Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

26 tiga bulan setelah SKPKB diterima wajib pajak. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak keberatan diterima DJP maka DJP akan memberikan keputusan berupa ditolak, diterima, diterima sebagian dan bila DJP tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu 12 bulan, maka keberatan dianggap diterimadikabulkan. Jika keberatan ditolakditerima sebagian maka wajib pajak masih punya hak mengajukan banding ke BPSP dalam jangka waktu 3 tiga bulan setelah keputusan keberatan diterima wajib pajak Sambodo, 1999:125.

2.3 Kepatuhan Wajib Pajak

2.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut kamus umum bahasa Indonesia 1995:1013, istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan, dapat diartikan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan mengandung unsur sebagai berikut: 1. Adanya pengetahuan dan pengertian dari subjek pajak terhadap objek pajak. 2. Adanya sikap setuju dari subjek pajak. 3. Adanya tindakan perbuatan yang konsisten dengan pengetahuan dan sikap yang telah dimilikinya Kurniawan, 2006. 27 Nurmantu 2003:148 mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Ada dua macam kepatuhan, yaitu; 1. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. 2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Alm 1991 dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk. 2007:4 menggambarkan kepatuhan pajak sebagai pelaporan dari semua pembayaran dan penghasilan dari semua pajak oleh pelaksanaan ketentuan hukum, peraturan dan penghakiman lapangan. Definisi kepatuhan pajak yang lain adalah tindakan seseorang mengisi format pajak penghasilan, melaporkan semua penghasilan kena pajak dengan teliti, dan membayar semua pajak terutangnya sesuai jangka waktu yang ditetapkan tanpa harus menunggu untuk ditindak oleh yang berwenang, yaitu aparat pajak Singh, 2003. Roth, Scholz dan Witten 1989 dalam Kassipillai dkk, 2003:136 mengidentifikasi dua faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kepatuhan wajib pajak yaitu kepentingan diri dan moral yang berhubungan dengan keuangan. Asumsi kepentingan diri terhadap keuangan bahwa seseorang mengharapkan dapat memaksimalkan 28 keperluannya dengan melaporkan penghasilan yang seimbang dengan keuntungan-keuntungan dari keberhasilan mengelak dari pajak. Jadi, sanksi dan pendeteksian yang penting adalah alat-alat yang utama untuk meningkatkan kepatuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak yaitu: a. Faktor pendidikan wajib pajak, yang meliputi pendidikan formal dan pengetahuan wajib pajak. b. Faktor penghasilan wajib pajak, yang meliputi besarnya penghasilan bersih wajib pajak dari pekerjaan pokok dan sampingannya, serta jumlah anggota keluarga yang masih harus dibiayai. c. Faktor pelayanan aparatur pajak, disaat pelayanan penyampaian informasi, pelayanan pembayaran, maupun pelayanan keberatan dan penyaranan. d. Faktor penegakan hukum pajak, yang terdiri dari sanksi-sanksi, keadilan dalam penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasan dan pemeriksaan. e. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media sosialisasi Kusumawati, 2006:40. Menurut OECD Organization for Economic Co-operation Development dalam Forum Kepatuhan Administrasi Pajak Forum on Tax Administration compliance Sub-group, 2004:37 yang telah 29 menganalisa perilaku kepatuhan, memaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku wajib pajak antara lain: 1. Faktor Ekonomi a. Beban keuangan, dimana terdapat hubungan antara jumlah pajak terhutang dan perilaku kepatuhan. sebagai contoh, jika pemilik bisnis yang mempunyai kepatuhan pajak dapat secara mudah membayar pajak mereka secara penuh. Akan tetapi, jika kewajiban tersebut besar, secara potensial akan mengancam kelangsungan hidup pemilik bisnis sehingga mereka akan menghindari membayar pajak sama sekali atau mengusahakan memanipulasi data dengan melaporkan pajaknya supaya menjadi lebih kecil tanggungan. b. Biaya kepatuhan. Masalah wajib pajak yang biasa muncul adalah membayarkan pajak mereka diatas jumlah yang sebenarnya pajak yang seharusnya mereka bayar. Hal ini belum termasuk ongkos untuk membayar seorang akuntan yang telah menghitungkan pajak mereka dan biaya tidak langsung yang harus dihadapi jika berurusan dengan keruwetan perundang-undangan pajak. Hal ini termasuk biaya psikologi seperti tekanan yang mereka hadapi dalam berurusan dengan semua aturan pajak itu atau bahkan tentang aturan tersebut. Selain itu, perusahaan kecil sering kesal terhadap cara petugas pemungut pajak dalam menagih pajak mereka baik secara langsung maupun tidak langsung. 30 c. Kurangnya dukungan. Menurut penelitian yang menjadi penghalang, seperti ancaman dan tuntutan hukuman, akan berefek pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Bagaimanapun, penelitian sudah menunjukkan bahwa alasan wajib pajak kurang atau tidak patuh karena masalah hukuman. d. Dorongan. Memberi wajib pajak dorongan mempunyai suatu efek positif terhadap kepatuhan pajak, yaitu meningkatnya wajib pajak yang patuh dalam membayar pajak, meskipun ini akan memerlukan explorasi lebih lanjut. 2. Faktor Perilaku a. Perbedaan individu. Ada wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dan ada beberapa yang tidak. Faktor individu yang mempengaruhi perilaku meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat moral, industri, kepribadian, keadaan, dan penilaian resiko pribadi. b. Persepsi tidak layak. Wajib pajak yang mempercayai system secara tak wajar atau yang mempunyai pengalaman pribadi ‘secara tak wajar’ dalam urusan kepatuhan akan kurang dalam mematuhi pajak. c. Persepsi tentang resiko minimal. Jika wajib pajak mempunyai kesempatan untuk tidak mematuhi dan berpikir bahwa hal itu mempunyai resiko yang kecil, maka ia akan mengambil resiko itu. d. Resiko yang diambil. Sebagian orang memandang penghindaran pajak sebagai permainan yang dimainkan dan dimenangkan. Mereka 31 suka menguji ketrampilan mereka dengan menghindarkan kewajiban mereka dan menghindarkan diri dari tangkapan. Dari keseluruhan teori di atas yang digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak yaitu: 1. Faktor pendidikan wajib pajak 2. Faktor penghasilan wajib pajak 3. Faktor pelayanan aparatur pajak 4. Faktor penegakan hukum pajak 5. Faktor sosialisasi Kriteria Wajib Pajak Patuh Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 544KMK.042000, kriteria wajib pajak patuh adalah: 1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir. 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun terakhir. 4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, korelasi pada 32 pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5. 5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal Devano dan Siti Kurnia R., 2006:111.

2.3.2 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Wajib Pajak

Dokumen yang terkait

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN WAJIB PAJAK DAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK TERHADAP PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN WAJIB PAJAK DAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SEKTOR PEDESAAN DI KE

0 2 15

Pengaruh Pengetahuan dan Tingkat Penghasilan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Desa Tarogong Kabupaten Garut).

0 0 19

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI dan BANGUNAN PADA DESA MASANGAN KULON KEC. SUKODONO.

0 3 72

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.

2 14 111

(ABSTRAK) PENGARUH PENGHASILAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KELURAHAN TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2009.

0 0 3

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

0 1 12

PENGARUH SIKAP, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN SKRIPSI

0 1 17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI dan BANGUNAN PADA DESA MASANGAN KULON KEC. SUKODONO

0 0 18

PENGARUH SIKAP, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KECAMATAN KEMUNING KOTA PALEMBANG

0 0 14