai bahan
bakarnya. Selain itu gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel, industri – industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah juga
merupakan sumber sulfur Pusarpedal, 2011. Industri lainnya yang banyak
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan polutan gas dari emisi gas SO
2
adalah industri gula, industri penyulingan minyak, dll. Sumber terbesar dari SO
2
b. Dampak Terhadap Kesehatan
adalah pembakaran bahan bakar fosil dari pembangkit listrik 73 dan kegiatan industri lainnya 20 U.S.
Environmental Protection Agency, 2010.
Gas SO
2
telah lama dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan iritasi pada system pernapasan, seperti pada selapurt lender hidung, tenggorokan dan saluran
udara di paru – paru. Efek kesehatan ini menjadi lebih buruk pada penderitas asma. Di samping itu SO
2
Aerosol yang dihasilkan sebagai pencemar sekunder umumnya mempunyai ukuran yang sangat halus sehingga dapat terhisap ke dalam system pernapasan
bawah. Aerosol sulfat yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan dampak kesehatan yang lebih berat daripada partikel – partikel lainnya karena
mempunyai sifat korosif dan karsinogen. Oleh karena gas SO dapat terkonversi di udara menjadi pencemar sekunder seperti
aerosol sulfat.
2
berpotensi untuk menghasilkan aerosol sulfat sebagai pencemar sekunder, kasus peningkatan angka
kematian karena kegagalan pernapasan tertutama pada orang tua dan anak – anak sering berhubungan dengan konsentrasi SO
2
Dari penelitian diketahui iritasi tenggorokan terjadi pada pajanan SO dan partikulat secara bersamaan Harrop,
2002
2
5 ppm atau lebih bahkan pada kelompok rentan iritasi dapat terjadi pada konsentrasi 1 – 2
ppm Fardiaz, 2003. Di udara, SO
2
dapat terlarut dalam uap air yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
membentuk asam dan turun sebagai hujan asam. Jika terjadi hujan asam, maka akan terjadi kerusakan tanaman dan material. Dampak hujan asam dapat terjadi pada
wilayah yang jauh dari sumber pencemar SO
2
karena adanya pengaruh meterologi terutama angin. Selain menyebabkan hujan asam, SO
2
juga dapat mengurangi jarak pandang karena gas maupun partikel SO
2
mampu menyerap cahaya sehingga menimbulkan kabut. SO
2
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO
menyebabkan sesak nafas bahkan kematian pada manusia dan hewan, sedangkan pada tumbuhan menghambat fotosintesis, proses asimilasi dan
respirasi.
2
sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO
2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit
khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO
2
, meskipun dengan kadar yang relatif rendah Kristanto, 2013. Kadar SO
2
yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Pengaruh Kadar SO
2
Konsentrasi ppm
terhadap Kesehatan Pengaruh
3 -5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 – 12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu
lama 50 – 100
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat 30 menit
400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Sumber : Depkes RI, 2007 Gambar 2.3. menunjukkan efek gas SO
2
terhadap saluran pernafasan. Gas SO
2
masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui hidung dan mulut dengan cara bernapas dalam. Berhubung dengan kelarutan gas SO
2
Laju korosi beberapa jenis logam terutama besi, baja dan seng dirangsang pada kondisi lingkungan yang terkontaminasi SO
cukup tinggi, maka dapat dengan cepat menyebabkan iritasi bronchus, bronchiole dan alveoli sehingga
produksi selaput dan lendir mucosa meningkat. Hal ini akan menyebabkan resistensi saluran udara pernapasan meningkat dan akan menyebabkan konstriksi
bronchus Mukono, 2005
2
di samping beberapa jenis partikel dan kelembaban udara yang tinggi. Suhu juga berperan penting dalam proses korosi.
Universitas Sumatera Utara
Gas SO Masuk Melalui Hidung dan Mulut dengan Bernafas Dalam
2
Kelarutan Cukup Tinggi
Iritasi
Dinding Bronchus, Bronchiole dan Alveolus Selaput Lendir Meningkat
Resistensi Meningkat
Bronco Konstriksi
Gambar 2.2. Efek gas SO
2
Sumber : Mukono, 2005
terhadap Saluran Pernapasan
2.1.4. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara
Menurut Sudarmadji 1995, pembuangan bahan berbahaya yang dapat
mencemari udara dipengaruhi kondisi atmosfir setempat. Kondisi atmosfir dapat merupakan tenaga pendorong driving forces bagi bahan berbahaya. Tenaga
pendorong timbul karena adanya pemanasan kulit bumi secara parsial oleh matahari serta adanya gravitasi bumi terhadap zat pencemar tersebut. Pemanasan kulit bumi
Universitas Sumatera Utara
secara parsial menimbulkan perbedaan tekanan udara, dengan demikian akan terjadi aliran udara dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara
rendah. Gaya gravitasi bumi mempengaruhi jarak yang ditempuh distribusi oleh zat pencemar, semakin berat zat pencemar semakin dekat jarak distribusinya.
