2
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2015
1.1 Latar Belakang
Background
Konsumsi energi inal di Indonesia meningkat dari 778 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 1.211 juta SBM pada tahun
2013 atau tumbuh rata-rata sebesar 3,46 per tahun. Selama kurun waktu 2000-2013, pertumbuhan konsumsi
energi ini dibayangi oleh pemberian subsidi energi yang terus meningkat dan membebani anggaran belanja negara.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi subsidi tersebut.
Kebijakan yang diambil pemerintah dalam bidang energi antara lain adalah konversi minyak tanah dengan LPG untuk
sektor rumah tangga, penggunaan bahan bakar gas BBG untuk sektor transportasi, dan mandatori penggunaan
bahan bakar nabati BBN, yang berlaku untuk industri, transportasi dan pembangkit listrik. Namun demikian masih
banyak kendala yang dihadapi dalam implementasinya mengingat kebutuhan bahan bakar minyak BBM dari
tahun ke tahun terus meningkat.
Kebijakan lain adalah pengendalian subsidi, khususnya subsidi energi melalui kebijakan penyesuaian harga BBM
bersubsidi dan tarif tenaga listrik, serta pengendalian volume konsumsi BBM bersubsidi melalui substitusi BBM
dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Penerapan kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan konsumsi
BBM bersubsidi pada RAPBN-P 2015 yang mencapai Rp81.815,9 miliar, atau penurunan sebesar Rp194.197,3
miliar dibandingkan dengan pagunya Rp276.013,2 miliar pada APBN tahun 2015.
Sementara itu, beban subsidi listrik dalam RAPBN-P tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp76.619,8 miliar, yang berarti
mengalami peningkatan sebesar Rp7.930,1 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2015
sebesar Rp 68.689,7 miliar.
Berbagai permasalahan energi saat ini dan yang mungkin muncul dimasa depan memerlukan solusi yang tepat
dengan pendekatan yang komprehensif. Perencanaan dan pengembangan energi serta analisis terhadap
pelaksanaan kebijakan yang ada perlu terus dilanjutkan guna merealisasikan penerapan teknologi energi bersih
yang andal, berkelanjutan, dan terjangkau dalam rangka Final energy consumption in Indonesia increased from 778
million BOE in 2000 to 1,211 million BOE in 2013, growing by an average of 3.46 per year. During the period 2000-
2013, energy consumption growth was overshadowed by energy subsidy that continues to rise and burden the national
budget. Therefore, the government issued various policies to reduce such subsidies.
Policies taken by the government in energy sector include the conversion of kerosene to LPG in household sector, the use of
CNG in transport sector, and the mandatory use of biofuels, which applies to industry, transport and power generation
sectors. However, there are still many obstacles encountered in its implementation considering the rapid growth of oil fuel
demand.
One of the policies taken is the subsidies control, especially in energy subsidies through the price adjustment policy of
oil fuel subsidy and electricity tarifs, as well as control the volume of subsidized oil fuel through fuel substitution by using
alternative fuels. Implementation of this policy is expected to reduce consumption of subsidized oil fuel as stated in the
Revised National Budget 2015 reached Rp81,815.9 billion, a decrease of Rp194,197.3 billion compared with the limit
Rp276,013.2 billion in National Budget 2015.
Meanwhile, the electricity subsidy in the Revised National Budget 2015 is estimated to reach Rp76.619,8 billion, which
represented an increase of Rp7.930,1 billion compared with the Rp68.689,7 billion budget.
Various energy problems nowadays and that may emerge in the future require appropriate solutions with a comprehensive
approach. Proper planning and development of energy as well as analysis about implementation of the existing policies
should be continued in order to realize the application of clean energy technology that is reliable, sustainable
and afordable in order to support the preparation of the