47
Kelompok N Mean
S
2
Eksperimen 30 75,1 76,8
Kontrol 30 67,9 71,01
Dari kedua kelompok tersebut diperoleh S
gabungan
= 73,905 dan S = 8,60. Dengan menggunakan uji t diperoleh t
hitung
= 3,244 dan t
tabel
= 1,679, diperoleh t
hitung
t
tabel
. Kriteria penerimaan Ho apabila – t
tabel
t
hitung
t
tabel
. Karena t
hitung
berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan pembelajaran
Numbered Heads Together NHT lebih baik daripada rata-rata hasil belajar
kelompok kontrol yaitu dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36.
4.2 Pembahasan
Pada analisis data awal diperoleh hasil dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal, mempunyai variansi homogen dan
mempunyai rata-rata skor awal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari kondisi awal yang sama. Sehingga
dapat dilakukan penelitian. Kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
bantuan LKS sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran ekspositori.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
48
Together NHT dengan bantuan LKS dan kelompok kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensioal ekspositori, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar pada materi segiempat kedua kelompok tersebut berbeda secara
nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t
hitun
3,244 uji t
tabel
1,679, artinya Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
bantuan LKS lebih baik karena mampu mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya masing-masing serta dapat membangun kerja sama antaranggota kelompok. Biasanya peserta didik lebih mudah menerima bahasa
yang disampaikan oleh temannnya sendiri dan lebih bebas mengungkapkan pendapatnya.
Proses pembelajaran pada kelompok eksperimen pada awalnya mengalami sedikit hambatan terutama pada waktu pengelompokan, masih terjadi
kegaduhan dalam kelas yang menyita waktu. Namun secara perlahan-lahan guru dan peserta didik dapat menyesuaikan diri. Terlihat pada pertemuan yang
berikutnya. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dalam kelompok eksperimen berjumlah 30 orang yang secara heterogen dibagi menjadi 6 kelompok dengan
masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Model pembelajaran NHT dengan bantuan LKS ini melatih peserta
didik untuk saling kerjasama antaranggota kelompok. Peserta didik lebih siap mengikuti pembelajaran karena sewaktu-waktu nomornya dipanggil oleh guru
49
untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam satu kelompok, anggota yang sudah faham dalam memahami materi dapat membantu menjelaskan kepada
anggota lain yang masih kurang faham. Dalam pembelajarann kooperatif tipe NHT dengan bantuan LKS pada penelitian ini ada kelemahanny yaitu guru sering
memanggil nomor yang sudah pernah dipanggil dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Adanya suasana baru dalam belajar mampu meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar matematika sehingga kemampuan penalaran dan
komunikasi peserta didik dapat meningkat pula serta mengubah pandangan negatif peserta didik pada matematika. Selain itu rata-rata hasil belajar dari kelompok
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Nunbered Heads Together
NHT dapat mencapai standar ketuntasan. Pembelajaran yang digunakan pada kelompok kontrol adalah
pembelajaran konvensional ekspositori. Proses pembelajaran pada kelompok kontrol kurang memotivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
dikarenakan guru hanya menjelaskan materi kemudian memberi contoh soal. Guru meminta beberapa peserta didik untuk mengerjakan soal di papan tulis. Peserta
didik tidak dilibatkan aktif dalam menemukan konsep. Sehinga ada sebagian peserta didik yang kurang menyerap materi. Selain itu peserta didik masih merasa
takut untuk bertanya ataupun mengemukakan pendapat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar
peserta didik kelas eksperimen pada materi pokok segiempat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada rata-
50
rata hasil belajar peserta didik kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dapat
mencapai standar ketuntasan.
51
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam BAB IV dapat disimpulkan sebagai berikut.
1 Nilai rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada kelas eksperimen
sebesar 75,1. Sedangkan ilai rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada kelas kontrol sebesar 67,9. Berdasarkan uji kesamaan rata-rata uji pihak kanan
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan bantuan LKS lebih baik daripada rata-rata hasil
belajar matematika dengan pembelajaran konvensional ekspositori pada materi pokok segiempat untuk peserta didik kelas VII semester II MTs Tarbiyatul
Mubtadiin Wilalung. 2
Nilai rata-rata hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan bantuan LKS
pada materi pokok segiempat untuk peserta didik kelas VII semester II MTs Tarbiyatul Mubtadiin Wilalung dapat mencapai standar ketuntasan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan: 1 Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan bantuan LKS,,
hendaknya guru tetap memantau peserta didik dalam diskusi kelompok untuk menghindari kesalahan peserta didik dalam memahami konsep.