Menurut Fardiaz 2003 selain oleh tenaga pendorong, dispersi pencemar dalam udara dipengaruhi juga oleh faktor konstribusi yaitu arah dan kecepatan angin,
kelembaban dan suhu rendah, curah hujan, inversi dan faktor cuaca lain. Udara di sekeliling kita, atau udara ambien, memiliki kualitas yang mudah berubah. Intensitas
perubahannya dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara ambien dengan faktor-faktor meteorologis angin, suhu, hujan, cahaya matahari.
Berikut ini akan dibahas beberapa hal mendasar tentang perubahan kualitas udara. 1. Suhu
Peningkatan suhu dapat menjadi katalisator atau membantu mempercepat reaksi kimia perubahan suatu polutan udara. Suhu yang menurun pada permukaan bumi
dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang
meningkat akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia 2. Kelembaban
Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar, sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar
berbentuk partikel misalnya debu akan berikatan dengan air yang ada dalam
Universitas Sumatera Utara
udara dan membentuk partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh gaya tarik bumi.
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan terhalangnya radiasi matahari ke bumi karena terbentuknya awan di atmosfer. Konsentrasi partikel yang tersuspensi
yang meningkat di udara juga akan berakibat pada berkurangnya jarak pandang visibility karena udara yang berkabut Oke, 1987.
Kelembaban udara relatif yang rendah 60 di daerah tercemar, SO
2
akan mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih
atau sama dengan 80 di daerah tercemar SO
2
akan terjadi peningkatan efek korosif SO
2
3. Sinar Matahari tersebut.
Sinar matahari juga mempengaruhi kadar pencemar udara di udara karena dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar di udara dapat dipercepat
atau diperlambat reaksinya dengan zat – zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Sinar matahari
dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O
2
4. Arah dan Kecepatan Angin di atmosfer. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan kerusakan bahanalat bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Sinar matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.
Angin merupakan gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi dan bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah Tjasjono,
1999. Konsentrasi polutan di suatu tempat banyak dipengaruhi oleh arah dan
Universitas Sumatera Utara
kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin maka pengenceran dan pencemaran polutan dan sumber emisi di atmosfer semakin besar. Adanya
bangunan – bangunan yang tinggi di dalam kota mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan arah angin berubah.
2.1.5. Baku Mutu Udara Ambien BMUA
Menurut Fardiaz 2003 untuk menghindari pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien dan
baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh – tumbuhan dan atau benda. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikelluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.
Baku mutu udara dapat dibagi dalam baku mutu yang ditujukan pada sumbernya dan baku mutu yang ditujukan pada akibatnya. Baku mutu udara yang
ditujukan pada sumbernya merupakan persyaratan – persyaratan yang berhubungan dengan perbuatan yang yang mempunyai potensi pencemaran udara. Baku mutu
yang ditujukan pada sumbernya kerapkali dinamakan “ baku mutu emisi. Baku mutu udara yang ditujukan pada akibatnya adalah persyaratan – persyaratan mengenai
kualitas bagian – bagian elementer dari udara. Baku yang udara yang ditujukan pada pada akibatnya disebut baku mutu ambien yang berlaku bagi emisi yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak Drupsteen, Th, G dan L. Woltgens,1996.
Menurut Kristanto 2013, Fungsi Baku Mutu Ambien di dalam pencemaran udara :
1. Sebagai indikator untuk secara dini mengetahui bahwa suatu udara sudah mulai dicemari oleh suatu bahanzat yang dinyatakan melalui Baku Mutu Ambien.
2. Sebagai parameter untuk menyatakan sampai batasan berupa suatu zat akan mulai berubah sifatnya dari suatu kontaminan menjadi suatu polutan.
3. Baku mutu ambien digunakan sebagai pedoman di dalam program pengendalian masalah pencemaran udara.
4. Digunakan untuk perlindungan bagi kesehatan masyarakat. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan BMUA meliputi :
a. Reseptor sensitif. b. Kelakuan Polutan di atmosfir.
c. Kelakuan Polutan di lingkungan. d. Level natural dan fluktuasi, level konsentrasi dan fluktuasi pencemar yang terjadi
secara alami atau masuk ke dalam atmosfir dari sumber pencemar yang tidak terkontrol atau sumber natural.
e. Teknologi, biaya dan ketersediaan teknologi untuk mengontrol atau mengurangi emisi.
Sumber emisi adalah setiap usaha danatau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, maupun
Universitas Sumatera Utara
sumber tidak bergerak spesifik. Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.Sumber
tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum danatau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien. Contoh sumber emisi tidak bergerak yang digunakan dalam usaha danatau
kegiatan tersebut terutama kegiatan industri adalah turbin gas gas turbine, alat kompresi gas gas compressor, boiler dan incinerator. Adapun alat yang digunakan
sebagai sarana pembuangan emisi adalah cerobong chimney dan flare suar pembakar.
Penentuan baku mutu udara ambien tidak sama bagi setiap negara, berbagai pertimbangan akan bermacam kepentingan ikut mendasari. Biasanya aspek – aspek
yang digunakan untuk pertimbangan dalam penentuan adalah sebagai berikut : 1. Aspek proteksi bagi kesehatan masyarakat.
2. Aspek proteksi bagi kepentingan ekonomi pertumbuhan industry nasional. 3. Aspek kemampuan teknologi dalam hubungannya dengan monitoring masalah
pencemaran itu sendiri. 4. Aspek proteksi lingkungan yang dikaitkan dengan dengan prospek perlindungan
sumber daya hayati dan lain – lain Kristanto, 2013 Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Baku Mutu Udara
Ambien BMUA di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalilan Pecemaran Udara PP No. 41 Tahun 1999. Baku mutu ini memiliki 9 parameter yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
untuk menilai kondisi udara ambient secara umum dan 4 parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara ambient di kawasan industri kimia
dasar.Kemenlh, 2007. Adapun 9 parameter tersebut adalah SO
2
, CO, NO
2
,O
3
HC, PM
10
Pada saat ini sesuai dengan perkembangan pengetahuan mengenai kesehatan, WHO juga telah menetapkan panduan baku mutu ambien yang lebih ketat dibanding
waktu lalu dengan lebih memperhatikan segmen masyarakat yang mengidap penyakit kronis terkait dengan ISPA maupun penyakit dalam lainnya. Pada Tabel 2.5 di
jelaskan Baku Mutu Udara Ambien untuk 9 Parameter diatas berdasarkan WHO, National Ambient Air Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999.
, PM 2,5, Debu, Timah Hitam Pb dan Dust FallDebu Jatuh.
Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Berdasarkan WHO, National Ambient Air
Quality Standars – USEPA dan PP No. 41 Tahun 1999
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
1 PM 2,5
WHO 24 jam
1 Tahun 25
10
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 1 Tahun
65 15
2 PM 10
WHO 24 jam
1 Tahun 50
20
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
Universitas Sumatera Utara
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 150
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
1 PM 2,5
WHO 24 jam
1 Tahun 25
10
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 1 Tahun
65 15
2 PM 10
WHO 24 jam
1 Tahun 50
20
Gravimetri Hi – Vol.
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
35 15
PP No. 41 Tahun 1999
24 jam 150
3 Oksidan
Fotokimia Ozon O
3
WHO 1 jam
100
Chemilu- minescent
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
1 jam 235
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 1 Tahun
235 50
4 Nitrogen
Dioksida NO
2
WHO 1 jam
1 Tahun 200
40 Saltzman
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality 1 Tahun
100
Universitas Sumatera Utara
Standars –
USEPA PP No. 41
Tahun 1999 1 jam
24 jam 1 Tahun
400 150
100
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
5 Sulfur
Dioksida SO
2
WHO 10 menit
24 jam 500
20
Paranosa- nilin
Spektrofo- tometer
National Ambient Air
Quality Standars
– USEPA
24 jam 1 Tahun
365 80
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 24 jam
1 Tahun 900
365 60
6 Karbon
Monoksida CO
WHO 1 jam
8 jam 24 jam
70.000 10.000
35.000
NDIR NDIR
Analyzer National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA 1 jam
8 jam 40.000
10.000
PP No. 41 Tahun 1999
1 jam 24 jam
30.000 10.000
7 Timah Hitam
Pb WHO
1 Tahun 0.25
Gravimetri Ekstratif
Pengabuan Hi – Vol
AAS National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA Tahunan
24 jam 1,5
1 PP No. 41
Tahun 1999 24 jam
1 Tahun 2
1
8. Debu TSP
WHO -
- Gravime-
tric Spektrofo-
tometer National
Ambient Air Quality
Standars –
- -
Universitas Sumatera Utara
USEPA PP No. 41
Tahun 1999 1 jam
24 jam 1 Tahun
- 230
90
Tabel 2.4. Lanjutan
No. Parameter
Acuan Waktu
Pengukuran Baku
Mutu µgNm
3
Metode Analisis
Peralatan
9. Dust Fall
Debu Jatuh WHO
- -
Gravime- tric
Cannister National
Ambient Air Quality
Standars –
USEPA -
-
PP No. 41 Tahun 1999
30 hari 10
Tonkm
2
bulan Permuki
man 20
Tonkm
2
bulan industry
Sumber : Peraturan MenLH No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
2.2. Gangguan Saluran Pernapasan
Hasil penelitian Rahmah 2003 menyebutkan bahwa konsentrasi PM
10
udara ambien berhubungan dengan penyakit ISPA di Kelurahan Cakung Barat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan terutama akibat aktivitas
industry serta transportasi. Keadaan kesehatan manusia akan terganggu bila seseorang atau kelompok dari suatu masyarakat terpapar bahan polutan dari
pencemaran udara ambien, dan selanjutnya populasi yang terpapar ini merupakan populasi yang beresiko population at risk. Resiko disini adalah kemungkian
Universitas Sumatera Utara
terjadinya gangguan kesehatan dan tingkat gangguan kesehatan sebagai akibat adanya bahaya Suspended Partikulat Matter didalam udara ambien. Bila seseorang
sepanjang hidupnya atau dalan jangka waktu yang lama terpapar secara kumulatif maka selanjutnya akan menimbulkan dampak gangguan pada kesehatannya. Dampak
kesehatan ini tidak tergantung apakah pemaparan kumulatif berasal dari pemaparan level singkat namun tinggi akut ataukah pada pemaparan pada level rendah tapi
sepanjang waktu. kronis. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya kesakitan morbiditas dan kematian mortalitas
Pencemaran udara dapat mengakibatkan terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung terus menerus dapat kelainan faal paru obstruktif atau dengan nama
lain Penyakit Paru Paru Obstruktif Menahun PPOM. PPOM merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Penyakit yang tergolong dalam PPOM antara lain adalah bronchitis kronis, emfisema paru dan asma bronkiale
Price Wilson, 1992. Faktor etiologi utama dari bronchitis adalah rokok atau polusi udara lain yang
biasa terdapat di daerah industri . Polusi udara yang menahun merupakan predisposisi sehingga penderita dapat mengalami serangan berulang. Hal ini dapat terjadi karena
polusi udara tersebut dapat memperlambat aktivitas silia dan fagositosis sehingga produksi mucus meningkat.
Menurut Ware 1986, timbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan pernapasan bagian atas di daerah inudstri dapat dihubungkan dengan tingginya kadar
Universitas Sumatera Utara
bahan polutan gas SO
2
dan partikel debu.Beberapa penelitian lain juga telah diperkirakan adanya hubungan antara tingginya kadar bahan polutan gas SO
2
Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneks seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan
saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
Depkes RI, 1999 dan
partikel dengan penyakit infeksi saluran pernapasan bagian tas dan Bronkhitis Pope dkk, 1989
Gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana 2004 adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan
mengendap di dalam paru – paru dan polusi udara lainnya.
2.2.1. Gejala – Gejala Saluran Pernapasan
Penyakit paru atau saluran napas dengan gejala umum maupun gejala pernapasan antara lain batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Secara terinci
yaitu Surya,1990 : a. Batuk
Batuk merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling umum, berfungsi terutama untuk pertahanan paru terhadap masukterhisapnya benda asing, baik itu
pada orang sehat maupun pada orang yang sakit, batuk dapat terjadi dengan disadari maupun tidak disadari. Batuk yang disadari merupakan suatu respons
terhadap perasaan adanya sesuatu di dalam napas. Batuk yang tidak disadari
Universitas Sumatera Utara
terjadi akibat reflex yang dipacu oleh perangsang laring, trachea atau bronchi yang besar karena hilangnya compliance paru. Batuk merupakan gejala yang
paling umum akibat pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik dan kimia. Inshalasi debu, asap dan benda – benda
asing berukuran kecil merupakan penyebab batuk paling sering Surya, 1990 b. Batuk Darah
Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran napas, karena batuk yang terlalu
kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam
lambung yang berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada penderita TB paru tuberculosis paru yang sudah lama dan
tidak diobati. Batuk berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat emergency karena dapat menyebabkan kematian dan harus mendapat
pertolongan yang cepat. Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika karena TBC maka harus diberikan obat TBC
maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk Surya, 1990. c. Sesak Napas
Sesak napas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan. Sesak napas bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari
penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit yang bisa menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
sesak napas sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan.
Menurut Anwar 2004 gejala – gejala saluran pernapasan adalah : a. Pilek
Pilek adalah sekelompok gejala pada saluran pernpasan atas yang disebabkan oleh sejumlah virus yang berbeda. Pilek biasa menghasilkan gejala ringan yang
hanya berlangsung 5 – 10 hari. Keluhan yang paling umum adalah ingusan, bersin, penyumbatan hidung, sakit kepala, sakit tenggorakan dan batuk
b. Asma Asma adalah penyakit yang menyerang cabang – cabang bronkus yang tidak
memiliki kerangka cincin tulang rawan, sehingga terjadi penyempitan mendadak. Akibatnya penderita sesak napas, sehingga untuk membantu pernapasan seluruh
otot – otot pernapasan difungsikan secara maksimal. Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti : butir – butir sari bunga, bulu
kucing, spora jamur dan sebagainya. c. Infeksi TenggorakanFaringitis
Infeksi tenggorakan adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan. Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorok. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia tergantung kepada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing – masing
individu berbeda – beda. Secara umum efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan system pernapasan. Menurut Chandra 2007 efek pencemaran udara
terhadap kesehatan manusia dapat terlihat sebagai berikut : a. Efek Cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian
akibat penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap
haemoglobin darah menjadi methahaemoglobin yang lebih kuat dibanding daya afinitas O
2
b. Efek Lambat sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.
Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara
lain emfisema paru, black lung disease, asbsestosis, silikosis, bisinosis dan pada anak – anak penyakit asma dan eksema.
Menurut Myint 1994 pencemaran udara diduga sebagai pencetus infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas dan gejala batuk serta pilek merupakan
gejala yang mendominasi gambaran kliniknya. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan Mukono,1997 dapat menyebabkan terjadinya :
Universitas Sumatera Utara
1. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silica menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan
saluran pernafasan 2. Peningkatan produksi lender, akibat iritasi oleh bahan pencemar
3. Produksi lender dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lender 7. Akibat dari semua hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas
sehingga benda asing termasuk bakterimikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan
2.3. Industri Gula
Menurut USEPA terdapat 17 kategori industri yang memiliki status sangat berpotensi toksik untuk mencemari udara. Kategori industri tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.6. berikut ini BPLHD, 2013 :
Tabel 2.5. Kategori Industri yang Sangat Berpotensi Mencemari Udara menurut USEPA
No. Jenis Industri
Jenis Industri Bahasa Inggris
1. Peleburan Aluminium
Aluminium smelting 2.
Pabrik obat dan farmasi Basic drugs and pharmaceuticals
manufacturing
Universitas Sumatera Utara
3. Pabrik Soda api
Caustic Soda 4.
Pabrik Semen 200 tonhari atau lebih
Cement 200 tonnes per day TPD and above
5 Peleburan Tembaga
Copper smelting 6
Pewarna Dyes and dye intermediate
7 Fermentasi penyulingan
Fermentation Distillery 8
Pabrik Pupuk Fertilizer
9 Pabrik Besi dan Baja terintegrasi
Integrated iron and steel
Tabel 2.5. Lanjutan No.
Jenis Industri Jenis Industri Bahasa Inggris
10 Pabrik Pengolahan kulit termasuk
penyamakan kulit Leather processing including tanneries
11 Penyulingan minyak
Oil Refinery 12.
Pabrik Formulasi dan manufaktur pestisida
Pesticide formulation and manufacturing
13. Pabrik pulp and paper 30 tonhari
atau lebih Pulp and paper 30 TPD and above
14 Pabrik Petrokimia
Petrochemical 15
Pabrik Gula Sugar
16 Energi Termal
Thermal power 17
Peleburan Seng Zinc smelting
Tebu adalah tanaman yang di tanam untuk bahan baku gula. Tanaman tebu
dapat tumbuh hingga 3 m di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa di panen kurang lebih satu tahun. Tebu dapat di panen dengan cara
manual atau menggunakan mesin – mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian di bawa pabrik untuk diproses menjadi gula. Tebu
merupakan tanaman sumber pemanis alamiah. Tanaman ini dapat tumbuh di setiap jenis tanaman, dari dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1.400 m di
atas permukaan laut. Tahap – tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu,
proses ekstrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kristalisasi, afinasi, kabonasi,
Universitas Sumatera Utara
penghilangan warna dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ke tangga konsumen. Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Sei Semayang PGSS yang
memperoduksi gula GKP1 Gula Kristal Produk 1 dengan bahan baku utama adalah tebu dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor dan belerang. Tebu segar
menggambarkan bahwa tebu digiling dalam rentang waktu kurang dari 24 jam setelah ditebang. Tebu yang lambat tergiling biasanya mengandung desktran dalam jumlah
banyak sehingga akan menganggu proses pemurnian dan menurunkan perolehan sukrosa. Proses pengolahan tebu di PGSS dilakukan dalam 7 stasiun sebagai berikut
ini : 1. Stasiun Gilingan
2. Stasiun Pemurnian 3. Stasiun Penguapan
4. Stasiun Talodura 5. Stasiun Masakan atau Kristalisasi
6. Stasiun Putaran 7. Finishing
Limbah gas di dalam pabrik di pengaruhi oleh proses pembuatan gas sulfit dari ruangan tobong belerang dan asap pembakaran boiler. Limbah udara yang
dihasilkan berasal dari pembakaran boiler serta dari alat transportasi. Emisi partikel dihasilkan dari gas buang boiler karena bahan bakar yang digunakan berupa padatan
ampas. Selain itu, beberapa pabrik gula juga mengalami masalah dengan debu ampas yang cukup halus, sedangkan limbah gas, yakni SO
2
, NO
x
, dan CO
2
. Limbah
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya adalah limbah B3 yang terdiri dari oli bekas, aki bekas, lap majun, dan lampu TL yang disimpan di tempat penyimpanan sementara limbah B3. Oli bekas dan
aki bekas berasal dari stasiun gilingan, mesin-mesin produksi, genset dan workshop operasional kendaraan dan alat berat. Lap majun diperoleh dari lap bekas
pembersihan mesin, pompa, oli, dan lain-lain. Lampu TL diperoleh dari lampu yang sudah rusak atau mengalami gangguan sehingga tidak bisa digunakan kembali.
Limbah pabrik berupa gas adalah asap buangan dari Boiler yang banyak mengandung abu ketel yang terbawa angin sampai puluhan kilometer dan membuat
hitam apa pun yang terkena, sangat mengganggu kesehatan terutama masyarakat yang berada di sekitar pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik untuk mengatasinya antara lain
dengan pemasangan penangkapan debu dust collector dan pemasangan cerobongstack PGSS, 2014.
Untuk Pengendalian Pencemaran Udara pada IndustriSumber tidak Bergerak sebagai berikut :
a. Pemeriksaan terhadap sumber-sumber emisi mulai dari ruang proses produksi, kegiatan utilitas seperti steam boiler, power boiler, boiler oil thermat heater,
genset, cogen, power plant, tungku pembakaran. b. Pemeriksaan kondisi seluruh cerobong, baik dari proses produksi maupun
kegiatan utilitas. c. Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung sampling emisi seperti lubang
sampling, tangga, lantai kerja, pagar pengaman dan sumber listrik pada cerobong.
Universitas Sumatera Utara
d. Pemeriksaan kegiatan sumber emisi dan karakteristik emisi yang dihasilkan. Sumber emisi dan karakteristik emisi Industri Gula berdasarkan PermenKLH
No. 12 Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini :
Tabel 2.6 Sumber Emisi dan Karakteristik Emisi Industri Gula Jenis
Industri Jenis
Kegiatan Sumber
Karakteristik
Industri Gula A. Proses
Produksi Proses
Sulfitasi a. Sulfitasi
Nira Mentah
a. Total Sulfur Tereduksi Total Reduce Sulfur – TRS
b. Sulfur Dioksida SO2 b. Sulfinasi
Gula Proses Karbonisasi
a. Total Sulfur Tereduksi Total Reduce Sulfur – TRS
b. Sulfur Dioksida SO2 Proses
Karbonatasi a. Nira
Karbonatasi Sulfur Dioksida
b. Pemucatan Nira
a. Total Sulfur Tereduksi Total Reduce Sulfur – TRS
b. Sulfur Dioksida SO2 B. Utilitas
Botler, Genset a. Total Partikel
b. SO2 c. Opasitas
2.4. Landasan Teori